Ada kasus kondisi uretra atau saluran kencing tidak berada pada letak yang seharusnya. Kasus yang termasuk dalam kelainan bawaan lahir ini juga kerap dianggap sebagai aib. Anak yang hari-harinya seharusnya diisi dengan kebahagiaan, malah menjadi minder karena keluhan yang ia alami. Dalam istilah medis, kasus ini dikenal dengan hipospadia. Namun, masyarakat awam sering salah mengartikan kondisi ini dengan penyakit kelamin ganda.

 

Pengertian Hipospadia

Hipospadia lazim diduga sebagai penyakit kelamin ganda. Padahal, kenyataan sebenarnya tidaklah seperti itu. Hipospadia yaitu uretra atau saluran kencing tidak berada pada posisi normal, yakni lubang uretra berada di bagian bawah penis, pada sisi anterior penis. Uretra adalah saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan ujung penis, untuk mengalirkan urine keluar dari kantong empedu. Normalnya, lubang uretra berada tepat di ujung penis.

 

Terdapat kasus hipospadia yang ringan sampai berat, tergantung pada letak muara uretra. Jika uretra hanya bergeser sedikit dari posisi normal, hal ini bersifat ringan. Namun ada juga kasus ujung uretra berada cukup jauh dari posisi normal, misalnya di dekat buah zakar. Ini termasuk kasus hipospadia yang bersifat parah.

Baca juga: Takut Pipis di Toilet Umum? Mungkin Kamu Mengalami Pee Shy! 

 

Bentuk Kelainan Hipospadia

Beberapa bentuk kelainan hipospadia yang sering dijumpai, yaitu:

  1. Hipospadia tipe glanular. Kelainan lubang kencing dengan posisi lubang kencing masih di kepala penis namun tidak pas di ujung.
  2. Hipospadia tipe koronal.  Lubang kencing berada pada leher kepala penis.
  3. Hipospadia tipe penile. Lubang kencing terletak pada bagian batang penis.
  4. Hipospadia tipe penoskrotal. Lubang kencing berada pada pangkal pertemuan penis dan kantong kemaluan atau kantong pelir.
  5. Hipospadia tipe skrotal. Lubang kencing berada di tengah kantong kemaluan atau kantong pelir.
  6. Hipospadia tipe perineal. Lubang kencing berada pada daerah perineum atau area antara kantong kemaluan atau kantong pelir dan anus.

 

Penyebab dan Gejala Mengidap Hipospadia

Hipospadia merupakan bawaan lahir yang sampai saat ini belum dapat diketahui penyebab pastinya. Namun, terdapat dugaan bahwa hipospadia diakibatkan oleh kelainan hormonal saat mengandung. Hipospadia terjadi karena terjadi gangguan pembentukan saluran uretra pada janin di usia kehamilan 8-20 minggu.

 

Beberapa faktor juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit ini di antaranya pada bayi yang memiliki riwayat keluarga menderita hipospadia, bayi yang lahir dari ibu berusia di atas 40 tahun, serta terdapat dugaan bahwa hipospadia juga dipengaruhi oleh wanita hamil yang terkenan paparan rokok dan bahan kimia seperti pestisida.

 

Kenali gejala hipospadia agar bisa mendapatkan penanganan yang tepat sesegera mungkin. Berikut ini ciri-ciri jika seseorang mengidap hipospadia:

  • Muara uretra atau saluran kencing tidak berada di ujung penis. Biasanya muara uretra penderita hipospadia berada di dekat kepala penis, di tengah, atau di bawah penis.
  • Penis melengkung ke bawah. Kebanyakan penderita hipospadia mengalami kebengkokan batang penis. Hal ini terjadi akibat adanya jaringan ikat di sekitar lubang uretra yang menarik penis hingga melengkung atau disebut dengan chordee. Namun, tidak semua penderita hipospadia memiliki chordee.
  • Beberapa laki-laki penderita hipospadia memiliki penis yang melengkung saat ereksi.
  • Aliran kencing tidak normal.
  • Harus duduk saat berkemih.
  • Kulit penutup penis tidak berkembang sempurna.

 Baca juga: 6 Fakta Infeksi Saluran Kemih pada Wanita

 

Penanganan Hipospadia

Hipospadia hanya bisa diobati melalui jalan operasi, yakni dengan memperbaiki kondisi saluran kencing tersebut. Jika penis masih terlalu kecil, biasanya akan diberikan terapi hormonal untuk memperbesar ukuran penis. Baru setelah ukuran penis telah memadai, operasi akan dilakukan.

 

Operasi hipospadia sebaiknya dilakukan secepat mungkin, sebelum anak tuntas sekolah. Umumnya, kulup penis anak akan dibuat sebagai muara uretra baru di kepala penis. Oleh karena itu, sebaiknya anak jangan disunat terlebih dahulu jika hipospadia belum diperbaiki.

 

Namun, operasi hipospadia juga bisa dilakukan saat anak telah dewasa dan tidak akan menghalangi pria untuk memiliki anak. Operasi akan dilakukan dalam beberapa tahap yang melibatkan spesialis anak dan urolog. Jika tidak diterapi dengan benar, hipospadia bisa menyebabkan infertilitas atau mandul. Penyakit ini juga akan berpengaruh pada psikis dan mental anak, karena memiliki kelamin yang tidak normal.

 

Selain kesulitan berkemih dalam posisi berdiri layaknya pria normal, penderita hipospedia akan mengalami masalah pada fungsi reproduksinya. Hal ini berkaitan dengan bentuk penis yang melengkung saat ereksi, sehingga penderita akan mengalami gangguan pancaran sperma saat ejakulasi, serta kesulitan penetrasi saat berhubungan seksual.

 

Segera konsultasikan kepada dokter jika ada yang tidak beres dengan alat kelamin si Kecil ya, Mums. Penanganan dini akan membuahkan hasil yang lebih baik. Perlakukan anak dengan baik dan normal, agar ia tidak merasa dikucilkan oleh keluarganya sendiri. Saat ini, banyak program operasi gratis yang diberikan kepada penderita cacat bawaan yang kurang mampu. Cari tahu informasinya agar anak bisa ditangani oleh ahlinya.

Baca juga: Terapi Untuk Disfungsi Ereksi