Jahe merupakan salah satu tanaman yang populer digunakan sebagai rempah-rempah. Jahe memiliki rasa pedas dan aroma yang menenangkan. Oleh sebab itu, tanaman ini dijadikan bumbu rempah-rempah untuk beragam masakan Indonesia.

 

Jahe juga sering dijadikan sebagai obat herbal, yang umumnya digunakan untuk meredakan nyeri perut atau gangguan pencernaan. Untuk masalah kesehatan seperti itu, umumnya jahe dikonsumsi dalam bentuk teh.

 

Lalu, apakah jahe memiliki manfaat tersendiri untuk penderita diabetes tipe 2? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, yuk simak manfaat jahe untuk penderita diabetes di bawah ini!

 

Baca juga: Makan Jamur, Baik untuk Penderita Diabetes

 

 

Menurut penelitian yang dipublikasikan di International Journal of Preventive Medicine pada April 2013, jahe merupakan bahan antioksidan dan antiinflamasi alami yang memiliki beragam manfaat kesehatan, khususnya untuk beberapa jenis kanker tertentu. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan manfaat jahe dalam meredakan nyeri menstruasi dan morning sickness yang dialami wanita hamil, serta nyeri artritis.

 

Penelitian tentang manfaat jahe untuk diabetes tipe 2 masih belum banyak dilakukan. Namun, hasil dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan manfaat positif rempah-rempah tersebut terhadap kontrol diabetes.

 

Kontrol Glikemik

Menurut penelitian yang dipublikasikan di journal Planta Medica pada Agustus 2012, jahe bisa meningkatkan kontrol gula darah dalam jangka panjang, khususnya untuk penderita diabetes tipe 2. Selain itu, penelitian lain yang dilakukan di University of Sydney, Australia, menemukan bahwa jahe asal negara tersebut kaya akan senyawa gingerol. Senyawa tersebut umumnya aktif pada bagian rimpang jahe. Menurut ahli, senyawa gingerol bisa meningkatkan penyerapan gula darah ke dalam sel otot tanpa menggunakan insulin. Oleh sebab itu, jahe dinilai bisa membantu kontrol kadar gula darah. 

 

Sekresi Insulin

Penelitian kali ini dipublikasikan di European Journal of Pharmacology pada Desember 2009. Dikatakan bahwa dua ekstrak jahe yang berbeda, yaitu spissum dan ekstrak minyaknya, berinteraksi dengan reseptor serotonin di dalam tubuh untuk membalikkan dampaknya pada sekresi insulin. Menurut penelitian tersebut, pengobatan menggunakan kedua ekstrak tersebut bisa menurunkan kadar gula darah hingga 35%, serta meningkatkan kadar insulin sebanyak 10%.

 

Mencegah Perkembangan Katarak

Menurut penelitian yang dipublikasikan di Molecular Vision pada Agustus 2010, dosis harian jahe dalam jumlah sedikit saja bisa memperlambat perkembangan katarak. Seperti yang Diabestfriends ketahui, katarak merupakan salah satu komplikasi diabetes jangka panjang.

 

Selain itu, ternyata jahe juga memiliki indeks glikemik yang sangat rendah. Makanan dengan indeks glikemik mengalami proses pencernaan yang lambat di dalam tubuh untuk bisa membentuk gula darah. Maka itu, makanan dengan indeks glikemik rendah tidak memicu peningkatan kadar gula darah secara drastis.

 

Manfaat Kesehatan Lainnya

Jahe sudah sejak lama digunakan sebagai pengobatan herbal di Cina, India, dan Arab, khususnya untuk mengobati pencernaan, meredakan flu dan demam, serta meredakan nyeri. Gingerol, sebagai senyawa anti-inflamasi yang kuat di dalam jahe, merupakan pereda rasa sakit yang efektif. 

 

Itulah  mengapa jahe sering digunakan untuk meredakan nyeri dan pembengkakan pada penderita artritis dan untuk orang-orang yang mengalami inflamasi lain. Bahkan, menurut beberapa ahli, jahe sama efektifnya dengan obat golongan nonsteroid anti-inflamasi (NSAIDs). Apalagi, ketimbang obat kimia yang memiliki efek samping tertentu, jahe tidak memiliki efek samping apapun.

 

Kondisi kesehatan lain yang biasa memanfaatkan jahe untuk meredakan gejalanya, misalnya:

  • Bronkitis
  • Maag
  • Sakit perut
  • Diare
  • Infeksi saluran pernapasan atas (URTI)

 

Baca juga: Benarkah Ada Diabetes Kering dan Basah?

 

Jangan Berlebihan Mengonsumsi Jahe

Meskipun jahe yang dikonsumsi dalam bentuk alami sangat aman, para ahli tetap merekomendasikan agar Diabestfriends berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter, khususnya jika ingin mengonsumsinya dalam bentuk suplemen. Konsultasi dengan dokter sangat penting, khususnya untuk orang yang rutin menjalani pengobatan diabetes.

 

Seperti yang sudah disebutkan di atas, jahe bisa memengaruhi kadar insulin. Jadi, tanaman tersebut bisa berinteraksi dengan obat diabetes tertentu. Kalau Diabestfriends sembarang mengonsumsi suplemen jahe sambil menjalani pengobatan diabetes rutin, maka bisa menyebabkan hipoglikemia.

 

Risiko interaksi obat meningkat pada penderita diabetes tipe 2 yang juga mengonsumsi obat untuk kondisi lainnya. Sebagai contoh, menurut penelitian, jahe juga bisa berinteraksi dengan obat antikoagulan dan obat tekanan darah.

 

Baca juga: Sudah Rutin Cek Gula Darah, Mengapa Masih Perlu Tes A1c?

 

Wah, ternyata sangat banyak ya manfaat jahe untuk penderita diabetes tipe 2. Diabestfriends boleh saja mencoba mulai rutin mengonsumsi jahe, untuk meningkatkan kontrol gula darah. Namun, jangan sembarang langsung mengonsumsinya, ya. Konsultasikan dulu dengan dokter tentang cara dan panduan konsumsi jahe yang aman, sesuai dengan kondisi Diabestfriends. (UH/AY)

 

Kurangi Karbohidrat untuk Diabetes

Sumber:

Diabetes.co.uk. Ginger and Diabetes.

International Journal of Preventive Medicine. Anti-Oxidative and Anti-Inflammatory Effects of Ginger in Health and Physical Activity: Review of Current Evidence. April. 2013.

Everyday Health. The Potential Health Benefits and Risks of Ginger for Type 2 Diabetes. Januari. 2018.