Bercanda Soal Fisik Anak

“Ih, masih kecil kok gendut banget? Nanti besarnya gimana, ya?”

“Kok, anak perempuan kulitnya hitam, sih?”

Sering berkomentar seperti itu tidak hanya sama anak sendiri, melainkan juga anak orang lain? Apa Mums juga pernah punya pengalaman anak Mums dikomentari soal fisik oleh orang tua lain? Bagaimana perasaan Mums? Tidak menyenangkan, bukan? Apalagi, gen anak pasti hasil gabungan dari Mums dan Dads.

Namun yang terpenting, bagaimana perasaan si Kecil? Jangan salah, meskipun masih balita, anak sudah punya perasaan. Ia sudah mengerti bila ada yang mengolok-olok penampilan fisiknya, meskipun dengan maksud hanya bercanda. Hati-hati bercanda soal fisik anak karena ia bisa tumbuh dengan perasaan minder, lho!

Hindari Komentar atau Bercanda Soal Fisik Anak

Siapa pun tentu tidak tahan bila menjadi korban body shaming. Sayangnya, banyak yang tidak bisa menahan diri untuk memberi komentar soal fisik orang lain di depan umum, bahkan dengan embel-embel “maksudnya baik”.

Sebagai contoh, inilah beberapa komentar atau candaan yang sebaiknya tidak dikatakan mengenai fisik si Kecil, apalagi bila anaknya sedang berada di depan mata dan mendengarkan.

“Nanti pas kurusan juga jadi cantik.”

Niat yang berkata begini mungkin hanya untuk menghibur. Sayangnya, ini berdampak serius pada rasa percaya diri anak. Mungkin saat berusia 4 tahun, anak tidak begitu peduli. Namun, terlalu sering mendengar ucapan ini sejak kecil bisa meracuni alam bawah sadar anak dan berdampak gangguan makan saat remaja kelak.

Baca juga: Bahaya Anak Terlalu Jujur dengan Orang Asing

“Enggak apa-apa, nanti waktu besar juga tambah tinggi atau ”

Nah, yang ini juga sama dengan yang sebelumnya. Apakah Mums atau Dads tengah memproyeksikan kekhawatiran kalian mengenai tinggi atau berat badan si Kecil? Berhentilah membuat si Kecil merasa bersalah karena tumbuh dengan berat badan atau tinggi badan yang tidak seperti standar anak-anak lain seusianya.

Justru, lebih baik fokus dengan melatihnya untuk hidup lebih sehat, seperti lebih banyak makan sayur dan buah-buahan serta mengajaknya lebih banyak bergerak atau berolahraga. Tinggi badan juga seharusnya tidak menjadi masalah, selama dokter masih menyatakan bahwa anak sehat.

“Nah, kamu kelihatan lebih cantik pakai baju ini.”

Sekilas ucapan ini terdengar seperti pujian. Masalahnya, pujian ini juga bisa jadi bumerang. Anak akan semakin menyukai pakaian tersebut, sehingga tidak mau ganti baju yang lain bila terlalu sering mendengar pujian serupa. Selain itu, ada kesan bahwa anak akan terlihat jelek bila memakai baju yang lain dan berpikir bahwa hanya penampilan luar lah yang paling penting bagi sekitarnya.

Baca juga: 5 Ciri Kepribadian Anak yang Berbeda

“Wah, bagus ya anak suka makan sayur dan buah biar enggak jadi gemuk.”

Lebih baik puji anak karena itu makanan sehat. Bila menggunakan kata gemuk sebagai perbandingan buruk, ia akan tumbuh dengan anggapan bahwa orang gemuk itu buruk. Kelak ia bisa menjadi tukang bully atau perundung teman-teman sekolah yang menurutnya gemuk atau malah membenci diri sendiri bila ia yang gemuk.

Selain itu, anak juga bisa tumbuh dengan masalah gangguan makan (eating disorder). Berawal dari menjadi picky eater (pilih-pilih makanan), lama-lama anak bisa tidak mau makan makanan tertentu hanya karena takut gemuk. Padahal, ia masih dalam masa pertumbuhan dan butuh asupan gizi lengkap.

“Kok kakaknya kurus, adiknya gemuk, ya?”

Bila Mums tidak pernah suka dibanding-bandingkan dengan ibu-ibu lain dalam hal mengurus anak, sebaiknya jangan lakukan hal serupa pada si Kecil dengan saudaranya atau anak-anak lain. Meskipun hanya dengan niat bercanda, hal ini bisa menyakiti perasaan si Kecil.

Komentar di atas juga dapat menumbuhkan bibit sibling rivalry (persaingan antara saudara sendiri). Tidak mau kan, Mums sampai dituduh anak sendiri lebih sayang kakak atau adik hanya karena masalah penampilan?

Jadi, mulai hati-hati bercanda soal fisik anak, ya. Meskipun masih balita, ia sudah paham dan bisa sakit hati, lho. (AS)