Usia 30-an biasanya menjadi puncak waktu terbaik dalam kehidupan, di mana seseorang mungkin sudah merasa stabil dengan kehidupannya, hubungan keluarga dan kondisi finansial yang baik, serta rencana masa depan yang lebih jelas. Tak heran jika beberapa pasangan mungkin akan mulai berpikir untuk memiliki keturunan di periode usia ini.

 

Meski begitu, hamil di usia 30-an ternyata juga sangat rentan terhadap risiko komplikasi, mulai dari minor hingga mayor. Nah, berikut ini ada beberapa kemungkinan komplikasi kehamilan di usia 30 tahun yang perlu diwaspadai, sehingga Mums bisa lebih mempersiapkan diri untuk menghindarinya.

 

Baca juga: Serangkaian Tes untuk Ibu Hamil
 

Komplikasi Kehamilan di Usia 30 Tahun

Hamil di usia 30 tahun ke atas bukanlah hal yang mustahil. Meski begitu, Mums nampaknya harus lebih siap dengan beberapa kondisi tertentu yang mungkin jarang terjadi pada wanita hamil di usia 20-an. Beberapa komplikasi berikut mungkin memiliki risiko lebih besar untuk terjadi jika Mums hamil pada usia di atas 30 tahun.

 

1. Persalinan prematur

Persalinan prematur adalah saat persalinan terjadi sebelum usia kehamilan menginjak 37 minggu. Kondisi ini jelas merupakan komplikasi serius, karena melahirkan bayi terlalu dini dapat mengakibatkan komplikasi kesehatan dan keterlambatan perkembangan. Akan tetapi, jika kemungkinan ini terdeteksi lebih awal, risiko persalinan prematur mungkin dapat lebih dikurangi.

 

Untuk mendeteksi lebih awal, penting bagi Mums untuk dapat mengenali tanda-tandanya seperti kram yang berlangsung lebih dari satu jam, keluarnya lendir bercampur darah dari vagina, atau sakit punggung. Tanda-tanda ini perlu diwaspadai ketika muncul sebelum mendekati waktu persalinan.

 

Cara mencegah:

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menjaga pola makan, baik dalam hal kuantitas, maupun kualitas. Konsumsilah makanan sehat, tambahkan lemak jenuh ganda, vitamin D, dan DHA dalam menu harian. Pastikan Mums juga tidak melewati janji kontrol kehamilan serta berhenti dari segala kebiasaan tidak sehat, seperti merokok atau minum minuman keras.

Bagi Mums yang memang memiliki riwayat persalinan prematur, dokter mungkin juga akan merekomendasikan obat tertentu untuk membantu mencegahnya.

 

2. Diabetes gestasional

Wanita yang hamil di usia 30-an memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes gestasional. Kondisi ini dapat terjadi pada hampir 3-5% dari semua kehamilan.

Diabetes gestasional adalah kondisi di mana ibu hamil memiliki kadar gula darah yang tinggi selama kehamilan, meskipun sebelum kehamilan kadar gulanya berada dalam kondisi yang normal. Meski diabetes gestasional hanya dapat dipastikan melalui pemeriksaan laboratorium, Mums juga dapat mengenali tanda-tanda awalnya seperti merasa selalu haus atau lapar, dan lebih sering buang air kecil.

Diabetes gestasional yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berat lahir berlebihan pada bayi, kelahiran prematur, atau meningkatkan risiko anak terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari. Selain itu, diabetes gestasional juga dapat meningkatkan risiko Mums mengalami tekanan darah tinggi atau preeklampsia, serta mengembangkan diabetes di masa depan.

 

Cara mencegah:

Untuk menurunkan risiko terkena diabetes gestasional, penting untuk mempersiapkan tubuh Mums bagi kehamilan. Dalam beberapa kasus, menurunkan berat badan bisa membantu, karena berat badan berlebih atau obesitas sangat berpengaruh dalam meningkatkan risiko diabetes gestasional. Namun, pastikan untuk mendapat persetujuan dan pengawasan dari dokter jika memang Mums ingin menurunkan berat badan selama hamil. Selain itu, sering-seringlah mengonsumsi makanan ringan yang sehat sepanjang hari untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil.

 

3. Preeklampsia

Preeklampsia adalah kondisi komplikasi kehamilan yang berpotensi berbahaya, biasanya ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kemungkinan kerusakan pada sistem organ lain. Tanda-tanda lain dari preeklampsia adalah pembengkakan tangan dan kaki, retensi air (penurunan urine output), mual dan sakit kepala, gangguan penglihatan, dan sesak napas. Kelebihan berat badan, kehamilan kembar, atau riwayat pada kehamilan sebelumnya dapat meningkatkan risiko Mums mengalami kondisi ini.

