Herpes genital adalah salah satu infeksi menular seksual yang penyebarannya terjadi melalui kontak seksual, termasuk hubungan intim, seks oral, dan seks anal. Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, termasuk ibu hamil.

 

Bahkan, sekitar 20-25% ibu hamil diketahui menderita herpes genital. Meski penularan herpes ke janin yang masih dalam kandungan sangat jarang terjadi, yakni kurang dari 1%, Mums tetap perlu memperhatikan beberapa hal untuk melindungi si Kecil dari penularan infeksinya, terlebih pada saat persalinan.

 

Jenis Herpes

Ada 2 jenis virus herpes simpleks (HSV) yang dapat menyebabkan kondisi herpes genital. Kedua virus tersebut adalah HSV-1 dan HSV-2. HSV-1 adalah virus yang menyebabkan luka dingin atau lecet di bibir. Sekitar 50% HSV-1 juga bisa menjadi penyebab herpes genital, ketika virus menyebar area genital saat seseorang melakukan seks oral.

 

HSV-2 merupakan virus yang menyebabkan seseorang mengalami herpes genital. Virus ini juga dapat menyebar ke mulut jika seseorang melakukan seks secara oral. Kedua virus ini menyebar melalui kontak kulit dan paling sering ditularkan oleh seseorang yang justru tidak memiliki luka atau lepuh.

 

Infeksi ini bertahan seumur hidup dan tidak ada obat yang bisa menghilangkannya. Perawatan dan penggunaan obat hanya bertujuan untuk membantu mengontrol gejala dan mencegah penyebarannya, khususnya selama kehamilan.

 

Baca juga: Tanda-Tanda Kehamilan Bermasalah
 

Gejala Herpes pada Ibu Hamil

Kebanyakan orang yang telah terinfeksi virus herpes tidak pernah menunjukkan adanya gejala. Namun, dalam 2 hingga 10 hari setelah penularan, seseorang mungkin akan mengalami gejala seperti sedang flu, termasuk:

- Menggigil, kelelahan, demam, sakit kepala, pegal-pegal selama 2 hari atau lebih.

- Nyeri pada area genital, gatal, nyeri saat buang air kecil, keputihan dan gangguan pada uretra, serta nyeri pada pangkal paha jika ditekan.

- Muncul lepuhan berisi cairan atau luka kecil yang terasa sakit.

 

Gejala-gejala awal dari herpes ini dapat berlangsung selama 2 hingga 4 minggu. Selama periode ini, penularan herpes dapat terjadi. Oleh karena itu, jika Mums sedang hamil dan menyadari adanya gejala-gejala ini, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

 

Herpes yang terjadi berulang mungkin akan memunculkan gejala yang lebih ringan karena tubuh sudah mulai mengembangkan antibodi. Dalam situasi ini, Mums mungkin hanya akan mengalami gejala kesemutan, sensasi terbakar, atau gatal-gatal saat infeksi terjadi dan beberapa jam sebelum luka muncul. Gejala ini biasanya tidak disertai dengan demam atau pembengkakan, serta hanya berlangsung singkat sekitar 3 hingga 7 hari.

 

Herpes dalam Kehamilan

Jika Mums mengalami herpes yang berulang, maka risiko penularan ke bayi yang belum lahir sangatlah kecil, kurang dari 1%. Hal yang sama berlaku juga jika Mums sudah terdiagnosis mengalami herpes pada awal masa kehamilan dan tidak menunjukkan gejala.

 

Risiko penularan pada bayi akan cenderung meningkat apabila herpes terjadi pertama kali pada Mums di akhir masa kehamilan. Ini karena tubuh Mums mungkin belum siap menghasilkan antibodi terhadap virus herpes.

 

Dalam kasus yang jarang terjadi pada bayi baru lahir, penularan paling sering terjadi ketika bayi melewati saluran kelahiran ibu yang terinfeksi. Maka dari itu, dalam persalinan normal biasanya dokter akan merekomendasikan obat pada trimester ketiga guna mengurangi kemungkinan munculnya gejala herpes pada saat Mums melahirkan.

 

Baca juga: Gangguan Kehamilan yang Patut Diwaspadai!
 

Komplikasi Herpes dalam Kehamilan

Herpes sangat jarang ditularkan ke bayi selama kehamilan. Sebagian besar bayI baru lahir dengan HSV terinfeksi pada saat mereka melewati saluran lahir yang telah terinfeksi. Apabila kantong ketuban pecah sebelum lahir, cairan yang melewati saluran lahir pun juga sangat jarang dapat menimbulkan infeksi pada bayi karena mereka belum mewati saluran tersebut.

 

Meski tidak terinfeksi herpes setelah dilahirkan, bayi akan tetap diberikan obat antivirus untuk menghindari kemungkinan adanya kemungkinan penularan virus. Perlu diketahui, infeksi herpes dapat menyebabkan masalah parah pada bayi, seperti kerusakan mata dan juga otak.

 

Herpes saat Melahirkan

Saat tiba waktunya Mums melahirkan, dokter harus memeriksa lesi herpes dengan sangat hati-hati. Jika Mums tidak mengalami luka atau gejala herpes saat persalinan, persalinan pervaginam mungkin bisa dilakukan.

 

Namun jika Mums mengalami luka atau gejala awal herpes, seperti nyeri vulva dan gatal-gatal, maka dokter biasanya akan menganjurkan untuk melakukan persalinan sesar. Persalinan sesar dapat mengurangi risiko terjadinya kontak langsung antara bayi dan virus.

 

Herpes pada kehamilan bukanlah hal sepele yang bisa didiamkan. Pasalnya, meskipun kecil kemungkinan penularan terjadi pada janin, herpes tetap bisa menimbulkan komplikasi lain yang tidak boleh disepelekan. Oleh karena itu, segera konsultasikan dengan dokter jika Mums menyadari adanya tanda gejala-gejala herpes seperti yang telah disebutkan. (AS)

 

Baca juga: Kelainan Kulit pada Kehamilan
 

 

Sumber

Very Well Family. "How Herpes Affects Pregnancy".

What to Expect. "Managing Herpes During Pregnancy".