Terlihat seperti sakit perut biasa, invaginasi celakanya bukanlah sekadar “masuk angin” atau kolik. Namun asal ditangani secara cepat dan tepat, gangguan pada usus ini bisa disembuhkan. Salah satu Mums, Stefanie, bercerita mengenai pengalamannya mendampingi sang Buah Hati saat tiba-tiba didiagnosis invaginasi. Simak cerita lengkapnya berikut ini.

 

Dikira Gangguan Lambung, Ternyata Si Kecil Didiagnosis Invaginasi

"Pagi itu bukan seperti pagi biasanya. Saya dan suami dibangunkan dengan suara tangisan Alo, putri kita yang masih berusia 11 bulan. Tangisannya cukup intens dan bernada kesakitan.

 

Awalnya, kita pikir itu hanya tangisan lapar biasa. Namun, kekhawatiran kita tak bisa dibendung saat ia muntah untuk kedua kalinya, setelah 20 menit sebelumnya ia baru saja muntah. Tanpa berpikir lama, kita segera melarikannya ke unit gawat darurat di rumah sakit terdekat. 

 

Diagnosis awal dari dokter yang pertama kali menanganinya adalah gangguan lambung, maka si Kecil diberikan obat lambung oral. Sayangnya, ia muntah lagi tak lama setelah diberikan obat.

 

Selanjutnya, pemberian obat dilakukan melalui infus. Kendati demikian, frekuensi muntah tak kunjung surut, malah terus berlangsung. Dari situ, akhirnya dokter spesialis anak menyarankan Alo untuk dirawat inap dan diberikan antibiotik.

 

Sayangnya, kondisinya tak membaik dan malah semakin lemas. Puncaknya adalah saat saya menemukan BAB-nya berdarah. Di situlah dokter spesialis anak melakukan pemeriksaan USG di area perut Alo.

 

Benar saja, ada indikasi yang tak beres di area perut sebelah kirinya. Dokter melihat ada benjolan dan jika diraba terasa lebih keras. Dugaan awalnya adalah invaginasi. Untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat, dokter spesialis anak merujuk Alo untuk diperiksa oleh dokter spesialis bedah anak. 

 

Dan betul, hasil pemeriksaan menyatakan ada indikasi invaginasi. Keputusan itu ditegakkan dengan melihat beberapa gejala utama yang sudah terjadi selama sehari itu, yaitu Alo kolik, muntah-muntah, BAB berdarah, ditemukan benjolan, dan hasil USG yang mengarah ke indikasi invaginasi.

 

Dengan ditemukannya bukti-bukti kuat tersebut, dokter bedah anak menyarankan agar Alo dioperasi malam itu juga karena kami berkejaran dengan waktu. Kondisi Alo tergolong kritis. Apabila terlambat ditangani, bisa berisiko buruk.

 

Akhirnya, operasi dilakukan sekitar pukul 23.00. Puji Tuhan, operasi berjalan dengan lancar dan tidak ada pemotongan usus halus atau besar, yang merupakan risiko berat dari masalah ini dan membuatnya tidak harus dirawat di Intensive Care Unit (ICU).

 

Dari operasi itu, diketahui bahwa usus halus Alo masuk ke usus besar. Usus buntunya pun tertarik ke usus besar, sehingga mengalami infeksi dan harus diangkat. Dari tindakan operasi ini, sedikit kelenjar getah bening Alo diambil untuk diperiksa di laboratorium, guna menemukan penyebab pasti kenapa invaginasi bisa terjadi.

 

Baca juga: Hindari 9 Makanan Ini Jika Sedang Sakit Perut!

 

Pascaoperasi, Alo diwajibkan puasa dulu karena sistem pencernaannya belum boleh bekerja. Alhasil, asupan nutrisi dimasukkan melalui infus yang disuntikkan ke pembuluh darah. Setelah ia dipastikan tak muntah-muntah lagi, barulah ia diperbolehkan untuk mengasup cairan secara bertahap, mulai dari belajar minum air putih sebanyak 30 ml per 2 jam, hingga minum ASI sebanyak 30 ml per 2 jam.

