Apakah Geng Sehat pernah mendengar atau mengetahui mengenai sepsis? Sepsis adalah suatu keadaan mengancam nyawa (life threatening) yang disebabkan karena adanya kegagalan organ sebagai akibat dari respons tubuh terhadap suatu infeksi.

 

Sebagai seorang apoteker rumah sakit yang sehari-hari bekerja di ruang rawat intensif (intensive care unit/ICU), saya cukup sering bertemu dengan kasus pasien yang dirawat di ICU akibat sepsis. Ya, sepsis memang kondisi yang cukup berat, sehingga tak jarang pasien memerlukan perawatan di ICU untuk monitoring ketat.

 

Yang membuat sedih, angka kematian atau mortalitas dari sepsis ini masih cukup tinggi. Data dari Global Sepsis Alliance, suatu organisasi dunia yang bergerak dalam meningkatkan kewaspadaan atau awareness tentang sepsis, menyebutkan bahwa setiap tahunnya ada 27 hingga 30 juta orang di dunia yang mengalami sepsis. Dari angka tersebut, 7 hingga 9 juta orang di antaranya mengalami kematian akibat sepsis.

 

Apakah sepsis itu?

Seperti sudah disebutkan, sepsis terjadi saat tubuh memberi respons terhadap adanya suatu infeksi yang sifatnya berat. Pada suatu titik, respons ini dapat menyebabkan tekanan darah turun dan sel-sel tubuh menjadi dehidrasi.

 

Organ-organ tubuh yang penting, seperti paru-paru, jantung, ginjal, dan otak, pun menjadi kekurangan oksigen dan mengalami kegagalan dalam bekerja. Jika infeksi penyebab sepsis tidak ditangani dengan cepat dan tepat, kerusakan organ akan semakin menjadi-jadi dan bukan tidak mungkin berakhir dengan kematian.

 

Infeksi apa sajakah yang dapat menyebabkan kondisi sepsis?

Hampir semua jenis infeksi yang tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan sepsis. Pneumonia, infeksi saluran kencing, meningitis, infeksi kulit dan jaringan lunak, serta infeksi abdominal seperti radang apendiks (usus buntu) pun dapat menyebabkan sepsis.

 

Apa saja gejala sepsis yang harus diwaspadai?

Sepsis sendiri memiliki beberapa ‘tingkatan’. Sepsis menjadi lebih sulit ditangani dan juga lebih sering menyebabkan kematian jika sudah mencapai fase syok sepsis, yang ditandai dengan hipotensi (tekanan darah rendah) dan kegagalan fungsi organ.

 

Semakin awal sepsis didiagnosis dan diobati, maka angka kesembuhannya juga semakin tinggi. Oleh karena itu, Geng Sehat sekalian harus waspada dengan tanda dan gejala sepsis. Tanda dan gejala tersebut antara lain bicara melantur (slurred speech), yang menandai adanya penurunan kesadaran akibat otak kekurangan oksigen dan menggigil hebat disertai dengan nyeri otot.

 

Sepsis juga dapat ditandai dengan tidak ada urine yang keluar seharian. Hal ini biasanya menandakan fungsi ginjal sudah mulai menurun. Tanda lain adalah sesak napas berat dan munculnya bercak-bercak di kulit atau perubahan warna kulit.

 

Jadi, jika sedang mengalami suatu penyakit tertentu kemudian mengalami 1 atau 2 tanda dan gejala sepsis yang sudah disebutkan, sebaiknya Geng Sehat segera pergi ke klinik atau rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut!

 

Apakah sepsis dapat diobati?

Ya, sepsis tentunya dapat diobati. Seperti yang sudah saya sebutkan, semakin cepat sepsis didiagnosis dan diobati, semakin baik outcome yang dihasilkan. Penanganan sepsis yang paling penting tentu adalah untuk menghilangkan infeksi yang menyebabkan sepsis.

 

Berdasarkan rekomendasi internasional yang tertuang dalam Surviving Sepsis Campaign dan Sepsis Bundle, pemberian antibiotik harus dilakukan dalam jangka waktu 1 jam sejak seorang pasien didiagnosis mengalami sepsis.

 

Sebelumnya, akan dilakukan pengambilan kultur darah, urine, atau sputum pasien untuk menentukan jenis bakteri apa yang menginfeksi serta antibiotik apa yang dapat digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri tersebut. Selain antibiotik, pasien dengan sepsis juga dapat menerima terapi lain, seperti terapi cairan dan obat untuk meningkatkan tekanan darah.

 

Pada pasien sepsis yang mengalami gagal napas, biasanya pasien memerlukan bantuan mesin ventilator atau alat bantu napas selama beberapa saat. Jika infeksi sudah berhasil diatasi dan kondisi pasien sudah membaik, ventilator dapat dilepaskan.

 

Bagaimana cara mencegah terjadinya sepsis?

Mencegah tentu saja lebih baik daripada mengobati. Hal ini pula yang sangat berperan dalam menurunkan angka kematian akibat sepsis. Pencegahan sepsis dapat dilakukan melalui kegiatan yang sifatnya mencegah terjadinya infeksi, antara lain dengan vaksinasi, kemudahan akses terhadap persediaan air bersih, serta meningkatkan kebiasaan mencuci tangan dengan air dan sabun. Bagi saya dan rekan-rekan lain yang bekerja di rumah sakit, pencegahan hospital acquired infection (HAI) juga wajib dilakukan untuk mengurangi risiko terjadinya sepsis.

 

Gengs, itu dia sekilas mengenai apa itu sepsis, tanda dan gejala sepsis, serta cara penanganan dan pencegahannya. Sepanjang karier saya di ICU, saya sudah cukup banyak melihat kematian akibat sepsis. Namun, tidak sedikit pula yang berhasil ditangani dengan baik dan berakhir dengan kesembuhan bagi pasien.

 

Sekali lagi, semakin cepat sepsis ditangani dan diobati, maka angka kesembuhannya juga akan semakin tinggi. Mengenali tanda dan gejala sepsis menjadi sangat penting, terutama jika Geng Sehat atau orang tersayang sedang mengalami infeksi tertentu. Salam sehat! (AS)

 

Referensi

Levy, M., Evans, L. and Rhodes, A. (2018). The Surviving Sepsis Campaign Bundle. Critical Care Medicine, 46(6), pp.997-1000

https://www.worldsepsisday.org/