Berbicara mengenai tubuh yang ditumbuhi rambut halus, tentu pikiran kita akan tertuju pada sosok pria. Namun, bagaimana jika kondisi tersebut justru terjadi pada tubuh seorang wanita?

 

Adapun kondisi tubuh wanita yang ditumbuhi rambut seperti pria ini disebut dengan hirsutisme. Hirsutisme sendiri dapat terjadi akibat beberapa faktor, salah satunya produksi hormon pria, yakni androgen, yang berlebih. Kelebihan hormon pria ini disebut juga dengan hiperandrogen.

 

Apa itu hiperandrogen?

Sebelum lebih jauh mengenal hiperandrogen, ada baiknya Kamu mengetahui bahwa pada dasarnya seorang wanita juga memiliki hormon androgen, yang merupakan hormon khas pria ini. Hormon ini diperlukan wanita untuk merangsang dorongan seksual serta pembentukan otot, tulang, kulit, organ seksual, dan sel darah merah.

 

Meski begitu, jumlah hormon androgen yang dibutuhkan oleh wanita sebenarnya hanya sekitar 1 persen. Dan jika kadar ini meningkat, maka hormon androgen justru dapat menimbulkan sejumlah masalah, mulai dari jerawat yang muncul secara berlebihan hingga tumbuhnya bulu-bulu halus secara abnormal pada beberapa bagian tubuh wanita.

 

Hormon androgen berlebih pada wanita bisa dipicu oleh gaya hidup yang tidak teratur, seperti tidak pernah berolahraga, memiliki pola makan yang tidak sehat, serta kebiasaan mengonsumsi obat penenang. Selain itu, wanita yang memiliki masalah obesitas juga berisiko lebih tinggi mengalami hiperandrogen. Penelitian membuktikan, sebesar 10-20 persen hiperandrogen menyerang wanita pada usia produktif atau pada rentang usia 20-30 tahun.

Baca juga: Kenali 6 Tanda Hormon Tidak Seimbang!

 

Gejala hiperandrogen

Wanita yang mengalami hiperandrogen memiliki beberapa gejala seperti di bawah ini:

  • Mengalami kebotakan yang diawali dengan rambut rontok (alopecia).

  • Munculnya jerawat dengan tingkat keparahan sedang hingga berat.

  • Tumbuhnya rambut berlebih pada beberapa bagian tubuh, seperti daerah atas bibir, dagu, dada, perut, lengan atas, paha, dan sekitar kemaluan.

 

Gejala yang ditimbulkan akibat berlebihnya hormon androgen pada tubuh wanita tidak bisa dianggap sepele. Oleh karena itu, jika seorang wanita mengalami beberapa gejala seperti di atas, segera konsultasikan kepada dokter agar bisa mendapat penanganan yang tepat.

 

Menangani pertumbuhan rambut abnormal akibat hiperandrogen

Seperti telah disebutkan sebelumnya, salah satu gejala hiperandrogen adalah tumbuhnya rambut halus pada beberapa bagian tubuh wanita yang tidak seharusnya, misalnya daerah atas bibir, dagu, dada, perut, lengan atas, paha, dan sekitar kemaluan. Kondisi ini merupakan kondisi jangka panjang, yang sering kali membuat penderitanya merasa malu dan tertekan.

 

Meski tidak bisa dihilangkan secara permanen, ada beberapa cara yang bisa Kamu lakukan sendiri di rumah untuk mengurangi pertumbuhan rambut yang berlebihan ini. Pertama, jika rambut yang tumbuh tidak terlalu banyak, Kamu bisa melakukan pencabutan menggunakan pinset. Namun jika pertumbuhan rambut cukup banyak dan meluas, Kamu bisa mengatasi dengan cara mencukurnya. Kedua teknik sederhana ini setidaknya bisa memperbaiki penampilanmu untuk sementara waktu.

Baca juga: Jerawat Sulit Hilang? Jangan-jangan Itu Jerawat Hiperandrogen!

 

Selain mencabut atau mencukur, Kamu juga bisa melakukan waxing atau menggunakan krim perontok rambut yang banyak dijual bebas di pasaran. Namun perlu diingat, meski kedua cara ini ampuh dan cepat dalam menghilangkan rambut secara temporer, keduanya juga berisiko menyebabkan iritasi kulit dan alergi.

 

Nah, bagi Kamu yang tidak ingin merasakan sakit akibat melakukan pencabutan, takut terhadap pisau cukur, atau takut terhadap efek samping waxing dan krim perontok rambut, Kamu bisa mencoba teknik bleaching untuk mengatasi masalah tumbuhnya rambut secara abnormal ini.

 

Meski tidak menghilangkan rambut yang tumbuh, teknik ini terbukti efektif dalam menyamarkan warna rambut yang tumbuh secara berlebihan. Dan untuk menghindari efek samping akibat alergi bahan bleaching, Kamu bisa mencoba mengaplikasikan bahan tersebut pada area yang kecil terlebih dahulu.

 

Metode pengobatan yang diberikan

Jika teknik penghilangan rambut secara temporer masih dirasa kurang memuaskan, Kamu bisa menggunakan bantuan beberapa macam obat yang tentunya sudah diresepkan oleh dokter. Beberapa jenis obat yang biasa diresepkan oleh dokter untuk mengatasi hirsutisme, antara lain:

  • Obat antiandrogen, misalnya golongan spironolactone. Obat ini bekerja dengan cara mencegah hormon androgen berlekatan dengan reseptornya di dalam tubuh. Sebaiknya konsultasikan pemakaian obat ini dengan dokter, karena dapat menyebabkan cacat bawaan pada janin.

  • Kontrasepsi oral, misalnya pil KB. Obat ini bekerja dengan cara mencegah indung telur memproduksi hormon androgen.

  • Krim eflornithine. Krim ini berfungsi untuk memperlambat pertumbuhan rambut baru, tetapi tidak mampu menghilangkan rambut yang sudah ada.

 

Ketiga obat di atas berisiko menimbulkan sejumlah efek samping. Oleh karena itu, konsultasikan dan ikuti petunjuk dokter mengenai tata cara pemakaian dan dosis penggunaan obat, agar terhindar dari efek samping yang membayakan.

Baca juga: Ini Penyebab Rambut Rontok Pada Wanita

 

Selain menggunakan obat-obatan, dokter juga biasanya menyarankan pengobatan hirsutisme menggunakan metode yang lebih canggih, seperti terapi laser dan prosedur elektrolisis. Ini dapat merusak folikel rambut dan secara permanen mencegah pertumbuhan rambut kembali.

 

Namun sama halnya dengan pengobatan menggunakan obat-obatan, pengobatan menggunakan terapi laser dan elektrolisis juga memiliki beberapa efek samping. Efek samping yang mungkin timbul dari terapi laser adalah kulit yang menjadi kemerahan, terasa seperti terbakar, menjadi lebih gelap, hingga bengkak. Sedangkan efek samping dari prosedur elektrolisis adalah timbulnya rasa nyeri.

 

Pertumbuhan rambut secara abnormal yang terjadi pada tubuh wanita penderita hiperandrogen memang tidak dapat diobati. Dan bukan hal yang tidak mungkin jika penderitanya sering merasa malu dengan kondisinya tersebut. Untuk itu, jangan jadikan kondisi ini menjadi bahan olok-olakan. Karena tentu hal tersebut dapat menyakiti perasaan penderitanya. (BAG/AS)