Ketika pernikahan berada di ambang perpecahan, umumnya anak-anak lah yang menjadi pertimbangan. Kata-kata seperti “demi anak-anak yang masih kecil” kerap dijadikan alasan, sehingga hubungan yang sudah tidak sehat tetap dipertahankan. Padahal, ada pihak yang sebenarnya paling tersakiti akibat perceraian, yaitu anak-anak yang beranjak remaja.

 

Sebuah penelitian dari The University College London, menyatakan, perceraian jauh lebih menyakitkan bagi remaja dibandingkan anak-anak. Harian Telegraph menulis hasil riset di mana saat anak-anak korban perceraian beranjak remaja, umumnya perilakunya lebih banyak membangkang dan sulit dikendalikan. 

 

Kesimpulan tersebut didapatkan setelah dilakukan pengamatan data dari 6.000 anak-anak di Inggris yang kedua orang tuanya bercerai. Anak-anak yang berusia 7-14 tahun saat orang tuanya berpisah, mengalami masalah emosional paling berat, dibandingkan anak-anak seusia mereka yang orang tuanya tidak bercerai. Sebaliknya pada anak-anak yang belum berusia 7 tahun saat kedua orang tuanya berpisah, mereka justru terlihat baik-baik saja. 

 

Baca juga: Begini Cara Menjelaskan Perceraian kepada Anak

Dampak Perceraian pada Wanita - Guesehat

 

Gangguan Mental Anak-anak Korban Perceraian

Penelitian yang dilakukan di Inggris ini bertujuan mengamati gangguan mental pada anak-anak dari kelompok usia berbeda, yaitu tiga, lima, tujuh, 11, dan 14 tahun. Perubahan mental yang diamati meliputi mood, kecemasan, dan gangguan perilaku. Kemudian dibandingkan antara anak-anak yang kedua orang tuanya bercerai dan anak-anak yang keluarganya harmonis.

 

Dari sinilah peneliti menemukan, ketika anak-anak korban perceraian beranjak dewasa, masalah mental mereka memburuk. Ditemukan pula bahwa setelah keluarganya terpecah, anak-anak dengan latar belakang yang mapan, justru lebih bermasalah dengan masalah mental.

 

Penasehat perceraian, Lauren Millman dari Lauren Millman Counselling and Psychological Services, mengatakan bahwa hal ini bisa dihindari dengan trik-trik khusus. Menurutnya, sepanjang pengalamannya mendampingi pasangan yang bercerai, ia menemukan remaja masa kini sudah semakin pintar. Mereka, kata Millman, tahu mengapa kedua orang mereka tidak dapat lagi melanjutkan pernikahan. 

 

“Tinggal bagaimana orang tua mengendalikan emosi di hadapan anak-anaknya, bagaimana mereka akan menjaga hubungan dengan anak-anak pasca perceraian, dan cara berkomunikasi yang baik kepada anak-anak. Ini yang jauh lebih penting,” jelas Millman.

 

Baca juga: 7 Dampak Perceraian terhadap Psikologis Wanita
 

Menurut Millman, remaja belum dapat berpikir rasional. Ditambah lagi remaja dan anak-anak muda hari ini memiliki begitu banyak tantangan termasuk tantangan dalam psiko-emosional mereka sendiri. “Jadi bayangkan jika mereka harus berurusan juga dengan orang tua mereka yang tidak akur, mendengar pertengkaran sengit setiap hari, merasakan kemarahan dan potensi kehilangan cinta dari kedua orang tuanya," ujarnya.

 

Dialog dan mengajak bicara empat mata sangat penting dilakukan oleh pasangan yang ingin bercerai dengan anak-anaknya, terutama yang sudah beranjak remaja. "Membuat keputusan yang akan memengaruhi seluruh anggota keluarga harus dilakukan dengan penuh pertimbangan, tidak terburu-buru, dan sangat hati-hati. Pastikan anak-anak mendapatkan dukungan secara emosional dan memahami apa yang sedang terjadi," saran Millman.

 

Baca juga: 6 Hal yang Harus Diperhatikan ketika Menikah dengan Seseorang yang Pernah Bercerai

 

Bagaimana Seharusnya Menjalani Perceraian?

Tentu saja tidak ada perceraian yang mudah dan baik. Namun jika ini menjadi satu-satunya jalan, maka suami dan istri bisa melaluinya dengan sedikit mungkin masalah. Umumnya, mereka tidak siap atau takut untuk membicarakan masalah perceraian dengan anak-anak mereka.

 

Menurut Millman, berapapun usia anak-anak saat memutuskan bercerai, komunikasi yang jujur dan terbuka, akan meminimalisir luka emosional pada anak. “Anak-anak di usia berapa pun akan tahu bahwa perceraian ini bukan kesalahan mereka, selama mereka merasa dicintai dan didukung sepenuhnya oleh kedua orang tuanya.

 

Jadi para orang tua yang kebetulan akan bercerai, terlepas dari apa yang terjadi di rumah tangga, cukup katakan pada anak-anak bahwa kalian sangat mencintai dan mendukung mereka. Jangan kurangi sedikitpun kasih sayang kepada anak-anak setelah berpisah, dan tunjukkan bahwa kalian sebagai orangtua merasa lebih bahagia setelah perpicahan. Lambat laun, anak-anak dapat merasakan dan mulai menyesuaikan diri, dan kemudian menerimanya dengan lapang dada. (AY)

 

Baca juga: Membuka Hati Setelah Perceraian? Enggak Ada yang Salah Kok!