 

Kemudian, porsi minum air putih dan ASI-nya ditingkatkan lagi menjadi 60 ml per 3 jam. Langkah selanjutnya, kita perlu menunggu ia BAB sebagai tanda bahwa sistem pencernaannya sudah mulai berfungsi. 

 

Selang 4 hari setelah operasi, Alo mulai diperbolehkan makan makanan padat kembali dengan tekstur halus. Dan kini, kondisi Alo sudah membaik. Kita terus rutin kontrol ke dokter dan menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah secara intensif.

 

Kalau ditanya bagaimana rasanya melihat bayi semungil Alo harus mengalami masalah dan tindakan medis di usianya yang sangat dini, tentu hati kita sebagai orang tua sedih luar biasa.

 

Namun, pengalaman ini adalah kesempatan kita untuk berserah diri kepada Tuhan. Kita hanya bisa melakukan yang terbaik semampu kita tetapi semuanya kembali pada ketetapan-Nya. Dan walau invaginasi dikategorikan sebagai penyakit sangat langka, umumnya ini memang terjadi pada bayi

 

Belajar dari pengalaman saya, tak ada salahnya untuk mencari opini kedua dari dokter spesialis lain jika siapa pun dari keluarga kita didiagnosis penyakit serius seperti invaginasi ini. Namun, tetaplah bertindak secara logis karena penyakit ini berkejaran dengan waktu. Terlambat sedikit, efek sesudahnya bisa sangat fatal."

 

Invaginasi, Bukan Sakit Perut Biasa

Invaginasi atau intusepsi terjadi ketika sebagian usus terlipat, dengan sebagian usus masuk ke bagian lainnya. Kondisi ini bisa terjadi pada usus besar, usus halus, atau di antara usus besar dan usus halus. Jika ini terjadi, lipatan tersebut menyebabkan gangguan atau obstruksi, sehingga mengganggu sistem pencernaan.

 

Dinding usus yang mengalami obstruksi ini saling menekan satu sama lain, yang akan menyebabkan iritasi dan pembengkakan. Pada akhirnya, aliran darah ke area tersebut terputus lalu menyebabkan kerusakan usus.

 

Penyebab terjadinya invaginasi masih misterius. Namun, kasus ini sering ditemukan pada pasien dengan riwayat keluarga yang juga pernah mengalami invaginasi. Selain termasuk penyakit yang sangat langka, secara rasio invaginasi paling banyak terjadi pada bayi.

 

Baca juga: Seperti Apa Kram Perut saat Hamil yang Berbahaya?

 

Gejala Invaginasi

Permasalahan yang kerap terjadi adalah kesalahan diagnosis invaginasi yang dikira sebagai sakit perut biasa. Pasalnya, pada awalnya bayi akan menunjukkan tanda-tanda seperti kolik, yaitu menangis tiba-tiba sambil meringkuk dengan melipat kaki ke arah perut. Namun, tangisnya dapat mereda setelah digendong atau disusui. 

 

Gejala lanjutan invaginasi adalah muntah dengan frekuensi tinggi, muntah berwarna hijau, demam, lesu, diare, berkeringat, dehidrasi, BAB berdarah, hingga ditemukannya benjolan di area perut. Gejala ini bisa bervariasi antara satu pasien dan pasien lainnya, sehingga sebaiknya segera menemui dokter saat menemukan 2 tanda invaginasi pada si Kecil.

 

Langkah Penanganan Invaginasi

Tindakan bedah perlu dilakukan saat ditemukan invaginasi, agar posisi usus yang tidak pada tempatnya bisa segera dipisahkan atau dikoreksi. Jika kondisi usus sudah sangat rusak, langkah pengangkatan akan dilakukan. 

 

Jika pengangkatan area usus tergolong kecil, maka 2 bagian usus yang sehat akan dijahit kembali. Sementara untuk kasus invaginasi yang sudah parah dan area pemotongan usus sangat besar, maka perlu mengambil langkah kolostomi atau membuat lubang pada dinding perut. Tindakan ini tergolong serius karena kolostomi yang bersifat temporer maupun permanen membutuhkan penyesuaian gaya hidup dan harus belajar untuk mengatasinya. (AS)

 

Baca juga: Selain Lapar, Ternyata Ada Penyebab Lain Perut Bunyi

 

 

 

Sumber:

Stanfordchildrens. Intussusception