Saya masih ingat betul rasa bahagia yang saya rasakan ketika di suatu pagi mendapati 2 garis merah yang nyata di test pack. Kebahagiaan itu semakin nyata saat saya memeriksakan diri ke dokter kandungan, dan benar-benar dinyatakan hamil.

 

Sejak saat itu, saya mulai membuat banyak perencanaan hidup. Mulai dari rencana menu makanan sehat sehari-hari, do's and don’ts selama kehamilan, serta yang tak kalah penting adalah perencanaan finansial. Berdasarkan pengalaman saya, perencanaan finansial ini penting sekali. Dan tidak hanya finansial selama hamil dan melahirkan saja lho, tapi juga pasca-melahirkan. Apa sajakah yang harus dipikirkan?

 

Saat Hamil

1. Biaya konsultasi kehamilan

Agar kehamilan berlangsung sehat, baik bagi ibu maupun janin, tentunya konsultasi rutin kepada dokter spesialis kandungan atau bidan mutlak untuk dilakukan. Dan tentunya, hal ini membutuhkan biaya. Konsultasi biasanya dijadwalkan setiap 1 bulan sekali, saat kehamilan masih berada di trimester pertama dan kedua. Kemudian, menjadi lebih sering frekuensinya di trimester ketiga.

 

Selain biaya dokter, pertimbangkan pula biaya USG ya, Mums! Terlebih jika Mums ingin melakukan USG 4D yang harganya lumayan mahal. Beberapa tes laboratorium juga kadang diminta oleh dokter. Misalnya, saya diminta untuk tes TORCH saat awal kehamilan. Untuk tes ini, biayanya cukup besar lho ternyata, hingga jutaan rupiah!

Baca juga: Pemeriksaan yang Wajib Dilakukan Ibu Hamil

 

Jika Mums menggunakan asuransi, seperti BPJS ataupun asuransi pribadi, perhatikan terms and conditions yang diberikan oleh para penjamin tersebut. Ini dilakukan agar urusan konsultasi kehamilan Mums dapat berjalan lancar.

 

2. Biaya pembelian suplemen kehamilan

Beberapa suplemen biasanya rutin diberikan oleh dokter selama kehamilan. Misalnya asam folat, kalsium, dan zat besi. Karena semua suplemen ini diminum setiap hari, maka Mums harus menyediakannya dalam suplai yang memadai. Sekali lagi jika Mums menggunakan asuransi, cek kembali terms and conditions yang berlaku. Pasalnya, sebagian besar produk asuransi tidak mengganti pembayaran zat yang sifatnya suplemen.

 

3. Biaya membeli persiapan kelahiran bayi

Nah, ini dia salah satu pengeluaran yang wajib dikontrol dengan seksama! Sebagai ibu baru, tentunya Mums ingin sekali berbelanja berbagai kebutuhan bayi. Pakaian, perlengkapan mandi, baby crib, stroller, duh panjang sekali daftarnya!

Baca juga: Enggak Sabar Menanti Kelahiran si Kembar? Baca Persiapannya Dulu di Sini

 

Saran saya, buatlah anggaran terlebih dahulu sebelum berbelanja. Prioritaskan kebutuhan utama barulah melirik kebutuhan sekunder. Kerjasama dengan suami juga penting, lho! Suami saya selalu berperan menjadi ‘satpam’ yang setia mengingatkan jika saya sudah kebablasan belanja.

 

Saat Melahirkan

1. Biaya persalinan

Nah, inilah salah satu inti dari perencanaan finansial selama kehamilan! Yup, biaya persalinan. Setiap rumah sakit atau klinik bersalin pasti memiliki rincian perkiraan biaya persalinan, sehingga Mums bisa mempersiapkannya terlebih dahulu.

 

Saran saya, selalu persiapkan dana yang lebih dari estimasi biaya yang dikeluarkan oleh rumah sakit tersebut. Sebab, saat persalinan bisa saja terjadi sesuatu dan membutuhkan biaya tambahan. Contohnya nih, teman saya tiba-tiba mengalami kejang saat persalinan. Setelah melahirkan, ia harus masuk intensive care unit atau ICU untuk memantau kondisi kejang yang dialaminya. Hal ini tentu berdampak pada biaya yang dikeluarkan.

 

Contoh lain adalah seorang kawan yang melalui persalinan normal, namun saat sedang menjalani proses menunggu bukaan lengkap tiba-tiba ia mengalami gawat janin, yaitu detak jantung janin menurun. Akhirnya ia menjalani operasi Caesar, yang bersifat cito alias mendesak. Kembali lagi, hal ini berpengaruh pada pengeluaran Mums.

 

2. Biaya rawat bayi baru lahir di rumah sakit

Paket biaya persalinan yang dikeluarkan oleh rumah sakit atau klinik bersalin terkadang tidak mencakup biaya rawat bayi di rumah sakit. Misalnya, biaya konsultasi dengan dokter anak ataupun jika ada pemberian susu formula. Oleh sebab itu, Mums wajib menanyakan terlebih dahulu kepada penyedia layanan. Siapkan juga dana berlebih untuk hal-hal tak terduga. Contohnya, bayi saya mengalami kuning dan harus menjalani penyinaran alias fototerapi selama 2 hari, untuk menurunkan kadar bilirubinnya.

 

Sesudah Melahirkan

1. Biaya konsultasi dokter pasca-persalinan

Salah satu kesalahan saya dan suami saat merencanakan finansial dahulu adalah hanya membuat anggaran hingga persalinan saja. Padahal, pengeluaran pasca-persalinan juga tidak sedikit, lho! Salah satu contohnya adalah biaya konsultasi pasca-melahirkan ke dokter kandungan, serta konsultasi bayi ke dokter anak. Jika Mums ingin langsung melakukan program Keluarga Berencana (KB), misalnya pemasangan implan atau intra uterine device (IUD), perkirakan juga biayanya.

 

2. Biaya vaksinasi bayi
Salah satu pos pengeluaran yang saya rasa cukup besar adalah untuk vaksinasi bayi. Untuk mengantisipasi hal ini, Mums dapat menanyakan jadwal imunisasi beserta perkiraan biayanya. Beberapa vaksin bisa Mums dapatkan di Puskesmas secara gratis, karena masuk ke dalam program nasional dari pemerintah. Namun, ada juga vaksin yang harus dibeli secara pribadi, misalnya vaksin pneumokokus dan rotavirus.

Baca juga: Kenali Tipe-tipe Vaksin untuk Imunisasi

 

Nah, itulah dia poin-poin yang sebaiknya Mums perhatikan dalam perencanaan finansial saat hamil. Ingat, jangan hanya memikirkan pada saat hamil dan persalinan saja ya, tapi juga biaya setelah melahirkan hingga umur anak kurang lebih 1 tahun. Selamat merencanakan keuangan. Jangan lupa untuk tetap bahagia selama hamil ya, Mums!