Tanggal 22 Desember adalah hari nasional untuk memperingati Hari Ibu di Indonesia. Bila kita sedikit menilik sejarah, tanggal 22 Desember dipilih menjadi Hari Ibu sebagai bentuk peringatan Kongres Perempuan Indonesia, yang berlangsung pada tanggal 22 Desember 1928 di Yogyakarta.

 

Perayaan Hari Ibu tahun ini adalah perayaan yang sangat spesial dalam hidup saya. Jika di tahun-tahun sebelumnya saya merayakan Hari Ibu sebagai seorang anak, maka tahun ini saya merayakannya sebagai seorang ibu untuk pertama kalinya!

 

Ya, dengan lahirnya anak saya pada pertengahan tahun ini, maka saya resmi menyandang status sebagai seorang ibu. Menyambut Hari Ibu ini, saya pun melakukan refleksi terhadap diri saya. Dan saya menyadari, bahwa merayakan Hari Ibu sebagai seorang ibu baru, menimbulkan perasaan yang berbeda kepada saya dibandingkan ketika saya merayakannya sebelum berstatus sebagai seorang ibu.

 

Saya lebih hormat kepada ibu saya

Mama, demikian saya memanggil ibu saya. Setiap kali Hari Ibu tiba, saya selalu berusaha memberikan suatu bentuk apresiasi kepada beliau. Bunga, makanan kesukaan, benda yang mama inginkan, atau sesederhana memasang foto kami berdua di media sosial. Semua itu untuk menunjukkan betapa bersyukurnya saya memiliki beliau sebagai ibu.

 

Tahun ini, syukur yang saya rasakan terasa berkali lipat lebih dalam dari sebelumnya. Semua peristiwa kehamilan, melahirkan, serta merawat anak yang sudah dan sedang saya jalani membuat saya makin hormat, kagum, dan bangga dengan mama.

Baca juga: Saat Kerinduan Ibu Hanya Bisa Disampaikan Melalui Doa

 

Saya ingat sekali saat saya sedang dalam proses persalinan. Saat itu, sakit yang saya rasakan akibat kontraksi sungguh tak terperikan. Tak henti saya mengaduh, sambil berharap bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja. Dan saat itulah saya paham betapa hebatnya mama saya, yang telah berjuang melahirkan saya ke dunia.

 

Sambil menggenggam tangan beliau yang saat itu setia menemani proses persalinan, saya berbisik, "Mama hebat. Mama luar biasa. Sekarang saya tahu betapa sakitnya melahirkan." Mama hanya membalas dengan senyuman sambil berkata, "Kalau begitu, Kamu pasti juga bisa." Kata-kata itulah yang menguatkan saya untuk bertarung dengan rasa sakit, mengejan, dan akhirnya dapat melahirkan buah hati tersayang.

 

Rasa hormat saya kepada mama juga makin bertambah saat menjalani kehidupan sebagai ibu baru. Saya kagum kepada mama yang berstatus sebagai ibu bekerja, namun tetap dapat mengurus anak dan rumah tangga dengan jempolan. Saya sekarang merasakan betapa susahnya melakukan itu semua!

Baca juga: Polemik Kesehatan Ibu dan Anak di Indonesia

 

Saya ingat sekali, tiap pulang kantor mama selalu langsung mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Entah itu memasak makan malam, mencuci piring, atau sekadar merapikan kamar. Sementara saya? Duh, rasanya pulang ke rumah setelah bekerja seharian itu hanya ingin tidur! Hal-hal inilah yang membuat rasa hormat saya kepada mama semakin bertambah. Being a Mom is not an easy task!

 

Saya makin menyadari bahwa saya masih harus banyak belajar

Refleksi kedua yang saya sadari di Hari Ibu ini adalah sebagai ibu baru saya betul-betul masih hijau dan banyak kekurangannya. Problem terbesar saya adalah menyeimbangkan antara hidup sebagai ibu di rumah dan karyawati di tempat kerja.

 

Ternyata tidak mudah ya memikirkan bahan meeting di kantor sambil mengarang menu masakan dan membuat daftar belanja untuk stok di rumah. Tidak mudah pula untuk masih terbangun beberapa kali di tengah malam untuk menyusui, namun jam 6 pagi sudah harus berdesak-desakan di commuter line untuk berangkat ke tempat kerja. Belum lagi ketika tiba di rumah setelah seharian bekerja, cucian menumpuk dan rumah belum dibersihkan!

 

Sumbu kesabaran adalah hal yang harus saya panjangkan. Selama ini, jika sudah stres, saya pasti melampiaskan dengan marah. Entah pada suami atau bahkan kepada bayi saya yang tidak salah apapun. Hari Ibu kali ini mengingatkan saya untuk menjadi ibu dan istri yang lebih sabar dan bahagia dalam menjalani kehidupan.

 

Petuah mama saya, hidup itu dijalani saja dengan senyum. Jika dihadapi dengan emosi, niscaya beban yang sudah berat malah akan menjadi berkali lipat beratnya. Saya memegang kata-kata ini dalam hati saya dan berusaha mengaplikasikannya. Susah memang, namun saya senantiasa berusaha.

Baca juga: Bolehkah Ibu Hamil Konsumsi Jamu Lancar Bersalin?

 

Itulah refleksi saya sebagai ibu baru di Hari Ibu tahun ini. Sebagai ibu baru, perayaan Hari Ibu tahun ini begitu bermakna untuk saya. Bagaimana dengan Mums yang lainnya? Pasti Mums memiliki juga refleksi masing-masing, ya. Apapun itu, sebagai ibu harapan kita pasti sama: keluarga sehat dan bahagia! Selamat merayakan Hari Ibu!