Mengapa disfungsi ereksi perlu diobati? Ereksi pada seorang pria dapat dikatakan menjadi merupakan modal utama ketika berhubungan seksual dengan pasangannya. Apabila seseorang mengalami disfungsi ereksi maka dapat dipastikan kondisi kesehatan psikis antara pria dengan pasangan sedang terganggu. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa disfungsi ereksi perlu segera diobati. Lalu, apa saja pengobatan untuk mengatasi disfungsi ereksi? Dilansir dari buku farmakologi klinis Dipiro, tujuan utama dari pegobatan disfungsi ereksi adalah meningkatkan kuantitas serta kualitas kemampuan ereksi pasien. Pengobatan disfungsi ereksi secara garis besar dibagi menjadi 2; yaitu terapi non farmakologi dan terapi farmakologi. Terapi non farmakologi adalah pengobatan tanpa menggunakan obat-obatan yang dikonsumsi secara langsung, sedangkan terapi farmakologi adalah pengobatan yang mengharuskan pasien mengonsumsi obat-obatan secara langsung. Yuk kita bahas satu-persatu!

Terapi non Farmakologi Disfungsi Ereksi

1. Vacum Erection Device (VED)

VED merupakan terapi lini pertama yang dipilih untuk pasien yang sebenarnya sudah memiliki hubungan seksual yang rutin dan stabil bersama pasangannya. Terapi VED ini menggunakan perangkat vakum yang dihubungkan dengan penis, onset aksi dari terapi lambat yaitu 3-20 menit, artinya pasien dapat meningkatkan kemampuan ereksi setelah 3-20 menit vacum selesai dilakukan. Namun, terapi ini juga dipertimbangkan sebagai pengobatan lini kedua setelah pengobatan dengan obat oral atau jika terjadi injeksi gagal. Terapi VED ini akan mengalami kontradiksi pada pasien yang juga mengonsumsi obat-obatan warfarin karena akan menyebabkan ereksi penis yang terjadi terus menerus.

2. Operasi

Pembedahan atau operasi hanya dilakukan jika semua perawatan baik pengobatan dengan obat oral dan juga terapi VED gagal dan tidak memungkinkan untuk perawatan lain. Hal ini karena pembedahan prostesis penis adalah tindakan paling akhir yang bisa dilakukan oleh pasien disfungsi ereksi.

Terapi Farmakologi disfungsi ereksi

Terapi farmakologi menggunakan obat-obatan yang dapat dikonsumsi untuk mengobati disfungsi ereksi, antara lain:

1. Inhibitor fosfodiesterase (PI)

Obat-obatan golongan ini akan menghambat katabolisme yang mengubah cGMP menjadi cAMP. Perubahan cGMP menjadi cAMP harus dihambat, sebab dengan berkurangnya cGMP dalam bentuk yang asli akan menyebabkan disfungsi ereksi. Contoh obat golongan PI antara lain; sildenafil (lebih banyak dikenal secara umum dengan produk viagra), avanafil, tadaafil dan vardenafil. Penggunaan obat sildenafil akan berefek vasodilatasi, sehinnga sangat tidak dianjurkan digunakan bersama obat ISDN (isosorbit dinitrat) yang juga memicu vasodilatasi. Vasodilatasi yang berlebihan dapan mengakibatkan ereksi terus menerus, hiperventilasi yang dapat berakhir kematian. Obat golongan ini menjadi first line therapy untuk pasien dewasa usia muda.

2. Regimen Tesosteron-replacement

Obat golongan ini akan mengembalikan hormon testosterone ke jumlah normal yaitu 300-1100 ng/dL atau 10,4 – 38,2 nmol/L. Testosteron yang kembali normal akan meningkatkan libido. Obat golongan ini tersedia dalam sediaan oral, buccal, parenteral dan transdermal. Namun lebih sering digunakan sediaan injeksi karena lebih efektif, murah dan tidak ada masalah bioavalibilitas. Tersedia pula dalam sediaan patches, gel, dan spray tetapi lebih mahal. Agen terapi ini dapat menyebabkan retensi natrium yang berakibat pada penambahan berat badan, hipertensi ekserbasi, congesti heart failure, edema. Obat golongan ini digunakan untuk pasien yang mengalami disfungsi ereksi terutama dikarenakan hipogonadisme.

3. Alprostadil

Obat golongan ini akan meningkatakan neurotransmitter siklik adenosin monophospat, dimana neurotransmitter ini akan meningkatkan laju aliran darah dan pengisian darah pada bagian corpora. Obat ini digunakan sebagai monoterapi disfungsi ereksi. Selain 3 jenis pengobatan di atas, terdapat agen pengobatan yang bukan menjadi pilihan utama karena efek sampingnya yang dinilai cukup berbahaya seperti obat yohimbine, papaverin, dan juga phentolamine. Sebaiknya Anda memilih pengobatan disfungsi ereksi yang tidak menimbulkan efek apapun atau setidaknya hanya sedikit memiliki efek samping. Anda juga perlu konsultasi dengan pasangan terlebih dahulu agar apa yang akan terjadi pada diri Anda juga diketahui oleh pasangan. Lakukan pengobatan secara rutin dan teratur agar penyembuhan bisa maksimal.