Secara teori, membesarkan anak dan menjalankan tugas rumah tangga adalah kerja sama dua orang, yaitu suami dan istri. Namun, hidup memang tak selalu sesuai teori. Mungkin ada di antara Mums yang ternyata berada dalam rumah tangga: “Apa-apa dikerjakan sendiri dan suami enggak bantuin”. Apa saja sih tanda ketika sosok suami “absen” dalam pengasuhan si Kecil? Yuk, cek bersama!

 

5 Tanda Suami Terlalu Mengandalkan Mums

Semua orang tahu, menjadi ibu adalah profesi paling kompleks dan melelahkan. Akan tetapi, pernahkah Mums menyadari bahwa bukan hanya lelah fisik yang Mums rasakan, melainkan juga lelah psikis karena mengerjakan hampir semua tanggung jawab sebagai orang tua tanpa bantuan suami? Nyatanya, Mums tidak sendirian, kok. Jadi, mari kita berpelukan dulu untuk saling menguatkan.

 

Benarkah suami absen dari kehidupan pengasuhan anak dan seperti menyerahkan semua tanggung jawabnya kepada Mums atau itu hanya perasaan saja? Sebelum berasumsi, ada beberapa tanda yang bisa Mums analisis untuk menilai apakah sebenarnya suami berperan banyak atau tidak ada sama sekali. Beberapa tandanya antara lain: 

 

  • Bantuan datang hanya ketika diminta

Seorang ibu hanya memiliki dua tangan dan dua kaki. Namun, hebatnya banyak hal yang bisa dilakukan seorang diri sekaligus. Sayangnya, kita bukanlah manusia sakti yang bisa segalanya, sehingga pasti akan tetap membutuhkan bantuan. Pada kasus ini, orang tersebut adalah suami.

 

Jika Mums sering mendapati suami hanya diam saja meski sudah jelas Mums terlihat sedang kerepotan dan baru bergerak ketika dimintai tolong, ini adalah tanda pertama ia menganggap bahwa Mums bisa melakukan segalanya dan tidak perlu dibantu.

 

  • Jawaban pertama suami setiap diminta bantuan atau diingatkan soal tugasnya: “Bentar”

Tanpa perlu ditutup-tutupi, tugas rumah tangga memang akan selalu lebih berat dibebankan kepada Mums sebagai ibu rumah tangga walau ada perjanjian untuk membagi tugas secara rata. Bahkan menurut Data Departemen Tenaga Kerja di Amerika Serikat, rata-rata wanita menghabiskan 2,3 jam sehari untuk mengerjakan tugas-tugas rumah dan pria hanya menghabiskan 1,4 jam.

 

Data tersebut menunjukkan bahwa pembagian tugas rumah tangga tidak terbagi rata, padahal pihak pria mengatakan akan berbagi pekerjaan rumah secara merata. Nah, bagaimana dengan suami? Apakah respons pertama dan jawaban terseringnya “Bentar” atau “Nanti” ketika Mums meminta bantuan? 

 

  • Tanpa Mums, semua berantakan

Menjadi seorang ibu sama seperti menjalankan banyak profesi sekaligus. Setuju? Mums harus mengurus suami, memikirkan menu masakan dan memasak, mengurus keperluan anak, membereskan tagihan bulanan, dan ditambah tugas lainnya. Karena terbiasa dengan ritme “serba beres” seperti ini, ketika Mums lupa melakukan satu hal atau berhalangan untuk melakukannya, maka beberapa hal bisa berantakan. 

 

Jika rumah tangga diibaratkan sebuah meja, Mums menjadi keempat kakinya, sehingga jika salah satu atau semuanya hilang, maka meja pun akan goyah. Di satu sisi, senang ya Mums bisa mendapat kepercayaan penuh seperti ini. Namun di sisi lain, rasanya kok Mums menjalankan rumah tangga seorang diri?

 

  • Si Kecil selalu mencari Mums untuk semua hal

Salah satu milestone perkembangan sosial dan emosional si Kecil adalah ia ingin merasa independen, sehingga akan gemar memilih banyak hal. Ia akan menunjukkannya dengan memilih siapa yang ia sukai.

