Tahukah Kamu, ternyata hernia atau yang lebih familiar kita sebut sebagai turun berok tidak hanya terjadi akibat terlalu sering mengangkat benda berat, melainkan terdapat belasan faktor risiko lainnya yang perlu Kamu perhatikan.

 

Meskipun penyakit ini terdengar sepele, terlebih jika Kamu belum pernah mendengar bahkan melihat seseorang dengan penyakit ini, tetapi jika tidak ditangani dengan segera penyakit hernia juga dapat berbahaya untuk organ tubuh lainnya hingga komplikasi lho! Selain itu, hernia juga bukan jenis penyakit yang mudah diketahui gejalanya berikut cara mengobatinya, tetapi karena jenis-jenis hernia cukup banyak, maka seringkali dokter salah diagnosis di awal gejala.

 

Nah, kalau sudah terlanjur kronis, apakah bisa menyalahkan dokter? Untuk itu, yuk ketahui faktor risiko lainnya yang dapat menjadi pemicu hernia atau turun berok ini!

 

Baca juga: Benarkah Bunuh Diri Bisa Disebabkan Oleh Faktor Genetik?

 

Faktor Pemicu Hernia atau Turun Berok

Terdapat beberapa kondisi yang dapat memicu perkembangan hernia seperti

  • Faktor genetik. Ternyata hernia juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik, terutama yang mengalami kelainan genetik pada serabut kolagen di otot dan fasia (lapisan tebal otot). Kondisi tersebut juga sering dikaitkan dengan Ehlers-Danlos dan Marfan's Syndrome karena terdapat gangguan jaringan otot yang diwariskan dan membuat seseorang lebih rentan menderita hernia.

  • Jenis kelamin. Pria berisiko lebih besar untuk menderita hernia daripada wanita.

  • Obesitas. Akibat berat badan berlebihan hingga obesitas (kelebihan berat badan).

  • Mengangkat benda berat. Kondisi ini tidak dapat disamakan untuk semua aktivitas yang berkaitan dengan benda berat ya, sebab tidak semua tukang kuli panggul menderita hernia lho! Melainkan jika Kamu mengangkat benda berat dengan posisi yang salah dan memaksa untuk mengangkatnya, maka Kamu akan berisiko lebih besar menderita hernia akibat adanya tekanan intraabdominal.

  • Penyakit bronkitis, batuk, dan asma. Ketiga penyakit tersebut ternyata dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hernia, karena saat kita batuk terjadi tekanan pada dinding perut yang berhubungan dengan penyebab hernia khususnya hernia inguinalis. Jika ternyata batuk justru berisiko lebih tinggi memicu hernia daripada mengangkat benda berat.

  • Merokok. Kegiatan yang satu ini memang lebih banyak memberikan dampak negatif ke kesehatan daripada nilai positifnya, seperti salah satunya yaitu pada hernia ini. Merokok dapat memicu batuk yang berisiko pada hernia. Selain itu, karena merokok proses penyembuhan luka khususnya luka bekas operasi hernia menjadi lebih lambat dan berisiko pada pertumbuhan hernia lainnya atau justru komplikasi.

  • Konstipasi atau sembelit. Mengejan berlebihan juga dapat meningkatkan risiko seseorang menderita hernia, sebab terjadi tekanan intra-abdominal pada dinding perutmu. Untuk itu, konsumsilah lebih banyak serat dan minum air putih sebab kedua hal tersebut merupakan cara terbaik untuk mencegah sembelit terutama hernia.

  • Kehamilan dan persalinan. Faktor ini bukan berarti semua ibu hamil berisiko menderita hernia ya, tetapi jika telah memiliki gejala hernia sebelum kehamilan dan tidak dilakukan pengobatan maka saat hamil dan melakukan persalinan, risiko hernia tersebut akan semakin buruk.

  • Prostat. Membesarnya kelenjar prostat pria memiliki dampak yang sama dengan sembelit. Prostat membuat tekanan berlebih atau yang disebut sebagai intra-abdomen. Untuk itu, segera berikan pengobatan pada prostat yang membesar agar mencegah terjadinya hernia dan dampak buruk kesehatan lainnya.

  • Sleep apnea. Masalah kesehatan yang berkaitan dengan tidur ini memang tidak secara langsung berisiko pada hernia, tetapi apabila terjadi dalam waktu lama maka tekanan dari dengkuran tersebutlah yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia.

  • Pembedahan. Kondisi ini bukan berarti pembedahan menyebabkan hernia, tetapi apabila terjadi beberapa kondisi pasca operasi maka hal inilah yang dapat menyebabkan hernia, seperti batuk, infeksi, dan sembelit. Adapun jenis hernia yang biasa terjadi setelah pembedahan adalah hernia insisional.

  • Kemoterapi. Sama halnya dengan pembedahan, jenis hernia yang kemungkinan besar terjadi akibat kemoterapi adalah hernia insisional. Hal ini disebabkan karena kemoterapi membuat proses penyembuhan luka berlangsung lebih lama. Selain pasien kemoterapi, mereka yang menjalani transplantasi organ, pasien steroid kronis, dan yang memiliki masalah paru-paru juga berisiko tinggi terhadap hernia.

  • Asites. Bagi Kamu yang baru mendengar nama penyakit ini, asites merupakan sebuah penyakit yang disebabkan oleh cairan memenuhi rongga abdomen. Akibat cairan tersebut maka terdapat peningkatan tekanan di perut, dan kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya hernia.

  • Diabetes. Kondisi ini juga bukan berarti semua pasien diabetes menderita hernia ya, tetapi akibat proses penyembuhan luka yang lama, yang dapat meningkatkan risiko hernia insisional.

  • Cedera traumatis akibat olahraga.

  • Bayi yang lahir prematur, berisiko lebih besar menderita hernia daripada bayi dengan kelahiran normal.

 

Semua faktor pemicu hernia tersebut lebih baik dilakukan perawatan dengan segera oleh ahli medis terlebih dahulu. Kemudian, konsultasikan ke dokter jika Kamu merasakan adanya gejala hernia seperti memiliki tonjolan yang disertai nyeri, mual dan muntah, serta sesekali merasakan mati rasa. Jangan paksakan untuk terus melakukan aktivitas fisik apabila herniamu sedang kambuh ya!