Setiap hari terlahir seorang sosok baru seiring dengan kelahiran seorang bayi. Dialah Mums, yang bertransformasi menjadi seorang ibu. Tugas pertama yang “dimandatkan” Mums ketika menjadi seorang ibu adalah memberi nutrisi untuk si Kecil yang diproduksi oleh tubuh selama hamil, yaitu ASI. Namun sering kali, perjalanan menyusui diwarnai dengan beragam mitos yang tidak perlu Mums yakini, lho. Berikut beberapa di antaranya.

 

1. Jika sedang sakit tidak boleh menyusui 

Hal ini tidak sepenuhnya benar karena tergantung pada jenis penyakitnya. Jika sedang mengalami penyakit umum, seperti flu, demam, diare, atau mastitis, Mums malah disarankan untuk tetap menyusui seperti biasa. Hebatnya, si Kecil justru tidak akan tertular penyakit karena sudah mendapatkan antibodi dari ASI.

 

Walau begitu, pastikan Mums menjaga kebersihan untuk meminimalkan risiko penyebaran penyakit, ya. Cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah menyusui bayi, setelah menggunakan toilet atau mengganti popok, serta mempraktikkan langkah bersin atau batuk yang tepat.

 

2. Ukuran payudara kecil, ASI yang diproduksi hanya sedikit

Wah, kalau ini mitos banget, ya! Perlu Mums pahami bahwa yang menentukan ukuran payudara adalah banyaknya jaringan lemak. Sementara, produksi ASI tidak ada kaitannya dengan jaringan lemak di payudara. 

 

Seorang wanita normalnya memiliki sekitar 15 hingga 20 lobus. Nah, setiap lobus terdiri atas bagian-bagian kecil, yang disebut lobulus atau kelenjar payudara, dengan fungsi sebagai tempat untuk produksi ASI.

 

Jadi, selama si Kecil rutin menyusu dan payudara selalu dikosongkan, maka hormon prolaktin akan merangsang kelenjar di payudara untuk mengeluarkan ASI, terlepas dari ukuran payudara seorang wanita.

 

Sejatinya, ukuran payudara akan terasa berpengaruh pada hari-hari awal menyusui di saat Mums dan si Kecil saling belajar posisi yang nyaman untuk keduanya. Misal pada ibu menyusui dengan payudara yang sangat besar, mungkin merasa lebih sulit pada awalnya untuk menempatkan bayi pada posisi yang benar agar pelekatan menjadi efektif.

 

Selain itu, ukuran dan bentuk payudara Mums (lebih besar atau lebih kecil) juga akan memengaruhi posisi menggendong bayi selama menyusui. Inilah yang kemudian berpotensi menghambat pelekatan, sehingga proses menyusui tidak berjalan efektif. Segeralah meminta bantuan konselor laktasi jika Mums merasa sesi menyusui selalu menyakitkan atau berat badan si Kecil tidak meningkat.

 

Baca juga:  5 Sayuran Ini Kalorinya Hampir Nol, Ampuh Turunkan Berat Badan

 

3. Payudara kanan dan kiri beda nutrisi

Siapa yang pernah dengar kalau katanya payudara kanan berisi cairan, payudara kiri berisi makanan? Ini mitos ya, Mums! Tidak ada perbedaan komposisi nutrisi ASI antara payudara kanan dan kiri. 

 

Kedua payudara mampu menghasilkan foremilk atau ASI depan dan hindmilk atau ASI belakang. Foremilk yang keluar pada awal sesi menyusui, mengandung tinggi laktosa dan rendah lemak. Sedangkan hindmilk adalah ASI yang keluar pada saat sesi menyusui akan berakhir dengan kandungan lemak yang lebih tinggi dibandingkan foremilk.

 

Foremilk diibaratkan seperti air putih yang dapat menghilangkan rasa haus pada bayi, memberikan energi, dan menstimulasi perkembangan otak. Sementara hindmilk yang tinggi lemak berperan dalam pertumbuhan dan peningkatan berat badan bayi. 

 

Supaya si Kecil memperoleh keduanya, pastikan Mums memperhatikan frekuensi dan cara menyusui yang benar, ya. Habiskan ASI pada satu payudara terlebih dulu sebelum berganti ke sisi sebelahnya.

 

Selain itu, susui atau keluarkan ASI setiap 2-3 jam sekali agar komposisi ASI tetap stabil. Pasalnya, makin lama jeda waktu menyusui atau memompa, maka makin rendah kandungan lemak pada awal sesi menyusui berikutnya. Hal ini dapat memengaruhi pertumbuhan berat badan si Kecil karena ia tidak mendapatkan asupan kalori yang tepat.

 

Baca juga:  Ini yang Perlu Mums Ketahui Tentang Perkembangan Pendengaran Bayi

 

4. Jika Mums pulang dari bepergian, ASI yang keluar harus dibuang dulu karena basi

Yang ini jelas mitos! ASI berwarna kekuningan dan kental atau berwarna putih keruh dan encer sering kali dikatakan sebagai ASI basi. Padahal, warna dan konsistensi ASI sangat tergantung pada bahan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Produksi ASI pun menyesuaikan dengan kebutuhan bayi.

 

Di samping itu, ASI yang diberikan secara langsung atau direct breastfeeding tidak akan pernah basi karena selalu diproduksi dan dikeluarkan dalam kondisi segar. Sang Maha Pencipta sudah menciptakan payudara dengan cara kerja yang begitu canggihnya, sehingga mampu menghasilkan nutrisi yang aman, mudah diserap dan dicerna bayi, serta membuat si Kecil merasa nyaman.

 

Jadi, sesampainya Mums di rumah dan sudah membersihkan diri, bisa kembali langsung menyusui, kok. Pastinya, Mums dan si Kecil juga sudah sangat menantikan momen ini, kan? 

 

 

 

5. Tidak bisa menyusui secara langsung jika memiliki puting datar

Wah, rugi banget kalau Mums memercayainya karena hanya mitos, ya! Sebagaimana ukuran payudara tidak menentukan produksi ASI, puting datar atau terbenam bukanlah alasan Mums tidak bisa menyusui. Perlu dijadikan catatan bahwa si Kecil menyusu pada bagian areola payudara, bukan pada puting. Dengan posisi dan pelekatan menyusui yang tepat, maka bayi pun tetap bisa sukses menyusu.

 

Teknik yang bisa dicoba adalah menyusui dalam laid back position, atau berbaring 90°. Di posisi ini, bayi akan lebih mudah menempel pada payudara dan melakukan pelekatan yang maksimal.

 

Selain itu, puting yang datar dapat diatasi dengan menggunakan nipple puller, sehingga puting agak menonjol dan dapat dijangkau dengan mudah oleh bayi. Menarik payudara bisa dilakukan sebelum menyusui bayi menggunakan baby oil agar tak terasa sakit.

 

Lebih lega ya Mums setelah mengetahui fakta di balik anggapan soal menyusui yang selama ini beredar? Semoga perjalanan menyusui Mums lancar dan menyenangkan, ya! (AS)

 

Baca juga: ASI dari Ibu yang Terpapar Covid-19 Aman untuk Bayi

 

Referensi

What to Expect. Breastfeeding When Sick

La Leche League. Breast Size Matter?

VeryWell Family. Breastfeeding from One Side