Penyair dunia Kahlil Gibran pernah berkata, “Ibu: Kata terindah yang keluar dari mulut seorang manusia.” Rasanya tak berlebihan kutipan itu diciptakan karena begitulah gambaran dari Linda Kartasasmita. Dialah sosok yang berjasa di balik kesuksesan seorang pianis muda beraliran klasik asal Indonesia, Jonathan Kuo. Dan ketika mengulik cerita bagaimana caranya bisa membesarkan seorang putra hingga bisa sukses di usia muda, hanya cerita indah dan dukungan positif yang keluar dari mulutnya.

Ditemui setelah resital solo Jonathan di Balai Resital Kertanegara Jakarta, Selasa (25/6/2019) lalu, beginilah cerita ibu dari 2 putra tersebut.

 

Saya membesarkan anak yang penurut

 

Banyak yang bertanya, bagaimana cara saya membesarkan Jonathan hingga seperti ini. Jawabannya simple, saya tidak memaksa. Saya sama sekali bukan ibu yang galak. Menurut saya, cara terbaik untuk membesarkan anak di zaman sekarang adalah dengan memberi pengertian atas pilihan mereka. Jika mereka sudah mantap dengan pilihannya, berikanlah mereka dukungan.

 

Dari metode pola asuh seperti itu, Jonathan tumbuh menjadi anak yang sangat mencintai pilihannya. Titelnya sebagai pianis klasik muda di negeri ini, dihasilkan murni dari kecintaannya pada musik, bukan ambisi. Ditambah lagi, Jonathan adalah anak yang penurut, jadi ia cukup diberi tahu dengan baik dan akan menjalankannya.

 

Berbeda dengan adiknya yang lebih aktif, Jonathan adalah anak yang penurut dan tenang. Terkait dengan bermain musik, dia anak yang keras sama dirinya sendiri. Saya bahkan harus rutin mengingatkannya untuk istirahat latihan dulu dan jangan terlalu memaksakan diri. Namun, anaknya suka merasa bersalah sendiri kalau beristirahat dan rehat latihan.

 

Hobinya pun tak macam-macam. Ketika suntuk berlatih, dia pergi keluar berjalan-jalan untuk melihat yang hijau-hijau. Bukan anak yang suka ke mal atau tempat keramaian. Bisa dibilang, he’s a very easy kid.

 

 

Baca juga: Tak Hanya Orang Dewasa, Anak-anak Juga Sudah Bisa Menilai Orang

 

Bermain piano adalah pilihan Jonathan

 

Untuk keluarga yang punya kedekatan minimal dengan musik, tentu ada sedikit keraguan saat kecil dulu Jonathan berkata bahwa dia menyukai musik. Baca not saja saya tidak bisa. Apalagi, pilihan Jonathan adalah musik klasik, yang bisa dibilang bukan pilihan mudah. Bisa saja yang terdengar orang biasa sudah bagus tetapi secara teknik sebenarnya masih belum. Standarnya sangat tinggi di dunia ini.

 

Itulah kenapa di awal perjalanan, sejujurnya saya ragu. Bukan ragu anaknya tidak bisa sukses, tetapi apakah bidang ini bisa menjamin masa depannya dengan baik.

 

Mungkin saya saja yang konservatif. Namun, bandingkanlah dengan dokter atau profesi lain. Dia mampu bekerja di mana saja untuk bisa dipandang orang lain dan berpendapatan. Sementara untuk musisi klasik, dia harus menjadi pianis top dulu baru dianggap berhasil.

 

Namun kembali lagi, saya harus menempatkan posisi saya menjadi seorang ibu yang mendukung apa pun keputusan anak. Jangan sampai saya jadi orang tua yang otoriter hingga menutup jalan anak saya. Apalagi, Jonathan 1000% sangat mantap memilih musik klasik sebagai jalan hidupnya. Maka bentuk cinta saya kepadanya adalah memberikan kebebasan untuk memilih.

 

Syukurlah, dia mendapat mentor yang tepat untuk mengenalkan karakternya dengan baik dan mengembangkan bakatnya. Sejak usia 7 tahun hingga sekarang, ia dilatih oleh Pak Iswargia R. Sudarno atau yang lebih sering dipanggil Pak Lendi. Tugas saya selanjutnya adalah mendukungnya, mendoakannya, merawatnya, dan mendampinginya di saat suka dan duka.

 

Jontahan Kuo di tengah keluarganya

 

Baca juga: Manfaat Musik Klasik untuk Kesehatan Si Kecil

 

Jonathan tetaplah remaja biasa

Di luar kesibukannya untuk berlatih piano, Jonathan tak ada bedanya dengan anak-anak lain seusianya. Dia suka banget main sepak bola, senang nonton pertandingan sepak bola, punya klub sepak bola idola, dan suka dengan musik kekinian seperti Alan Walker. Kalau mau kompetisi, tetap ada masanya saya ingatkan untuk jangan terlalu banyak melihat handphone dan terlalu lama main PUBG, salah satu online game kesukaannya.

 

Dia juga masih seperti remaja lain yang emosinya masih naik-turun, misalnya kalau dia berkompetisi dan merasa permainannya kurang bagus. Namun, kondisi itu cuma sebentar karena dia akan bangkit kembali dan sadar bahwa yang dia jalani adalah pilihannya, cintanya, passion-nya.

 

Sungguh saya syukuri tantangan itu dinikmati betul oleh Jonathan. Dia tumbuh menjadi anak yang kuat, disiplin, tidak mudah puas, tidak mudah mengeluh, dan berwawasan luas, Baginya, tantangan di musim klasik malah mengasyikkan. Melihat perkembangannya yang semakin baik, di situlah saya yakin bahwa inilah dunia yang tepat untuk Jonathan seriusi. Saya terus doakan dia agar berhasil, mengiringi jalannya untuk terus berusaha. Dan jika suatu saat dia harus pergi jauh dari saya, tak apa. Memang sudah waktunya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Cerita Jonathan

Saya sayang sekali sama Mami. Bagi saya, dia adalah sosok yang luar biasa, sangat suportif, dan orang yang baik sekali. Bukan cuma kepada saya anaknya, melainkan juga ke semua orang. Saya terbilang beruntung punya ibu seperti Mami karena dukungannya benar-benar 100% untuk saya dalam menekuni musik klasik.

 

Kalau ditanya tentang rencana saya untuk sekolah musik di luar negeri, jujur belum terpikirkan. Saya kasihan sama Mami karena dia bilang tidak bisa jauh dari saya. Jadi, saya tak keberatan kalau saat ini fokus belajar musik di dalam negeri dulu.

 

Baca juga: 5 Imunisasi Wajib untuk Anak