Depresi merupakan salah satu jenis penyakit mental yang paling umum terjadi. Nah, depresi sendiri sangat banyak jenisnya. Gejalanya pun beragam, mulai dari yang sedang hingga berat. Depresi juga bisa bersifat jangka pendek ataupun jangka panjang (kronis). 

 

Memahami jenis depresi yang dialami seseorang membantu dokter untuk menentukan pengobatan yang tepat. Sementara itu, untuk penderitanya, mengetahui informasi yang tepat tentang jenis depresi yang dimilikinya juga akan sangat membantu penyembuhan. Berikut jenis-jenis depresi yang perlu Geng Sehat ketahui!

 

Baca juga: Hati-hati Depresi Setelah Menikah, Ini Penyebabnya!
 

Jenis-Jenis Depresi yang Perlu Kamu Ketahui

Di bawah ini adalah penjelasan tentang 10 jenis depresi yang perlu Kamu ketahui:

 

1. Gangguan Depresi Mayor

Dari sekian banyak jenis-jenis depresi, gangguan depresi mayor termasuk yang paling umum. Dalam kriteria diagnosis yang dipublikasikan oleh American Psychiatric Association, diagnosis gangguan depresi mayor baru diberikan jika seseorang mengalami setidaknya 5 gejala yang bertahan selama 2 minggu atau lebih.

 

Gejala-gejala yang dimaksud meliputi kesedihan, merasa hampa, merasa tidak berharga, merasa putus asa, merasa bersalah, serta kehilangan energi, nafsu makan, ataupun ketertarikan dalam melakukan aktivitas yang biasa disukai. Perubahan kebiasaan tidur serta pikiran ingin mati dan bunuh diri juga termasuk gejalanya.

 

Gangguan depresi mayor juga memiliki 2 sub tipe lagi, yaitu depresi atipikal dan depresi melankolis. Penderita depresi atipikal biasanya selalu ingin makan dan tidur. Mereka juga bersikap reaktif secara emosional dan selalu merasa cemas. 

 

Sementara itu, penderita depresi melankolis sulit tidur dan selalu memiliki pikiran rasa bersalah. Orang dewasa yang masih muda umumnya terkena depresi atipikal, sementara depresi melankolis biasanya menyerang orang lanjut usia.

 

2. Treatment-resistant Depression

Terkadang penderita gangguan depresi mayor tidak memberi respons terhadap pengobatan yang diberikan. Sekalipun sudah mencoba banyak jenis antidepresan, depresi yang mereka alami tetap tidak mereda. Inilah yang disebut treatment-resistant depression. Penyebab treatment-resistant depression bisa berupa genetik ataupun lingkungan. 

 

3. Depresi Subsyndromal

Ketika seseorang memiliki gejala depresi, tetapi tidak memenuhi semua kriteria diagnosis dari gangguan depresi mayor, kondisi ini disebut depresi subsyndromal. Ini juga termasuk salah satu dari sekian banyak jenis-jenis depresi.

 

Untuk mendiagnosis depresi subsyndromal, biasanya dokter mempertimbangkan aktivitas sehari-hari seseorang. Apakah pasien tersebut bisa bekerja seperti biasa? Kalau dia sulit menjalani aktivitas sehari-hari, maka kemungkinan ia memiliki depresi subsyndromal dan membutuhkan pengobatan.

 

4. Gangguan Depresi Persisten

Penderita gangguan depresi persisten hampir setiap hari memiliki mood atau suasana hati sedih. Mereka juga setidaknya memiliki 2 gejala depresi tambahan yang bertahan hingga 2 tahun atau lebih. 

 

Seseorang baru didiagnosis dengan gangguan depresi persisten jika memiliki 2 dari sejumlah gejala, yaitu gangguan tidur (tidak bisa tidur atau malah selalu ingin tidur), tidak semangat atau kelelahan, memiliki self esteem rendah, nafsu makan berkurang atau malah berlebihan, sulit berkonsentrasi, sulit membuat keputusan, dan merasa putus asa. Biasanya gangguan depresi persisten diobati dengan kombinasi obat oral dan psikoterapi.

