Setelah beberapa waktu lalu dinyatakan sembuh dari penyakit kanker nasofaring dan kanker getah beningnya, Ustad Arifin Ilham kembali harus dirawat di rumah sakit. Hal ini diketahui setelah muncul foto Presiden Joko Widodo yang sedang menjenguk Ustad Arifin. Meskipun keluarga Ustad Arifin tidak memberikan informasi terkait penyebab ia harus dirawat di rumah sakit, berdasarkan spekulasi yang beredar di masyarakat, kondisi ustad tersebut kembali menurun. Hal ini wajar, karena sebelumnya Ustad Arifin pernah didiagnosis terkena kanker nasofaring dan kanker getah bening stadium 4.

 

Mungkin masih banyak diantara Geng Sehat yang asing mendengar kata kanker nasofaring. Dibandingkan dengan kanker payudara atau kanker paru-paru, kanker nasofaring memang jarang dibicarakan. Kanker nasofaring dimasukkan ke dalam kategori kanker kepala dan leher. Kanker ini menyerang nasofaring, yang terletak di bagian atas tenggorokan, tepat di belakang hidung.

 

Meskipun jarang dibicarakan, kasus kanker nasofaring di Indonesia cukup tinggi. Apalagi, ada beberapa kebiasaan orang Indonesia yang merupakan faktor risiko kanker nasofaring. Oleh sebab itu, penting meningkatkan kesadaran tentang penyakit ini. Jangan-jangan ada kebiasaan yang sudah dlakukan bertahun-tahun ternyata merupakan faktor risiko kanker nasofaring. Inilah faktor risiko kanker nasofaring yang perlu diwaspadai!

 

 
Baca juga: Ayo, Tingkatkan Kesadaran Kamu Tentang Kanker Kepala dan Leher!

 

1. Pria lebih berisiko

Menurut penelitian, kasus kanker nasofaring ditemukan lebih banyak dua kali lipat pada pria ketimbang pada wanita. Para ahli belum bisa menemukan jawabannya. Namun, kemungkinan besar disebabkan oleh kebiasaan pria misalnya seperti merokok.

 

2. Etnis Cina dan Asia Tenggara memiliki risiko lebih tinggi

Kasus kanker nasofaring paling banyak ditemukan di Cina, Hongkong, dan negara-negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Vietnam, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Kanker nasofaring juga banyak ditemukan di Kanada. Menurut penelitian, orang yang tinggal di wilayah-wilayah tersebut akan mengalami penurunan faktor risiko kanker nasofaring jika pindah ke wilayah risiko rendah.

 

3. Makanan tertentu meningkatkan risiko 

Orang yang tinggal di wilayah Asia termasuk di Indonesia, di mana kasus kanker nasofaring tinggi, memiliki kebiasaan mengonsumsi ikan asin atau daging yang diasinkan. Ikan asin adalah salah satu faktor risiko kanker nasofaring.

 

Kenapa ikan asin? Pasalnya, ikan asin memiliki kandungan nitrosamin. Senyawa tersebut merupakan senyawa karsinogenik (penyebab kanker). Bukan ikannya yang mengandung nitrosamin, melainkan proses pengasinan dan penjemurannya. Ketika terpapar sinar matahari dalam waktu yang lama, daging ikan asin juga terpapar zat nitrit. Kemudian, sinar matahari mengubah nitrit menjadi nitrosamin.

 

Selain ikan asin, makanan lain yang digemari masyarakat Indonesia dan meningkatkan risiko kanker nasofaring adalah makanan yang dibakar, seperti ayam bakar dan sate. Risiko kanker nasofaring bisa diturunkan dengan mengurangi konsumsi makanan-makanan tersebut. Menurut penelitian, jumlah kasus kanker nasofaring di Cina sudah menurun karena orang-orang setempat mulai mengonsumsi diet harian khas negara barat. Selain itu, penelitian juga menunjukkan bahwa mengonsumsi kacang-kacangan, sayuran, buah, serta mengurangi konsumsi produk susu dan daging bisa menurunkan risiko kanker nasofaring.

 

Baca juga: Selain Kanker Serviks, HPV Menyebabkan 5 Jenis Kanker Lain

 

4. Infeksi Virus Epstein-Barr

Dari hasil penelitian, hampir pada semua sel kanker nasofaring ditemukan virus Epstein-Barr (EBV). Kebanyakan penderita kanker nasofaring juga terdeteksi memiliki infeksi EBV di dalam darah. Sampai saat ini belum diketahui apa hubungan antara infeksi EBV dengan kanker nasofaring. Virus ini adalah "virus sehari-hari" yang mudah ditemukan namun jarang menimbulkan sakit. Sekadar terinfeksi saja tidak serta merta menyebabkan kanker nasofaring. Diduga, ada beberapa faktor lain yang meningkatkan risiko kanker nasofaring pada mereka yang terinfeksi virus ini, misalnya genetik.

 

5. Riwayat keluarga dengan kanker nasofaring

Kalau Kamu punya anggota keluarga yang pernah terkena kanker nasofaring, maka risiko Kamu terkena penyakit ini juga meningkat. Ahli belum tahu apakah penyebabnya akibat gen, faktor lingkungan, atau kombinasi antara keduanya. Selain itu, sama seperti golongang darah yang berbeda-beda, orang juga memiliki jenis jaringan yang berbeda-beda. Penelitian menemukan bahwa orang yang memiliki jenis jaringan yang sama dengan anggota keluarga yang terkena kanker nasofaring, memiliki risiko yang lebih tinggi juga. 

 

Itu adalah beberapa faktor risiko kanker nasofaring. Di luar faktor risiko tadi, ada kebiasaan lain yang bisa memicu kanker, tidak hanya kanker nasofaring. Misalnya mengonsumsi alkohol berlebihan dan merokok. Penelitian  menunjukkan konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko jenis kanker nasofaring tertentu. 

 

Selain itu, tempat kerja juga diduga dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang bekerja di tempat yang terpapar formaldehida meningkatkan risiko kanker nasofaring. Namun, tidak semua penelitian menunjukkan hasil yang sama dan hubungan diantara keduanya juga belum jelas.

 

Baca juga: Kanker Paru-Paru Banyak Menyerang Pria di Indonesia!

 

Seperti yang dijelaskan di atas, beberapa kebiasaan orang Indonesia dapat meningkatkan risiko kanker nasofaring. Oleh sebab itu, tidak ada salahnya Kamu melakukan pencegahan sejak dini. Konsumsilah makanan yang lebih sehat, batasi konsumsi kan asin, serta hindari kecanduan alkohol dan merokok. (UH/AY)

 

Yang terjadi pada tubuh ketika berhenti merokok