Buat Kamu yang lahir di tahun 1970 sampai 1990-an pasti pernah di masa kecilnya bermain ta’ benteng, main karet, enggrang, atau main gasing. Saat ini permainan-permainan tersebut sudah sangat jarang ditemukan. Pemandangan yang biasa kita temui adalah anak-anak yang sibuk berkutat dengan gadget. Sementara si Ibu sibuk dengan pekerjaan dan urusan penting lain. Kebanyakan ibu memberikan gadget agar anak bisa tenang dan ibu dapat mengurus pekerjaannya.

 

Namun, solusi ini bukan cara yang dianjurkan bahkan kalau bisa dihindari. Memberikan anak gadget sejak usia dini akan merusak masa pengembangan anak dan dapat menyulitkan dirinya saat dewasa. Untuk itu, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) bersama Dr. Seto Mulyadi, S.Psi., M.Si.,  atau biasa disapa Kak Seto, bersama Johnson & Johnson belum lama ini menggelar acara “JamMainKita”. Ini adalah kampanye mengenalkan permainan tradisional dan mengajak anak-anak dan keluarga Indonesia untuk meningkatkan kualitas kesehatan.

Baca juga: Panduan Memilih Mainan yang Aman bagi Si Kecil

 

Bermain di luar lebih sehat

Sebenarnya sudah banyak dipaparkan melalui penelitian bahwa mengenalkan gadget pada anak terlalu dini lebih banyak kerugiannya. Berikut beberapa kerugian yang anak rasakan jika sudah dibiasakan bermain gadegt sejak dini:

  • Melemahnya otot motorik anak karena hanya ibu jarinya yang bergerak
  • Mata lelah. Anak yang terlalu sering menonton tayangan di gadget sering meraskaan mata lelah karena kemampuan mereka menangkap cahaya dan gerakan belum sempurna
  • Sulit bersosialisasi di kehidupan nyata karena terbiasa berkomunikasi dengan gadget
  • Bisa tumbuh menjadi anak yang egois atau keras kepala. Hal ini bisa terjadi karena sejak kecil ia selalu bermain gadget dan berusaha mendapatkan apapun yang ia mau dari gadget tersebut. Misalnya ia dihentikan dari bermain gadget, anak bisa menangis dan berteriak agar gadgetnya diberikan lagi kepada si kecil
  • Tumbuh menjadi anak yang tertutup karena hanya bisa berinteraksi saat menggunakan gadget
  • Lebih mudah depresi saat dewasa

 

Gadget tidak sepenuhnya buruk untuk anak. Jika anak diberikan pengetahuan cukup tentang gadget dan dibatasi waktu penggunaannya, maka ia tidak akan mengalami kejadian di atas. Orangtua boleh juga tidak melepaskan begitu saja ketika anak bermain gadget, namun sebisa mungkin mendampingi  sampai anak berusia 12 tahun di mana ia dirasa sudah bisa menggunakan gadget dengan bijak.

 

Dalam acara ini, hadir menteri Sosial Republik Indonesia, Idrus Marham yang mengatakan bahwa permainan tradisional dapat melatih anak untuk memiliki sikap jujur, gentelmen, sportif dan lebih sehat karena ia akan aktif bergerak dan mengeluarkan keringat. Misalnya saja anak yang bermain ta’ benteng misalnya. Ia belajar bahwa untuk mencapai benteng lawan, ia harus berusaha sekuat tenaga agar menang. Ketika ia curang, maka ia tau konsekuensi yang akan diberika teman-temannya yaitu diejek yang membuat ia malu.

Baca juga: 5 Permainan Seru untuk Bayi

 

Permainan tradisional ini dapat dijadikan sebagai alat atau instrumen revolusi mental yang disiapkan untuk anak-anak agar terlahir pemimpin bangsa yang sehat secara mental, fisik, dengan sikap kesetiakawanan, kreatif dan cerdas. Kak Seto juga menambahkan, untuk menjadikan permainan tradisional ini bisa terlaksana di tengah era digital yang sedang merajalela, orang tua dan masyarakat bisa melakukan beberapa cara seperti berikut:

  • Menyiapkan ruang terbuka bagi anak yang gratis dan bisa digunakan oleh semua kalangan, seperti taman bermain
  • Membuat satuan lingkungan ramah anak atau menjadi sahabat bagi anak dirumah dan dilingkungan tetangga
  • Dengan membiarkan anak bermain diluar bersama teman-teman rumah dengan permainan tradisional, anak jadi lebih tertarik dan senang karena melibatkan aktifitas fisik yang tidak membosankan seperti yang ada di gadget
  • Orang tua yang berada di rumah dengan anaknya juga harus melepaskan gadget saat sudah dirumah dan bermain dengan anak

Baca juga: Yuk, Main ke Luar Rumah!

 

Penting bagi anak-anak untuk membiasakan diri dengan permainan diluar yang melibatkan fisik dan otaknya untuk bergerak dan berpikir. Selain bisa berkomunikasi dengan orang lain, anak bisa tumbuh dengan baik dari pelajaran yang ia dapat saat bermain permainan tradisional. (AD/AY)