Saat ini sedang ramai dibahas mengenai buah rockmelon di Australia yang mengandung bakteri Listeria. Apakah bakteri Listeria itu? Dr. Andi Khomeini Takdir Haruni, dokter spesialis penyakit dalam yang bertugas di Badan Data dan Informasi Pengurus Besar  Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) membagi tulisan tentang bakteri Listeria dan cata mencegah penularannya.

 
Bakteri Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) adalah bakteri gram-positif. Bakteri ini juga ditemukan pada 37 spesies mamalia, baik hewan piaraan maupun hewan liar, serta pada 17 spesies burung, dan beberapa spesies ikan dan kerang. 

Baca juga: Waspadai Keracunan Listeria dari Buah Melon



Bakteri ini terdistribusi luas dilingkungan, dapat ditemukan di tanah, pakan ternak yang dibuat dari daun-daunan hijau yang diawetkan dengan fermentasi, dan sumber-sumber alami lainnya seperti feses ternak. L. monocytogenes tahan terhadap panas, asam, dan garam. Bakteri ini tahan pembekuan dan dapat tetap tumbuh pada suhu 4 C, khususnya pada makanan yang disimpan di lemari pendingin. Bakteri L. monocytogenes juga membentuk biofilm, yakni terbentuknya lapisan lendir pada permukaan makanan. 

 

Listeriosis merupakan nama penyakit yang disebabkan oleh bakteri L. monocytogenes.

Gejala Listeriosis

Gejala Listeriosis dapat muncul kapan saja antara 3-70 hari pasca infeksi bakteri Listeria, rata-rata biasanya sekitar 21 hari. Gejala umumnya, yaitu demam, nyeri otot, disertai mual atau diare. Jika infeksi menyebar ke sistem saraf pusat, gejala dapat mencakup sakit kepala, kaku pada leher, bingung, kehilangan keseimbangan, dan terkadang mengalami kejang.

Bagi mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah, bakteri Listeria dapat menyerang sistem saraf pusat dan menyebabkan meningitis atau infeksi otak.

Pada wanita hamil yang terinfeksi, muncul gejala seperti flu ringan. Namun, infeksi selama kehamilan dapat menyebabkan keguguran, infeksi pada bayi yang baru lahir, atau bayi lahir mati. Gejala juga biasanya muncul pada bayi baru lahir di minggu pertama kehidupan, tetapi juga dapat terjadi di kemudian hari. Gejala pada bayi baru lahir sering tidak terlihat, namun dapat berupa tanda seperti lekas marah, demam, dan tidak mau makan.

Sumber Penularan

Sumber penularan L. monocytogenes dapat terjadi pada beberapa aspek mulai dari pemilihan makanan, pengolahan, hingga penyajian. Pada pemilihan makanan penularan biasanya terjadi pada produk seperti susu mentah, susu yang proses pasteurisasinya kurang benar, keju (terutama jenis keju yang dimatangkan secara lunak), es krim, sayuran mentah, sosis dari daging mentah yang difermentasi, daging unggas mentah dan yang sudah dimasak, semua jenis daging mentah, dan ikan mentah atau ikan asap. Pada saat pengolahan makanan, juga dapat terjadi penularan jika menggunakan alat masak yang telah terkontaminasi L. monocytogenes. 

Baca juga: Bakteri Mengerikan ‘Superbug’ Kian Mengancam
 

Selain itu, bayi bisa lahir dengan Listeria jika ibu hamil memakan makanan yang terkontaminasi bakteri selama kehamilan. Populasi yang rentan terinfeksi listeriosis, yaitu wanita hamil atau janin dalam kandungan; infeksi perinatal yaitu sesaat sebelum dan sesudah kelahiran; neonatal yaitu setelah kelahiran; orang yang sistem kekebalannya lemah; orang-orang tua (status imun mulai menurun).

Kasus listeriosis yang pernah terjadi di Swiss, yang melibatkan keju, menunjukkan bahwa orang sehat dapat terserang penyakit ini, terutama bila memakan makanan terkontaminasi organisme ini dalam jumlah besar.

Diagnosis dan Pencegahan

Listeriosis didiagnosis dengan cara membiakkan organisme ini dari darah, cairan cerebrospinal yaitu cairan otak dan sumsum tulang belakang, atau feses.
Untuk pencegahan, ada beberapa langkah pencegahan agar terhindar dari infeksi bakteri Listeria, yaitu: 



1. Bilas bahan mentah dengan air mengalir, seperti buah-buahan dan sayuran, sebelum dimakan, dipotong, atau dimasak. Bahkan jika hasil tersebut sudah dikupas, tetap harus dicuci terlebih dahulu.

2. Menggosok produk hasil pertanian, seperti melon dan mentimun, dengan menggunakan sikat bersih sebelum disimpan, dan keringkan produk dengan kain bersih atau kertas; 

3. Pisahkan daging mentah dan unggas dari sayuran, makanan matang, dan makanan siap-saji; 

4. Cuci peralatan masak, berupa alat atau alas pemotong, yang telah digunakan untuk daging mentah, unggas, produk-produk hewani sebelum digunakan pada produk makanan lainnya; serta 

5. Cuci tangan menggunakan sabun sebelum mengolah makanan, dan saat akan makan.

Makanan yang dimasak, dipanaskan dan disimpan dengan benar umumnya aman dikonsumsi karena bakteri ini akan mati pada temperatur 75 C. 

Baca juga: Tidak Hanya dari Sayuran, Kamu Juga Bisa Keracunan Bakteri E. coli dari 5 Hal Ini

 

Pemerintah melalui Departemen Pertanian memberikan peringatan untuk tidak mengonsumsi buah melon jenis Rockmelon atau Cantaloupe (melon berwarna orange) menyusul wabah keracunan Listeriosis di Australia. Melon jenis ini seperti dikonfirmasi Badan Kesehatan negara bagian  Victoria, Australia sudah menyebabkan 4 korban meninggal. 4 korban tersebut berasal dari New South Wales dan Victoria.   Kementerian Pertanian sementara menghentikan impor buah rockmelon.(AY)