Menangis, terdiam, dan tak percaya. Kehilangan pasangan hidup yang dicintai tentu akan sulit diterima dan dilewati. Namun, hidup diberikan kepada mereka yang masih berhak. Artinya, kehilangan ini tak serta-merta membuat hidupmu harus berhenti juga. Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk melanjutkan hidup ketika ditinggal yang terkasih? Setelah air mata tak lagi bisa mengalir, itukah saatnya berhenti berduka dan melanjutkan hidup?

 

Berdukalah Dulu Sebelum Memikirkan yang Lain

Ketika Kamu harus menerima kepergian seseorang yang Kamu cintai, telah hidup bersama sekian lama, dan saling menggantungkan perasaan satu sama lain, sangat wajar untuk berkabung dan menangis. Malah, berkabung adalah ekspresi terbuka dari pikiran dan perasaanmu dalam menghadapi kematian pasangan, yang merupakan bagian penting dari proses penyembuhan.

 

Di masa berduka ini, bukan hanya sedih yang dirasakan, tetapi Kamu juga akan mati rasa, kaget, dan takut. Kamu mungkin merasa bersalah karena menjadi orang yang masih hidup. Pada titik tertentu, Kamu bahkan bisa merasa marah kepada pasanganmu karena meninggalkanmu. 

 

Semua perasaan itu normal. Tidak ada aturan tentang bagaimana perasaan yang harus dirasakan ketika berduka. Tidak ada cara yang benar atau salah untuk berduka. Bahkan secara psikologis, Kamu boleh berduka selama yang Kamu mau sampai merasa cukup. Namun, tetap ada syaratnya.

 

“Tidak ada batasan waktu berduka harus sampai kapan atau sejauh mana karena tergantung pribadi masing-masing, kesiapan seseorang ditinggal orang yang dikasihi, dan bagaimana seseorang menghayati kehilangan. Semua itu tidak dapat diprediksi seberapa lama waktunya. Namun, tetap harus diperhatikan sejauh mana masa berduka itu dan bagaimana dampaknya dalam kehidupan seseorang. Contohnya, jika berduka membuat Kamu jadi sering melamun, berat badan berkurang secara drastis, menarik diri dari lingkungan, menyangkal, bahkan sampai mengganggu kehidupan sehari-hari dan berkelanjutan, maka segeralah minta bantuan ahli seperti psikolog dewasa atau psikolog anak agar mendapat penanganan khusus yang lebih spesifik,” papar psikolog Cecilia H.E Sinaga dari President Special Needs Center.

 

Baca juga: Penyebab Kesepian Meskipun Punya Pasangan

 

Saatnya Melanjutkan Hidup

Banyak yang bilang, duka atas kehilangan seseorang yang sangat dicintai tidak akan pernah berakhir. Namun, Kamu pasti bisa menjalaninya hingga duka tersebut bisa dikelola dengan baik. 

 

Yang pasti, mencoba mengabaikan rasa duka atau mencoba menyembunyikannya hanya akan menghambat proses penyembuhan. Justru dengan menghadapinya dan berusaha berdamai dengan semua rasa duka, rasa sakit itu bisa Kamu sembuhkan. 

 

Gambarannya seperti ketika tanganmu terluka, bukan berarti tangan itu tidak bisa berfungsi lagi. Memang terluka, mungkin berdarah, tetapi perlahan akan pulih dan luka mengering. Walau, bekas luka itu akan selalu ada.

 

Lalu, apa yang bisa dilakukan ketika pasangan meninggalkan Kamu lebih dulu? Beberapa hal ini bisa ini coba dilakukan: 

 

  • Menata Hidup

Ketika kehilangan pasangan hidup, maka seorang wanita harus menata kembali kehidupan dan masa depannya. Setelah ditinggalkan, maka istri merangkap dua peran sekaligus bagi anak dan keluarganya.

 

Istri harus belajar memimpin dan menata kembali kehidupan untuk mencapai masa depan. Maka, mulailah secara perlahan untuk menyusun rencana masa depan yg mungkin atau tidak mungkin dilakukan tanpa suami di samping Kamu.

 

“Salah satu contohnya adalah menyiapkan gambaran kebutuhan finansial hari-hari ke depan. Jika sudah memiliki pekerjaan, perlu berusaha lebih semangat dan fokus sebagai tulang punggung keluarga. Jika tidak bekerja, mungkin mulai mempertimbangkan kemungkinan bekerja atau mencari pemasukan untuk anak dan kelangsungan hidup sehari-hari,” ujar Cecilia.

