Emmanuel Andhi Surya Kurniawan terdiagnosa diabetes 5 tahun lalu. Saat itu tahun 2013, pria yang bekerja sebagai IT di Inertia Utama, salah satu perusahaan Dexa Group ini, menjalani medical check up rutin di kantor. Saat terdiagnosa, pria 48 tahun ini sedikit tidak percaya kadar gulanya sangat tinggi, yaitu 571 mg/dL dan HbA1c 13%. Jauh di atas kisaran normal.

 

Andhi, panggilan ayah empat anak ini, tidak pernah merasakan gejala diabetes sebelumnya. Ayahnya memang diabetes, tetapi ia tidak menduga ia akan mewarisi penyakit metabolik ini secepat itu. Apalagi, ia termasuk tidak gemuk, dan aktif berolahraga.

 

Begitu mendapati kadar gulanya setinggi itu, ia dirujuk ke rumah sakit menemui dokter spesialis penyakit dalam untuk tes lebih lanjut. “Dokter juga heran, (gula darah) bisa setinggi itu dan saya tidak merasakan gejala diabetes seperti selalu haus atau sering kencing. Hanya memang berat badan saya turun 4-5 kg. Tetapi saya pikir karena olahraga intensif,” kenang Andhi.

 

Baca juga: Diabestfriend, Begini Cara Hitung Asupan Karbohidrat

 

Di rumah sakit, untuk menurunkan kadar gula darah, ia langsung disuntik insulin dan obat anti diabetes oral. Tanpa menunggu lama, Andhi langsung digiring menemui konsultan gizi untuk membantunya merancang diet bagi penderita diabetes. Ya, Andhi resmi menyandang diabetes.

 

Menu Kok Sayur Semua?

Penyakit diabetes melitus tipe 2 mengubah hidupnya. Andhi yang dulunya memang suka makanan dan minuman yang manis, mulai meninggalkannya. “Saya tahu diabetes itu diturunkan tetapi saya tidak melakukan pencegahan. Memang berat badan saya tidak berlebihan, meskipun pernah mencapai 90 kg pada tahun 2010. Tetapi saya melakukan olahraga sehingga berat badan turun. Tahun 2013 ketika terdiagnosia diabetes, berat badan pun hanya 78 kilogram. Tetapi memang saya tidak pernah cek gula darah,” Andhi menceritakan dugaan pemicu diabetesnya.

 

Persoalan diet menjadi pil pahit yang mesti dihadapi Andhi. Ia sedikit syok saat dokter menyodori rancangan menu harian yang harus ia konsumsi mulai saat itu juga. Tentu saja, isinya hampir semuanya sayur! Karbohidrat satu mangkuk kecil pun diganti nasi merah yang saat itu ia tidak doyan. Makan malam tidak boleh di atas jam 8. Belum lagi harus suntik insulin setiap hari dan cek gula darah sebelum makan, 2 jam setelah makan, pagi hari saat bangun tidur, dan malam hari sebelum tidur.

 

“Di awal terkena diabetes, setiap hari gula darah saya harus dicek berulang-ulang dan setiap dua minggu balik ke dokter. Dokter akan melihat catatan pengukuran. Tetapi dengan perjuangan cukup melelahkan, perlahan gula darah saya turun,” kata Andhi.

 

Awalnya ia membutuhkan suntikan insulin 30 Unit ditambah obat metformin dan beberapa obat diabetes. Targetnya supaya kadar gula darah turun ke kisaran normal dalam waktu 2 bulan. Ia berhasil! Tepat dua bulan kebutuhan insulinnya sudah diturunkan menjadi 16 Unit saja, artinya kadar gula darahnya sudah terkendali.

 

Tidak semua pengalaman menaklukkan diabetes berjalan mulus. Andhi pun mengalami saat-saat berat. Baginya, keharusan yang tidak nyaman adalah menyuntikkan insulin setiap hari. Mengapa? Dibutuhkan kehati-hatian menyuntikkan ketepatan dosis insulin karena ada risiko hipoglikemia. Tetapi karena pengalaman, lanjut Andhi, akhirnya pola naik turun gula darah terkait pemberian insulin bisa ia temukan.

 

Baca juga: Teman Diabetes Hadir untuk Mendukung Penderita Diabetes

 

Olahraga Menjadi Penolong

Hanya dibutuhkan penyesuaian selama 1 tahun sampai Andhi tahu berapa dosis insulin yang dibutuhkan setiap harinya. Ternyata ada kaitan dengan kebiasaan olahraga yang tidak pernah ia tinggalkan. 

 

“Kalau ternyata malam hari saya olahraga, terus suntik insulin dosis biasa, pasti paginya langsung drop (hipoglikemia). Berdasarkan pengalaman itu, maka setiap olahraga saya suntik insulin tidak sampai 16 Unit tetapi saya kurangi menjadi 10 Unit saja. Kemudian saya juga coba-coba, kalau saya olahraga dan tidak suntik insulin bagaimana? Ternyata kadar gula puasa masih tinggi 140 mg/dL. Apalagi kalau makan malamnya di atas jam 8, paginya pasti gula darah tinggi. Maka saya memang harus suntik insulin meskipun dosis dikurangi,” ujar Andhi membagi tips. 

 

Pengalaman tersebut menjadi pelajaran, bahwa olahraga sangat berdampak signifikan terhadap penurunan gula darah. Maka Andhi yang ikut perkumpulan bulutangkis di kantor, tetap melanjutkan hobinya itu. 2-3 kali seminggu ia masih memukul raket, kadang sesekali ia juga ikut lomba lari. Berenang juga ia lakoni.

 

Tips Olahraga Penderita Diabetes - Guesehat

 

Baca juga: 7 Hal yang Terjadi pada Tubuh Jika Jarang Berolahraga
 

Dukungan Keluarga

Meski menyandang diabetes, Andhi tetap sehat layaknya orang tanpa diabetes. Dukungan keluarga, menurutnya, sangat membantu. Saat ini istri dan keempat anaknya mengikuti gaya hidupnya, dengan makan nasi merah setiap hari, memperbanyak sayuran, dan mengurangi konsumsi gula. “Tidak ada lagi sirup dan soda di kulkas,” ujarnya bangga.

 

Bahkan anak bungsunya yang masih kelas 6 SD sering mengingatkannya tiap memasuki saat suntik insulin. Resep kesehatannya adalah rajin minum obat dan suntik insulin, rutin berolahraga, diet sehat, dan minum air putih cukup. “Meskipun menjadi diabetesi, kita tetap bisa hidup normal. Pola makan dan olahraga sangat membantu kita mempertahankan gula darah normal,” pesan Andhi. (AY)