Menjalani ibadah puasa, hendaknya dipersiapkan dengan baik, fisik maupun mental. Dengan begitu ibadah dapat dijalani dengan tenang dan tanpa ada keluhan fisik. Namun kadang masih muncul keluhan fisik seperti dehidrasi, sakit kepala, nyeri lambung, atau konstipasi

 

Agar keluhan tersebut tidak datang, Geng Sehat bisa memperbaiki pola makan selama bulan puasa menjadi lebih sehat. Mengapa di bulan puasa? Karena di luar bulan puasa, kita cenderung makan dengan bebas dari pagi hingga malam.

 

Saat puasa, asupan makan dibatasi. Ini bisa menjadi langkah awal mengurangi "musuh" bersama yaitu gula, garam, dan lemak alias GGL. Ketiganya merupakan sumber berbagai masalah kesehatan dan penyakit kronis jika dikonsumsi berlebihan.

 

Baca juga: Kesalahan Pola Makan yang Kerap Dilakukan Selama Puasa

 

Bagaimana cara mengurangi asupan gula, garam dan lemak di bulan puasa ini? Ikuti tips berikut:

 

Bahaya Gula, Garam, dan Lemak

Menurut pakar Nutrisi yang juga Head of Nutrifood Research Center, Astri Kurniati, S.T., M.App.Sc., dalam acara buka puasa bersama Nutrifood di Jakarta, 13 Mei lalu, makanan tinggi garam, gula, dan lemak dapat memicu berbagai masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, hipertensi, kolesterol, dan stroke.

 

“Sayangnya kebanyakan dari kita saat puasa ini justru mengonsumsi gula meningkat karena saat berbuka puasa selalu dengan makanan dan minuman yang serba manis. Belum lagi makanan seperti gorengan yang tinggi lemak dan garam,” jelas Astri.

 

Gula adalah pemicu kegemukan yang akan meningkatkan risiko diabetes. Begitu juga lemak yang sangat cepat meningkatkan berat badan. Sedangkan garam, menyebabkan atau memperburuk hipertensi. 

 

Baca juga: Manfaat Puasa untuk Penderita Hipertensi
 

Berapa Rekomendasi Asupan GGL dalam Sehari?

Batasan konsumsi gula dalam sehari tak lebih dari 12 sendok teh (sekitar 50 gram), garam hanya satu sendok teh (lima gram), dan lemak sebanyak lima sendok makan (67 gram). Di bulan puasa, batasan ini juga berlaku sama.

 

 

Agar tidak berlebihan, sebenarnya bisa disiasati dengan pemilihan menu yang tidak banyak mengandung gula, garam, dan lemak. “Saat sahur konsumsi karbohidrat kompleks dan protein. Dan ketika bukan harus minum air putih sesegera mungkin, jangan minum manis terlalu banyak. Lebih baik konsumsi buah-buahan. Mengapa? Semakin banyak minum manis, maka semakin haus dan akhirnya minum lagi,” jelas Astri.



Lemak adalah nutrisi yang paling lama dicerna sehingga merangsang produksi asam lambung berlebih. Inilah yang menyebabkan keluhan nyeri lambung atau maag selama puasa.

 

Baca juga: Keuntungan Memilih Air Putih Dibandingkan Minuman Manis

 



Kurangi GGL Cecara Bertahap

Bagi yang biasa makan manis, asin atau gurih berlemak, tentu tidak mudah melakukan perubahan secara drastis. Astri memberikan tips, “Sebaiknya disesuaikan dengan kondisi masing-masing orang. Misalnya kalo ada riwayat diabetes, maka diprioritaskan lebih mengurangi gula. Pada penderita hipertensi, tentu garam harus dihindari terlebih dahulu,” jelas Astri.

 

Namun baik gula, garam, dan lemak sama kontribusinya dalam menghadirkan berbagai penyakit kronis yang mematikan. Pada dasarnya, tambah Astri, suka pada rasa asin, manis, atau gurih hanya persoalan kebiasaan. Maka dari itu, Ramadan bisa jadi waktu yang tepat untuk mulai mengurangi asupan gula, garam, dan lemak yang dianggap berlebih, tanpa harus kekurangan nutrisi tubuh.

“Komitmen untuk mengurangi itu harus kuat. Awal-awal mungkin rasanya aneh, tetapi semakin lama akan menjadi kebiasaan," katanya. (AY)

 

Baca juga: Susah Berhenti Makan Manis? Begini Cara Gula Memanipulasi Otak!