 

5. Gangguan Disforik Pramenstruasi

Hampir 10% dari wanita yang sedang dalam usia subur mengalami gangguan disforik pramenstruasi. Ini termasuk salah satu dari jenis-jenis depresi. Gangguan disforik pramenstruasi adalah bentuk gejala PMS yang lebih berat dan bisa memicu depresi, kesedihan, serta kecemasan, beberapa saat sebelum wanita memasuki masa menstruasi.

 

Kondisi ini bisa sangat mengganggu aktivitas seorang wanita. Menurut ahli, gangguan disforik pramenstruasi bisa diobati dengan antidepresan yang dikonsumsi 2 minggu sebelum menstruasi.

 

Baca juga: Apa Penyebab Depresi Mayor? Kenali Lebih Jauh, Yuk!
 

6. Depresi Bipolar

Perubahan mood atau suasana hati secara drastis dari waktu ke waktu adalah gejala depresi bipolar atau yang biasa disebut gangguan bipolar. Bipolar biasa menyerang dewasa muda. 

 

Dalam bipolar, waktu ketika penderita memiliki mood yang senang disebut manik, sementara waktu ketika mood sedang turun disebut depresif. Menurut penelitian, pria cenderung lebih sering mengalami mood manik, sementara wanita lebih sering mengalami mood depresif. Bipolar biasanya akan bertambah parah jika tidak diobati menggunakan penstabil mood, obat antipsikotik, dan terapi bicara. 

 

7. Gangguan Disregulasi Mood Disruptif

Gangguan disregulasi mood siruptif atau disruptive mood dysregulation disorder (DMDD) termasuk salah satu dari banyak jenis depresi. Penderita DMDD umumnya sering mengamuk dan berteriak. 

 

Biasanya, DMDD merupakan jenis diagnosis depresi pada anak-anak yang sulit mengontrol emosinya. Gejala lain dari DMDD adalah mood marah dan sensitif hampir setiap hari, hingga sulit beraktivitas di sekolah. Biasanya DMDD diobati dengan obat oral, psikoterapi, dan pelatihan pada orang tua tentang cara efektif mengatasi perilaku anak yang terkena DMDD. 

 

8. Depresi Postpartum

Melahirkan anak memang merupakan momen yang membahagiakan. Namun, banyak wanita dan bahkan pria yang mengalami depresi postpartum pasca kelahiran anak. Pada wanita, depresi postpartum disebabkan oleh perubahan hormon, kelelahan, dan faktor lainnya. Pada pria, penyebabnya biasanya berhubungan dengan lingkungan, misalnya perubahan peran dan gaya hidup sebagai orang tua baru. 

 

Depresi postpartum biasanya menyerang langsung setelah anak lahir, tetapi bisa juga muncul 1 tahun kemudian. Gejala depresi postpartum antara lain rasa sedih berlebihan, kecemasan, dan kelelahan sampai bisa mengganggu aktivitas sehari-hari penderitanya. Bahkan, penderita depresi postpartum bisa memiliki pikiran melukai diri sendiri atau bayinya. 

 

9. Gangguan Afektif Musiman

Salah satu dari jenis-jenis depresi yang perlu Kamu ketahui adalah gangguan afektif musiman. Jenis depresi ini biasanya berulang dan menyerang penderitanya di musim gugur dan musim dingin. 

 

Ketika kambuh, gangguan afektif musiman biasanya mengalami perubahan mood dan tidak bersemangat. Penderita gangguan afektif musiman juga biasanya makan berlebihan, tidur berlebihan, mengalami kenaikan berat badan, dan menghindari interaksi sosial.

 

Gangguan afektif musiman lebih banyak menyerang wanita dan orang dewasa muda. Jenis depresi ini juga bisa bersifat turunan. Diagnosis gangguan afektif musiman biasanya diberikan jika penderita mengalami kekambuhan setidaknya selama 2 tahun. 

 

10. Depresi Psikotik

Orang yang terkena depresi psikotik memiliki gejala depresi berat disertai dengan psikosis, yaitu kondisi ketika seseorang sulit membedakan kenyataan dan imajinasi. Gejala psikosis biasanya meliputi halusinasi dan delusi. Untuk mengobati depresi psikotik, biasanya dokter menggunakan obat oral antidepresan dan antipsikotik. (AS)

 

Baca juga: Mengenal Obat-obatan yang Digunakan untuk Menangani Depresi

 

Referensi

Health. Types of Depression, and What You Need to Know About Each. November 2017.
Beyond Blue. Types of depression.