Kamu pastinya sudah tahu kan tentang hal-hal tertentu yang bisa membahayakan alat kelamin dan sistem reproduksi wanita, seperti bergonta-ganti pasangan dan memasukkan objek-objek asing ke dalam organ intim? Namun, ternyata tanpa disadari ada faktor-faktor lain yang bisa membahayakan vagina Kamu lho, Gengs! Ginekologis mengatakan bahwa ada beberapa kondisi dan kebiasaan yang tidak diketahui banyak wanita bisa memberikan dampak negatif pada kesehatan kewanitaan. Berikut penjelasan lengkap tentang faktor dan kebiasaan tersebut, agar Kamu tahu bagaimana menjaga kesehatan vagina!

Baca juga: Awas! Vagina Berdarah Setelah Berhubungan Intim

 

Merokok

Tentu saja semua orang sudah tahu dampak negatif rokok terhadap kesehatan organ tubuh, misalnya bagi paru-paru dan jantung. Tapi, banyak yang tidak menyadari bahwa wanita yang merokok memiliki risiko sangat tinggi terkena kanker serviks. Hal ini umumnya berlaku pada wanita yang memiliki lesi prakanker atau displasia serviks. Jika merokok, maka perkembangan sel-sel abnormal itu akan meningkat hingga 75 persen. Sementara itu bagi yang bukan perokok, kemungkinan perkembangan sel-sel abnormal sekitar 25 persen.

 

Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kadar kasinogen terkonsentrasi yang ditemukan di lendir serviks wanita perokok adalah faktor utama yang meningkatkan pertumbuhan sel-sel prakanker tersebut. Dokter bahkan mengatakan bahwa rokok bisa membunuh seseorang dalam jangka waktu pendek lewat kanker serviks. Pasalnya, dampak merokok pada jantung dan paru-paru itu bersifat jangka panjang. Namun, rokok bisa membunuh secara cepat melalui kanker serviks, yaitu di usia 30–40 tahun.

 

Diabetes 

Diabetes memang bisa memengaruhi organ tubuh lain secara negatif. Namun, sering kali wanita tidak menyadari bahwa penyakit ini juga bisa memberi dampak negatif pada vagina. Bahkan, infeksi jamur di vagina bisa menjadi gejala awal diabetes pada wanita. Kadar gula yang tinggi di dalam darah mendukung pertumbuhan jamur, terutama di jaringan vagina. Wanita yang tidak bisa mengendalikan diabetesnya akan kesulitan menyembuhkan infeksi jamur di vaginanya.

Baca juga: Vagina dan Keputihan

 

Obesitas 

Semakin buncit perut Kamu, semakin berat tekanan otot-otot di sekitar pelvis, kandung kemih, dan vagina. Tekanan tersebut bisa menambah gejala propalpse organ pelvis, seperti keluar urine ketika batuk atau bersin. Kalau wanita yang obesitas bisa menurunkan berat badannya dan menguatkan otot-otot pelvisnya, gejala prolapse pelvis ini bisa hilang tanpa harus melalui prosedur operasi.

 

Obesitas juga bisa membuat Kamu lebih sulit untuk bisa hamil. Kalaupun hamil, biasanya risiko komplikasinya tinggi, misalnya mengalami pre-eklampsia dan persalinan Caesar. Obesitas juga meningkatkan risiko kanker rahim.

 

Membersihkan Terlalu Berlebihan 

Pada umumnya, kebersihan itu memang penting. Labia atau bibir vagina dan vulva harus selalu dibersihkan ketika Kamu sedang mandi. Namun, bagian dalam vagina tidak butuh dibersihkan. Artinya, tidak perlu dibersihkan dengan douching atau minyak esensial tertentu. Pasalnya, hal tersebut bisa mengganggu bakteri normal di ekosistem vagina dan menimbulkan infeksi. Lagipula, vagina Kamu tidak perlu harus sewangi bunga, kok. Jadi, jangan membersihkan miss V terlalu berlebihan, ya.

 Baca juga: Bahaya Penggunaan Tisu untuk Vagina

 

Konstipasi 

Vagina dan rektum sangat berdekatan. Bahkan, keduanya memiliki dinding yang sama. Konstipasi kronis efeknya bisa melemahkan dinding antara vagina dan rektum, serta menimbulkan kondisi rektokel, yaitu terjadinya herniasi di dinding depan rektum ke dalam vagina.

 

Rektokel bisa menyebabkan tekanan pada pelvis, rasa sakit saat berhubungan seks, dan membuat proses defekasi atau buang air besar lebih sulit. Kalau Kamu sering mengalami konstipasi, tingkatkan asupan jumlah cairan yang dan konsumsilah banyak sayuran yang tinggi akan serat. Kalau belum sembuh juga, periksakanlah diri ke dokter.

 

Olahraga 

Secara umum, olahraga itu baik untuk kesehatan jantung, otot, dan mood. Tapi terlalu lama mengenakan baju dan pakaian dalam olahraga yang basah karena keringat, tidak baik untuk vagina. Keputihan yang bercampur dengan keringat di celana dalam yang ketat adalah lingkungan yang tepat untuk perkembangan infeksi jamur dan bakteri pada vagina. Hal ini juga berlaku pada pemakaian baju renang yang basah dalam waktu lama. Dokter menyarankan, lebih baik langsung mengganti baju jika sudah selesai berolahraga meski Kamu tidak bisa langsung mandi.

 Baca juga: Apa Saja Perubahan yang Terjadi pada Vagina Seiring Usia

 

Semakin bertambah umur, semakin penting pula untuk rutin mengecek kesehatan. Bagi wanita, alat reproduksi adalah salah satu organ terpenting yang harus diperhatikan perawatannya. Kalau Kamu belum pernah melakukan pemeriksaan pelvis, maka segeralah buat janji dengan dokter. Apalagi kalau Kamu merokok atau mengalami obesitas, maka pemeriksaan pelvis harus lebih sering dilakukan. Jangan lupa untuk berolahraga secara rutin dan menjaga kebersihan diri. Namun jangan sampai berlebihan, ya!