 

Namun, waspadai juga ya jika untuk hal paling dasar, seperti digendong atau dibukakan camilan saja, si Kecil hanya mau dengan Mums. Dikhawatirkan hal tersebut menjadi tanda bahwa Dads sudah tertinggal dalam pengasuhan si Kecil.

 

  • Mums harus memutuskan semua hal

Ada alasannya seorang wanita diberi titel “menteri keuangan” untuk rumah tangga. Pasalnya, semua keputusan terakhir kebanyakan ada di tangan seorang ibu. Namun, itu bukan berarti Mums harus menentukan dan memutuskan semua hal tanpa ada peran suami untuk berdiskusi dan ikut memikirkannya, ya. 

 

Baca juga: Penting, Mums! Ini 11 Jenis Permainan untuk Perkembangan Anak!

 

 

Bagaimana Cara Memperbaikinya?

Bagaimana agar bisa keluar dari pola asuh yang timpang ini? Langkah pertama adalah memahami mengapa suami tidak menghabiskan waktu bersama anak-anak. Ada beberapa kondisi yang biasa terjadi dan cara untuk memperbaikinya, yaitu:

 

  • Suami mendefinisikan sendiri perannya dan Mums, lalu sebagian besar peran orang tua diserahkan kepada Mums

Masing-masing pasangan punya cara sendiri untuk menentukan peran di dalam hubungannya. Hal ini bisa dilakukan setelah melalui proses diskusi, tetapi ada pula yang secara alami berkembang seiring waktu. Pada cara kedua, suami lalu mendefinisikan sendiri perannya dan Mums, lalu menempatkan tugas mengasuh anak hanya menjadi tanggung jawab Mums, bukan bersama dengan suami. 

 

Cara memperbaikinya: Pilihkan dan bicarakan tanggung jawab pengasuhan yang Mums inginkan untuk diambil alih oleh suami. Sebagai langkah awal, diskusikan tugas pengasuhan yang Dads setujui untuk menjadi "pekerjaan ayah". Cara ini dapat membantu Dads lebih terlibat dan membangun bonding dengan si Kecil.

 

  • Dads merasa terlalu banyak dikritik

Ketika suami tidak mengambil tanggung jawab sehari-hari mengasuh si Kecil, bisa saja ia merasa seperti “peran pengganti”. Ia mungkin sering sekali mendapat komentar dari Mums seperti, “Pa, kok pakein bajunya kayak gitu, sih?” atau si Kecil berkomentar, “Mama biasanya enggak begini kalo pakein baju Adek!”

 

Diam-diam, semua kritik yang Dads dapatkan dapat membuatnya merasa tidak percaya diri untuk mengasuh anak, lho. Alhasil, ia menarik diri dan malas terlibat untuk mengurus si Kecil atau tugas rumah tangga.

 

Baca juga: Musim Hujan Tiba, Waspadai DBD pada Anak

 

Cara membantu: Biarkan suami melakukan dengan caranya dan bersikaplah fleksibel. Dengan begitu, pelan-pelan Dads mendapatkan irama pengasuhannya sendiri. Jelaskan pula kepada si Kecil bahwa tidak apa-apa jika ada perbedaan cara antara Mums dan Dads dalam mengasuh si Kecil. Hal ini justru bagus lho karena akan membantu si Kecil berkenalan dan paham tentang konsep fleksibilitas, sebuah keterampilan yang akan ia butuhkan sepanjang hidupnya.

 

Kembali lagi, pria kerap kesulitan membaca situasi, terutama terkait pengasuhan anak dan pekerjaan rumah tangga. Jika Mums menginginkan ia untuk lebih terlibat dalam kedua urusan tersebut, bicarakanlah baik-baik dan menggunakan cara yang suami sukai. Misalnya, ketika akan beranjak tidur atau di tengah perbincangan ringan saat berada di mobil. Semoga berhasil ya, Mums! (AS)

 

Baca juga:  Si Kecil dan Benda Kesayangannya

 

Referensi

Anxious Toddlers. Why Husbands Don’t Spend Time with Kids

Tru Parenting. Husband Help with Kids