Preeklampsia dapat menimbulkan komplikasi parah, baik bagi Mums ataupun bayi, seperti solusio plasenta, kerusakan organ, sindrom HELLP, pertumbuhan janin terhambat, dan sebagainya.

 

Cara mencegah:

Meskipun pencegahan total dari kondisi preeklampsia tidak mungkin dilakukan, ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terkena kondisi ini. Pertama, jagalah berat badan dalam kondisi normal. Catat kenaikan berat badan dan tekanan darah selama kehamilan dan ikuti rekomendasi dokter untuk mengontrolnya. 

 

Baca juga: Tekanan Darah Tinggi saat Hamil dapat Berakibat Kematian?
 

 

4. Berat badan lahir rendah

Istilah berat badan lahir rendah ditujukan pada bayi yang lahir dengan berat kurang dari 2,5 kg. Seringkali kondisi ini terjadi pada kasus persalinan prematur. Penyebab lain bayi terlahir dengan berat yang rendah adalah komplikasi selama kehamilan, pertumbuhan yang terhambat (IUGR), cacat lahir, atau masalah dengan plasenta ibu.

 

Cara mencegah:

Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya, terlebih yang berkaitan dengan gaya hidup Mums. Pertama, hentikan kebiasaan berbahaya yang dapat menyebabkan Mums dan bayi bermasalah. Perhatikan juga diet dan olahraga yang dilakukan. Selain itu, pastikan untuk selalu rutin melakukan pemeriksaan prenatal untuk mengetahui perkembangan kehamilan.

 

5. Persalinan caesar

Ada fakta yang mengungkapkan bahwa semakin tua usia calon ibu, semakin besar peluangnya untuk melahirkan bayi dengan prosedur operasi caesar. Bahkan, kemungkinan Mums harus menjalani operasi caesar hampir 20% lebih tinggi di usia 30-an, dibanding di usia 20-an. Masalah seperti peningkatan gawat janin atau persalinan tahap kedua yang berkepanjangan bisa menjadi penyebab persalinan melalui operasi caesar.

 

Cara mencegah:

Persalinan caesar seringkali dilakukan tanpa direncanakan, oleh karena itu langkah pencegahan sebenarnya sangatlah tidak mungkin dilakukan. Meski begitu, Mums mungkin bisa melakukan beberapa tips ini untuk mengurangi kemungkinannya.

Pertama, cobalah untuk mengikuti kelas prenatal yang dapat membuat Mums tetap sehat dan aktif. Ini juga dapat mengurangi risiko Mums mengalami komplikasi di kemudian hari. Dan sama halnya dengan pencegahan masalah kehamilan lain, pola diet sehat dan olahraga juga dapat memengaruhinya.

 

6. Kehamilan ektopik

Kondisi ini paling berisiko terjadi pada wanita berusia 35-44 tahun, di mana sel telur yang sudah dibuahi menempel di tempat lain selain rahim. Kondisi tersebut membuat sel telur tidak dapat berkembang dengan baik.

Selain faktor usia, penyebab lain dari kondisi ini antara lain memiliki riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, operasi pada perut atau panggul, aborsi yang diinduksi, endometriosis, atau penggunaan obat kesuburan.

Waspadai beberapa tanda dari kondisi ini, seperti mengalami pusing atau lemas, nyeri perut, atau perdarahan vagina yang berat atau ringan.

 

Cara mencegah:

Masalah yang terkait dengan kehamilan ektopik umumnya tidak akan berujung pada kelahiran. Sebaliknya, penanganan kondisi ini adalah dengan menghentikan kehamilan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperoleh bantuan medis ketika Mums menyadari adanya gejala yang telah telah disebutkan.

Meski keguguran terasa sangat menyakitkan, namun ingatlah bahwa keselamatan Mums juga dipertaruhkan jika terjadi kehamilan ektopik.

 

Kehamilan di usia 30 tahun bisa menjadi momen yang hebat, dan tak sedikit yang berhasil melaluinya dengan lancar. Meskipun demikian, masih ada kemungkinan komplikasi seperti disebutkan di atas yang perlu Mums waspadai. Hal terpenting adalah lakukan langkah pencegahan, mengikuti pola diet sehat yang dianjurkan dokter, olahraga teratur, dan sebisa mungkin hindari stres selama kehamilan. (BAG)

 

Baca juga: Kehamilan Ektopik, Kehamilan yang Terjadi di Luar Rahim
 

 

 

Sumber:

Parenting First Cry. "6 Common Complications of Getting Pregnant in Your 30s and Precautions to Take".