Setiap tahun penduduk Indonesia bertambah 5 juta. Artinya, ada 5 juta ibu hamil yang melahirkan setiap tahunnya. Semua ibu hamil saat cek pertama kali ke dokter, bidan, atau tenaga kesehatan lainnya, pasti diberikan buku kesehatan ibu dan anak atau buku KIA.

 

Buku KIA menggantikan KMS (Kartu Menuju Sehat). Jika dulu di tahun 80-an ibu bisa memantau tumbuh kembang anak dengan grafik yang ada di KMS, terutama berat dan tinggi badan, sejak tahun 2004, semua informasi tersebut sudah dipindahkan ke buku KIA dan isinya jauh lebih lengkap.

 

Kementerian Kesehatan menetapkan bahwa buku KIA menjadi satu-satunya alat pencatatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, dimulai dari kehamilan, melahirkan, dan selama nifas, hingga bayi yang dilahirkan berusia 5 tahun.

 

Baca juga: Sesuaikah Fase Perkembangan Si Kecil Dengan yang Seharusnya?

 

Di dalamnya, berisi informasi tentang bagaimana menjaga kesehatan ibu hamil dan anak, penyelenggaraan imunisasi, serta pemberian vitamin A pada bayi. Dijelaskan Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan, dr. Kirana Pritasari, MQIH., saat ini cakupan buku KIA sudah mencapai 81,5% di seluruh wilayah Indonesia.

 

“Sayangnya, untuk pengisian data-data di dalamnya belum cukup memuaskan. Yang mengisi secara lengkap baru 18%,” ujar Kirana kepada media dalam acara "Workshop Advokasi Pemanfaatan Buku KIA untuk Kesehatan Ibu, Anak, dan Gizi dalam memperkuat Suplementasi Vitamin A", yang diselenggarakan oleh Kementerian Kesehatan dan Nutrition International di Jakarta pada 19 September 2018.

 

KIA Bukan Buku Biasa

 

Pemerintah mengharapkan semua ibu hamil dan yang memiliki anak usia 0-5 tahun punya buku KIA. “Karena buku KIA bukan sekadar catatan data, tetapi memiliki banyak sekali pesan bergambar. Kami harapkan buku ini terus digunakan, karena setiap tahun ada 5 juta ibu hamil dan melahirkan di Indonesia. Bahkan kalau kembar pun, satu anak dapat 1 buku KIA yang dapat digunakan sampai usia 5 tahun,” jelas Kirana lagi.



Di dalam buku KIA, ibu hamil akan diberikan informasi bagaimana menjaga kesehatan selama kehamilan dan dicatat setiap kondisinya oleh petugas secara lengkap. Dengan begitu, ibu hamil dapat segera mendatangi pusat pelayanan kesehatan jika kehamilan berisiko, misalnya catatan tekanan darahnya tinggi.

 

Untuk ibu dengan balita, tak hanya dicatat penambah berat dan tinggi badannya, tetapi juga perkembangannya. Buku KIA juga menyertakan jadwal imunisasi lengkap, serta jadwal untuk mendapatkan suplementasi vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.

 

Baca juga: Mums, Pantau Tumbuh Kembang Si Kecil dengan Aplikasi Teman Bumil

 

Mengapa banyak buku KIA tidak diisi lengkap?

 

Tahun 2016, Direktorat Kesehatan Keluarga Kementerian Kesehatan melakukan pemantauan dan evaluasi terkait pemanfaatan buku KIA di 9 Kabupaten/Kota Toba Samosir, Ogan Komering Ilir (OKI), Kota Bandar Lampung, Kota Tangerang, Jakarta Timur, Kota Bogor, Sukoharjo, Nganjuk, dan Gowa. Ternyata, hanya 18% yang diisi lengkap, dan yang paling banyak diisi adalah pelayanan kesehatan di masa kehamilan dan bayi baru lahir.

 

Terkait rendahnya kedisiplinan mengisi buku KIA ini, Kirana memaparkan sejumlah alasan. “Buku KIA memang seharusnya diisi kader kesehatan, dan pada beberapa lokasi Posyandu hasilnya bagus. Sangat tergantung lokasi Posyandu. Karena wilayah Indonesia sangat luas, kita ingin mendorong tenaga kesehatan untuk patuh dan aktif. Tenaga kesehatan juga berganti-ganti, kadang tenaga kesehatan yang baru belum mendapatkan informasi tentang KIA,” jelasnya.

 

Para ibu kadang datang ke Posyandu tanpa membawa buku KIA, sehingga petugas Posyandu memberikan catatan di kertas untuk nanti dipindahkan sendiri oleh yang bersangkutan. Namun, ini tidak menjamin juga sampai di rumah akan langsung ditulis dalam buku KIA.

 

Baca juga: Konsumsi Asam Folat saat Hamil Harus Sesuai Rekomendasi Dokter!

 

Belum lagi bicara soal kemungkinan buku hilang atau rusak karena bencana banjir, kebakaran, gempa, dan sebagainya. Oleh karena itu, lanjut Kirana, ke depannya Kementerian Kesehatan berencana menerbitkan buku KIA dalam bentuk buku digital. Awal tahun 2018, diharapkan versi digital buku KIA sudah dapat diunduh para ibu di seluruh Indonesia.

 

Nah, jika Mums sebelumnya sudah punya aplikasi digital untuk ibu hamil dan balita, seperti Prima Plus yang diterbitkan Ikatan Dokter Anak Indonesia, Teman Bumil, dan aplikasi sejenis, nanti akan ada KIA digital. Mums lebih punya banyak pilihan. Semuanya bertujuan untuk memudahkan Mums dan Dads dalam memantau kehamilan dan tumbuh kembang si Kecil agar berjalan optimal, sampai masa balita berakhir. (AY/AS)