Jika mendengar kata diabetes, hal pertama yang mungkin terlintas di pikiran kita adalah penyakit yang terjadi pada orang tua. Memang pada umumnya orang dewasa usia produktif dan orang tua menjadi populasi terbanyak yang mengidap penyakit ini. Hal inilah yang disebut dengan diabetes tipe 2. Namun, perlu diingat bahwa diabetes juga memiliki kategori lain, yaitu diabetes tipe 1 yang biasa terjadi pada anak-anak.

 

Sebagai definisi, diabetes tipe 1 disebabkan oleh insulin yang tidak bisa diproduksi tubuh. Sedangkan diabetes tipe 2 adalah insulin dan gula yang tidak bisa masuk ke sel tubuh. Sebagai analogi, jika insulin adalah mobil untuk membawa gula ke seluruh tubuh, pada diabetes tipe 1 yang bermasalah adalah pabrik mobilnya. Jadi, pabriknya tidak bisa memproduksi mobil. Pada diabetes tipe 2, pabriknya bisa menghasilkan mobil untuk membawa gula, tetapi yang menjadi masalah mobil serta gulanya tidak diterima masuk.

 
Baca juga: Siapa Sangka, Diabetes Semakin Memperkuat Ikatan Pernikahan!

 

Tidak semua anak-anak yang menderita diabetes tipe 1 terdiagnosis dengan mudah. Saya sebagai dokter umum sering mendengar kesulitan mendiagnosis keadaan ini, bahkan oleh dokter spesialis anak sekalipun. Hal ini disebabkan oleh gejala awalnya tidak khas. Mungkin si Anak hanya terlihat lemas dan letih. Itu pun mungkin sudah bukan gejala awal dari perjalanan penyakit ini.

 

Mengapa sulit terdiagnosis?

Gejala diabetes yang umum berupa banyak makan dan minum, serta sering buang air kecil, tanpa adanya peningkatan berat badan dari banyaknya asupan nutrisi tersebut. Biasanya beberapa orang tua tidak aware bahwa keluhan-keluhan tersebut adalah gejala yang mengarah ke diabetes.

 

Siapa orang tua yang tidak senang ketika anaknya banyak makan dan minum? Berat badan yang tidak naik terkadang dianggap kalau  metabolisme si Anak sangat aktif, sehingga energi digunakan untuk aktivitasnya sehari-hari. Gejala banyak buang air kecil juga dapat terlewati oleh orang tua, karena hal ini dihubungkan dengan banyaknya minum yang ia konsumsi setiap hari. Oleh karena itu, gejala awal diabetes pada anak bisa terlewat begitu saja.

 

Jika tidak terdiagnosis, bagaimana?

Masalahnya ketika keadaan ini tidak terdiagnosis, kadar gula di dalam darah akan menjadi tinggi dan tidak terkontrol akibat konsumsi gula yang tidak terkontrol. Akibatnya, terjadi salah satu komplikasi dari diabetes tipe 1 yang sangat serius, yaitu ketoasidosis diabetikum.

 

Pada keadaan ini, gula di dalam tubuh bisa menjadi sangat tinggi hingga mencapai 500-600 mg/dl. Selain itu, dapat terbentuk keton di dalam tubuh, yang menandakan tubuh berada dalam kondisi kelaparan. Hal ini dikarenakan tidak ada insulin untuk membawa gula, sehingga pada akhirnya dapat membuat pH tubuh dalam keadaan asam.

 
Baca juga: Lidah Buaya Dapat Menurunkan Kadar Gula Darah, Benarkah?

 

 

Tingkat pH di dalam tubuh secara normal adalah 7,35-7,45. Tingkat keasaman tubuh pada ketoasidosis diabetikum bisa mencapai 6,9 dan 7,1. Hal ini sangat berbahaya bagi tubuh. Penurunan kesadaran, napas yang cepat dan dalam, lemas, muntah, dan kejang bisa terjadi pada anak dengan ketoasidosis diabetikum. Pada tahap ini, biasanya diabetes melitus tipe 1 baru terdeteksi.

 

Bagaimana selanjutnya?

Anak dengan diabetes melitus tipe 1 akan memerlukan insulin untuk menggantikan insulin yang tidak bisa ia produksi sendiri. Ketika gula darahnya sudah stabil dan pulih dari keadaan ketoasidosis tersebut, ia akan memerlukan suntikan insulin sesuai dengan kebutuhan berat badannya. Pada keadaan ini, dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan untuk pemulihan dan menjaga kadar gula darah tetap dalam rentang normal.

 

Dengan meningkatnya awareness terhadap diabetes tipe 1, kita bisa mencegah komplikasi yang mengancam nyawa pada anak-anak kita. Semoga bermanfaat!

 
Baca juga: Keseringan Memakai Obat Kumur Dapat Memicu Risiko Diabetes