Tidak perlu jauh-jauh dulu membahas masa transisi usia anak, Mums. Untuk yang sehari-hari saja, transisi dari satu kegiatan ke kegiatan lainnya bisa menimbulkan drama. Misalnya, anak sedang asyik bermain, tiba-tiba disuruh berhenti dulu karena waktunya makan. Meskipun sudah lapar, ada kalanya ia tidak menurut dan susah disuruh berhenti. Akibatnya? Tangisnya pun pecah dan ia marah-marah.

 

Apa yang Dimaksud dengan Transisi?

Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan transisi di sini, Mums? Seperti contoh di atas, transisi adalah saat si Kecil harus menghentikan satu kegiatan yang sedang dilakukannya untuk melakukan satu kegiatan lain.

 

Biasanya, ini sulit untuk dilakukan bila kegiatan yang pertama adalah favoritnya, sementara yang berikutnya belum tentu dia suka. Contohnya, saat si Kecil akan bepergian dengan Mums dan Dads, membereskan mainan sebelum waktunya tidur, mematikan TV, atau selesai mandi.

 

Bagi anak yang lebih besar atau orang dewasa, transisi adalah hal yang normal dan biasa saja. Toh, manusia memang melakukan banyak hal dalam sehari. Sayangnya, si Kecil merasa bahwa transisi bukanlah hal yang menyenangkan. Rasanya dia harus merelakan sesuatu yang disukainya untuk melakukan hal lain karena diharuskan.

 

Mempersiapkan Si Kecil Menghadapi Transisi

Lalu, bagaimana cara mempersiapkan si Kecil untuk menghadapi transisi? Pastinya tidak mungkin bila harus selalu menunggu anak merasa bosan dengan kegiatannya sekarang sebelum berganti dengan kegiatan berikutnya.

 

Nah, agar si Kecil tidak kaget dan protes saat harus menghadapi transisi, Mums bisa melakukan 3 hal di bawah ini:

  • Jelaskan kepada anak mengenai urutan kegiatannya sebelum memulai hari atau meninggalkan rumah. Cara ini akan membuat anak paham dan tidak kaget lagi saat harus melakukan kegiatan selain yang disukainya.
  • Gunakan kalender keluarga untuk menunjukkan jadwal kepada si Kecil. Untuk balita, gunakan kalender bergambar agar ia lebih memahami semua kegiatan yang harus dilakukan dalam sehari. Misalnya, kalender dengan gambar anak-anak bangun tidur, mandi, dan lain-lain.
  • Pertimbangkan mengajarkan anak beberapa keahlian tambahan untuk membantunya melalui transisi. Misalnya, belajar mengikat tali sepatu sebelum pergi ke luar rumah atau beberapa kartu petunjuk bergambar mengenai barang-barang yang harus dimasukkan ke dalam tas sekolah.

 

Menentukan Timing yang Tepat untuk Transisi Si Kecil

Tidak hanya persiapan, menentukan timing yang tepat untuk melakukan transisi juga harus jadi pertimbangan. Inilah 3 hal yang bisa Mums lakukan:

 

  1. Tentukan timing yang tepat

Bila si Kecil masih asyik dengan puzzle atau mainan Lego-nya, tunggulah sampai dia selesai melengkapi gambar atau bangunan. Sesudah itu, barulah panggil dia untuk makan siang.

 

  1. Berilah pengingat pada anak

Sebelum transisi, berilah pengingat pada anak. Misalnya katakan, Lima menit lagi kita pulang, ya.atau “Satu putaran lagi, habis itu kita makan, oke?” Jadi, anak sudah diberitahu mengenai kegiatan selanjutnya.

 

  1. Tambahkan sedikit waktu ekstra bila perlu

Sampai sini, ada kemungkinan si Kecil akan protes dan langsung menawar, Sebentar lagi!Cukup berikan sekali tambahan ekstra waktu bila perlu. Jangan lupa ingatkan anak kembali bahwa waktunya sudah habis dan kegiatan berikutnya menanti.

 

Bersikap Tegas Mengenai Pilihan saat Transisi Kegiatan Anak

Berhubung anak mungkin sudah bisa menawar, bolehlah memberi pilihan saat transisi kegiatan anak. Namun, jangan lupakan sikap tegas dan jelas, Mums, seperti:

 

  • Menawarkan pilihan kepada anak terkait transisi

Bila si Kecil ingin membawa mainan ke acara keluarga, mintalah dia untuk memilih satu sebelum masuk ke mobil. Hal ini dapat mencegah anak bingung memilih atau malah memilih terlalu banyak, sehingga berisiko membuang waktu dan menghilangkan mainan di lokasi acara.

 

  • Membatasi pilihan anak terkait transisi

Jika anak bingung dengan baju yang ingin ia pakai, berilah 2 pilihan untuk ia pilih salah satu.

 

  • Tidak memberikan pilihan pada anak bila tidak mungkin

Tidak perlu berpanjang lebar dengan anak. Apabila Mums sedang terburu-buru, tak perlu menjelaskannya kepada si Kecil. Mintalah anak untuk segera berkemas dan masuk ke mobil.

 

Mums bisa melakukan salah satu dari tiga hal di atas, tergantung kondisi dan situasinya.

 

Jadikan Transisi Sebagai Permainan Seru atau Sesuatu yang Positif

Anak susah disuruh berhenti main, padahal sudah waktunya makan? Nah, jadikan transisi sebagai permainan seru atau sesuatu yang positif!

  • Mums bisa mengatakan, “Ayo, saatnya boneka-boneka tidur di boks mereka!” saat meminta anak membereskan semua mainannya.
  • Beritahu kegiatan menyenangkan berikutnya sesudah membereskan mainan, seperti, “Habis masukin semua mainan ke kotak, kita makan ya, Dek.
  • Beritahu anak keuntungan dari melakukan kegiatan yang baginya kurang menyenangkan. Misalnya, “Setelah membereskan mainan, Adek bisa main di playground lebih lama.”
  • Jangan lupa memuji si Kecil karena mau bekerja sama dengan baik.

 

Potensi Masalah Si Kecil Terkait Transisi:

Sebaik-baiknya Mums, 2 kemungkinan ini tetap bisa terjadi dan inilah cara menanganinya.

 

  1. Anak kecewa

Wajar bila si Kecil kecewa karena harus berhenti bermain. Ajaklah ia untuk terbuka soal perasaannya dan tunjukkan empati dengan ucapan, “Mama tahu kamu lagi asyik main, tapi sudah saatnya kita pulang. Kapan-kapan bisa main lagi.”

 

  1. Anak mengamuk

Nah, kalau begini Mums harus tegas bersikap. Meskipun anak marah-marah dan menangis, bila memang sudah saatnya berhenti bermain, Mums tidak boleh kalah dengannya.

 

Semoga tips di atas dapat membantu si Kecil menerima transisi apa pun dalam hidupnya ya, Mums! (AS)

 

Referensi

Child Mind Institute: Why Do Kids Have Trouble With Transitions?

Raisingchildren.net.au: Transitions for children: helping children change activities

Child Mind Institute: How Can We Help Kids With Transitions?

Parents: Easing a Toddler's Daily Transitions