 

 

  • Merawat Diri

Merawat diri dan memperhatikan keluarga juga tidak boleh ketinggalan. Artinya, cintai diri sendiri serta cari orang-orang yg bisa memberikan dukungan secara positif untuk menjalankan hidup ke depan.

 

Sebaiknya, dekatkan diri pula dengan kerabat yang bisa memberikan masukan dan mengawasi keluarga. Ingat, kehadiran orang-orang yang dikasihi, seperti keluarga, tentu dapat membantu meringankan kecemasan setelah menjadi orang tua tunggal.

 

 Baca juga: Begini Cara Move On Selepas Bercerai

 

  • Mulai Beraktivitas Kembali

Memiliki kesibukan nyatanya bisa menjadi cara untuk menghilangkan rasa sakit. Dengan kembali melanjutkan aktivitas tanpa membebani diri sendiri secara berlebihan, akan membantu otak untuk berpikir secara rasional setelah dihantam beban emosional yang amat berat.

 

Menjalani kegiatan sehari-hari juga membantu seseorang yang berduka untuk menciptakan apa yang disebut sebagai “kenormalan baru", atau cara baru menjalani kehidupan setelah kematian orang yang dicintai.

 

 

  • Membereskan Barang Pasangan

Hanya Kamu yang dapat memutuskan apa yang perlu dilakukan (dan kapan) terhadap pakaian pasangan dan barang-barang pribadi lainnya. Maka, jangan memaksakan diri untuk melakukan hal-hal ini sampai Kamu benar-benar siap. 

 

Kamu mungkin tidak memiliki energi atau keinginan untuk melakukan sesuatu dengan barang-barang mendiang suami selama beberapa waktu. Beberapa orang mungkin juga mencoba menyuruh Kamu untuk melakukan sesuatu dengan barang-barang mendiang almarhum. Namun, jangan biarkan mereka membuat keputusan untukmu. 

 

Jika Kamu merasa belum sanggup, tidak ada salahnya untuk menunda melakukan ini. Ketika waktunya tiba, cobalah untuk membagi barang-barang tersebut menjadi tiga kategori: untuk disimpan, untuk diberikan kepada orang lain yang lebih membutuhkan, dan disisihkan saja dulu sementara Kamu memutuskan ingin diapakan.

 

  • Tak Perlu Berusaha Melupakan

Seperti yang disebutkan tadi, rasa sedih kehilangan seseorang yang Kamu cintai tak akan pernah bisa hilang, tetapi bisa Kamu kelola. Apalagi, ada anggapan bahwa kesedihan ditinggalkan pasangan hidup lebih menyakitkan daripada kehilangan orang tua. Hal ini ternyata ada alasannya. 

 

“Pasangan hidup layaknya belahan jiwa, partner menjalani susah, senang, harapan, cita-cita, masa depan. Segala sesuatu dirancang bersama-sama, saling menopang, dan melindungi. Kebersamaannya lebih terasa, terutama bagi pasangan yang telah lama menikah. Pasangan suami-istri saling memberi dan mengisi satu sama lain. Sedangkan, hubungan anak-orang tua cenderung kurang berimbang dalam memberikan kasih sayang. Biasanya orang tua lebih dominan. Jadi ketika kehilangan pasangan, maka rasa duka itu akan terasa lebih berat dibandingkan ditinggalkan orang tua,” jelas Cecilia lagi. 

 

Dengan kesan yang mendalam tersebut, sudah sepantasnya Kamu tidak memaksakan tubuh dan pikiran untuk melupakan sosok pasangan. Terima dengan lapang hati bahwa ia telah pergi, tetapi segala kenangan dan kasih sayangnya akan selalu hidup di dalam ingatan. Kamu akan memiliki bagian teristimewa di dalam hati untuk menyimpan semua memori manis pasangan sepanjang hidupmu. (AS)

 

Baca juga: Modal Cinta Saja Tidak Cukup dalam Membangun Hubungan

 

Sumber

Oprah. Coping with Death of A Spouse. 

Wawancara Eksklusif dengan psikolog Cecilia H.E Sinaga dari President Special Needs Center.