Ketika mengonsumsi sayur atau buah, Geng Sehat lebih suka dikunyah dalam bentuk utuh atau sudah diblender, sehingga Geng Sehat tinggal minum? Kalau lebih suka meminumnya, apakah Geng Sehat lebih suka dalam bentuk ekstrak tanpa ampas, misalnya cold pressed, atau smoothie dengan ampas maupun tanpa tambahan susu cair?

 

Kenapa perihal mengonsumsi buah dan sayur jadi ribet, ya? Ternyata, bagaimana kita mengonsumsinya bisa berpengaruh terhadap berat badan lho, Gengs. Eh, kan yang dimakan sayur dan buah? Yuk, kita bahas lebih jauh!

 
Baca juga: Buah Lokal Tidak Kalah Bernutrisi dari Buah Impor

 

Pertama, kita coba bandingkan buah dan sayur utuh dengan jus tanpa ampas. Dalam buah dan sayur utuh, terkandung lebih banyak zat gizi dibandingkan jus. Hal yang membedakan adalah ampasnya, yang terdiri dari kulit dan daging buah. 

 

Kulit buah, misalnya apel, anggur, pir, stroberi, blueberry, apricot, plum, dan lainnya, merupakan tempat aktivitas biologis yang penting untuk tumbuhan. Kulit buah merupakan tempat buah berinteraksi dengan cahaya matahari dan membentuk berbagai zat warna, yang akan menjadi antioksidan bagi tubuh kita. Sayangnya, ketika diekstrak, kulit buah ini dibuang dan tidak dikonsumsi.

 

Selain kulit buahnya, daging buah juga merupakan sumber serat dan zat gizi lain yang penting pada buah. Berbagai vitamin dan flavonoid yang terdapat dalam daging buah sering kali bekerja sama dalam mendukung kesehatan kita.

 

Baca juga: Tips Memilih dan Menyimpan Buah-buahan

 

Ketika dalam proses pemisahan daging buah dengan cairannya, biasanya flavonoidnya pun hilang. Hilangnya flavonoid ini juga salah satu alasan mengapa lebih baik mengonsumsi buah dalam bentuk utuhnya. Walaupun banyak produk komersil yang ditambahkan daging buahnya (misalnya pulp jeruk), sering kali tidak setara dengan kandungan aslinya.

 

Jadi, berapa banyak kandungan serat yang hilang dari buah utuh dengan mengekstraknya? Untuk menghasilkan 200 ml jus apel, dibutuhkan 3-4 buah apel, di mana terdapat 3,75 gr serat dalam tiap buahnya.

 

Jadi secara total, sebanyak 12-15 gr serat yang hilang dari mengonsumsi apel dengan cara dijus. Konsekuensinya, jus buah tidak jauh berbeda dari air gula dengan tambahan beberapa vitamin dan mineral.

 

Jus buah meningkatkan kadar gula darah jauh lebih cepat dibandingkan dari buah utuh. Ditambah lagi, jus sayur dan buah yang dijual secara komersil sering kali ditambahkan pemanis, baik madu maupun gula. Jadi, sangat mudah mengonsumsi energi dalam jumlah besar tanpa disadari. Tiba-tiba, berat badan pun bertambah.

 

Coba dibayangkan ketika Geng Sehat mau membuat segelas jus berisi satu buah pisang, satu cangkir stroberi, dan setengah buah mangga. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk makan semua buah-buahan itu, dibandingkan seberapa cepat ketika kita meminumnya dalam wujud cairan?

 

Secara sederhana, blender melakukan apa yang seharusnya dikerjakan oleh saluran pencernaan kita yang membutuhkan energi dan waktu untuk mencernanya. Saat mencerna dan mengurai serat buah dan sayuran dalam sistem pencernaan, tidak hanya memperlambat pelepasan gula, melainkan juga memberikan tubuh waktu yang cukup untuk menyerap vitamin, mineral, dan senyawa lainnya.

 

Kita akan mengonsumsi buah dan sayur lebih lambat dan mencernanya lebih lambat sehingga kita akan makan lebih sedikit makanan dibandingkan jika kita blender semuanya. Belum lagi tambahan yoghurt, susu, pemanis, dan sebagainya di dalam jus buah kita. 

 

Kesimpulannya, dapatkan manfaat yang lengkap dengan mengonsumsi buah dan sayur secara utuh. Sangat disarankan untuk menikmatinya demikian dibandingkan dengan memblender semuanya atau hanya mengonsumsi ekstraknya. (AS)

 

Baca juga: Manfaat Minum Jus Buah Bagi Kesehatan