Melihat orang gagap memang bukan sesuatu yang aneh, karena banyak yang mengalaminya. Namun banyak orang yang memandang sebelah mata, bahkan melakukan diskriminasi terhadap orang gagap. Pasalnya, tidak banyak yang tahu kalau gagap adalah sebuah penyakit. Berikut penjelasan lengkap tentang penyakit gagap menurut Mayo Clinic.

Baca juga: OCD, Gangguan Psikologis Berawal dari Kecemasan

 

Apa Itu Penyakit Gagap?

Gagap adalah gangguan bicara yang memengaruhi kelancaran dan aliran berbicara dengan tingkat keparahan yang berbeda-beda. Orang yang gagap tahu apa yang ingin mereka sampaikan, namun memiliki kesulitan dalam membicarakannya secara jelas. Misalnya, mereka bisa mengulang-ulang kata atau hanya awalannya saja.

 

Gagap pada umumnya lebih sering terjadi pada anak kecil. Namun hal tersebut dianggap normal, karena anak kecil masih dalam proses pembelajaran untuk berbicara. Anak kecil sering kali gagap ketika mereka sulit dan belum bisa mengucapkan suatu kata. Kebanyakan anak-anak kondisinya akan membaik seiring dengan pertumbuhannya. Sayangnya, gagap bisa menjadi kondisi kronis yang tidak kunjung sembuh hingga dewasa. Kondisi ini bisa memengaruhi kepercayaan diri dan interaksi penderitanya dengan orang lain.

 

Gejala Penyakit Gagap

Gejala dan pertanda penyakit gagap termasuk:

  • Kesulitan memulai sebuah kata atau kalimat.
  • Membutuhkan waktu yang lama untuk mengatakan sebuah kata atau menyelesaikan kalimat.
  • Mengulang-ulang kata.
  • Merasa tegang ketika ingin mengatakan sebuah kata.
  • Mengalami gangguan kekhawatiran saat berbicara.
  • Memiliki kemampuan yang terbatas untuk berkomunikasi secara efektif.

 

Kesulitan berbicara pada orang gagap juga sering kali diiringi dengan:

  • Mata berkedip-kedip.
  • Tremor bibir atau rahang.
  • Mengepalkan tangan.

 

Gejala gagap biasanya menjadi semakin parah jika penderitanya merasa senang, lelah, stres, tertekan, dan terburu-buru. Situasi-situasi seperti berbicara di depan publik atau sebatas berbicara melalui telepon bisa sangat sulit untuk orang yang gagap. Namun, kebanyakan orang gagap bisa berbicara dengan lancar ketika berbicara sendiri, bernyanyi, atau ketika berbicara dengan 1 orang.

 

Kapan Gejala Gagap Perlu Diperiksakan ke Dokter?

Gagap pada anak usia 2–5 tahun adalah sesuatu yang umum. Untuk kebanyakan anak-anak, gagap adalah bagian dari proses pembelajaran berbicara, dan seiring waktu akan membaik. Namun, gagap yang tidak kunjung sembuh hingga dewasa atau baru terjadi saat seseorang sudah dewasa perlu diobati untuk meningkatkan kelancaran berbicara.

 

Hubungi dokter atau ahli patologi wicara dan bahasa jika gejala gagap yang Kamu alami:

  • Berlangsung lebih dari 6 bulan.
  • Terjadi lebih dari 1 kata atau bahasa.
  • Diiringi dengan ketegangan dan terlihat kesulitan ketika berbicara.
  • Semakin parah seiring dengan bertambahnya usia.
  • Memengaruhi efektivitas komunikasi di sekolah, tempat kerja, atau interaksi sosial.
  • Menyebabkan gangguan kekhawatiran atau emosional.
  • Baru terjadi ketika penderitanya sudah dewasa.
Baca juga: Kejang Pada Anak: Bagaimana Mengatasinya?

 

Penyebab Penyakit Gagap

Peneliti masih melakukan berbagai macam penelitian untuk mempelajari penyebab yang mendasari gagap. Dalam sejumlah penelitian, terbukti bahwa ada kombinasi dari beberapa faktor. Beberapa kemungkinan penyebab gagap adalah:

  • Ketidaknormalan pada kontrol motorik oral. Beberapa bukti mengindikasikan bahwa ketidaknormalan kontrol motorik untuk berbicara, seperti waktu, sensori, dan koordinasi motorik diyakini menjadi salah satu faktornya.
  • Genetik. Gagap cenderung bersifat turun-temurun dalam keluarga. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa gagap bisa disebebkan oleh ketidaknormalan genetik.

 

Gagap Akibat Penyebab Lain

Kelancaran berbicara juga bisa terganggu akibat sejumlah penyebab lain. Stroke, cedera trauma pada otak, atau beberapa penyakit otak lainnya bisa menyebabkan proses berbicara melambat atau jadi berulang-ulang. Kelancaran berbicara juga bisa terganggu ketika seseorang mengalami stres secara emosional.

 

Orang-orang yang tidak memiliki penyakit gagap bisa saja mengalaminya ketika merasa khawatir atau tertekan. Situasi-situasi tersebut bisa menyebabkan gejala gagap menjadi semakin parah. Kesulitan dalam berbicara juga bisa terjadi setelah seseorang mengalami trauma psikologis emosional. Namun, kasus ini jarang terjadi.

 

Faktor Risiko yang Menyebabkan Gagap

Pada umumnya, pria memiliki kemungkinan yang lebih besar mengalami gagap ketimbang wanita. Faktor-faktor lain yang meningkatkan risiko penyakit gagap ialah:

  • Perkembangan masa kanak-kanak yang terlambat. Anak-anak yang proses perkembangannya terlambat atau mengalami gangguan bicara memiliki risiko mengalami gagap.
  • Memiliki anggota keluarga yang gagap. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, gagap cenderung bersifat turun-temurun dalam keluarga.
  • Stres. Stres pada keluarga, seperti ekspektasi orang tua yang terlalu tinggi atau ada tekanan lain bisa menimbulkan penyakit gagap.

 

Bagaimana Cara Mengobati Gagap?

Terapi berbicara bisa mengurangi gejala kesulitan berbicara dan meningkatkan kepercayaan diri penderita gagap. Terapi ini sering kali berfokus pada cara mengontrol pembicaraan, latihan pernapasan, dan mengurangi ketegangan saat berbicara.

 

Terapi berbicara sangat baik bagi penderita gagap yang:

  • Menderita penyakit gagap selama 3–6 bulan.
  • Mengalami kesulitan secara emosional akibat gagap.
  • Memiliki riwayat keluarga terkena penyakit gagap.

 

Untuk anak-anak, orang tua juga bisa melakukan teknik terapeutik agar mereka merasa lebih percaya diri ketika sedang berbicara. Mendengar pembicaraan anak dengan sabar sangat penting dilakukan oleh orang tua.

Baca juga: Saling Mencintai atau Hanya Bergantung secara Emosional?

 

Gagap memang bisa sangat memengaruhi psikologis seseorang. Namun, bukan berarti orang yang gagap harus kehilangan kepercayaan dirinya. Meskipun tidak ada obat yang bisa dikonsumsi untuk menghilangkan masalah ini, ada terapi yang bisa mengurangi gejalanya. Oleh sebab itu, Geng Sehat yang memiliki penyakit gagap harus tetap selalu percaya diri, ya! (UH/AS)