Mungkin ketika mengunjungi rumah sakit atau bertemu seseorang yang baru saja sembuh dari sakitnya yang cukup parah, Kamu pernah mendengar mereka menyebutkan istilah mati suri. Nah, tapi Kamu sebenarnya paham enggak dengan istilah tersebut? Meski belum dapat dijelaskan secara pasti dan kerap kali dikaitkan dengan hal-hal yang ‘berbau’ supranatural, namun fenomena mati suri ini memang diakui dapat terjadi dalam dunia medis. Fenomena mati suri ini sering disamakan dengan pengalaman mendekati kematian alias near death experience (NDE).

 

Beberapa ahli memprediksi jika proses mati suri merupakan sebuah fenomena halusinasi yang disebabkan oleh beberapa faktor fisiologis dan psikologis. Selain itu, beberapa peneliti lainnya juga menyebutkan jika fenomena ini dapat terjadi karena kemungkinan adanya kesadaran atau pikiran yang berasal dari aktivitas otak. Lalu bagaimana prosesnya hingga seseorang dapat mengalami peristiwa mati suri? Berikut beberapa penjelasannya.

 

  1. Berkaitan dengan fase tidur

Salah satu hal yang memungkinkan seseorang mengalami mati suri adalah ketika orang tersebut memasuki fase tidur nyenyak yang disebut dengan Rapid Eye Movement (REM). Pada fase ini biasanya orang akan mengalami mimpi. Fase ini akan melibatkan kelumpuhan otot utama, sistem pernapasan yang berjalan menjadi lebih cepat, dan juga gerakan mata yang lebih cepat.

 

Saat fase ini mengalami gangguan, kemungkinan seseorang akan mengalami kelumpuhan sementara saat bangun tidur. Selain mengalami kelumpuhan, hal lain yang mungkin terjadi adalah halusinasi penglihatan atau pendengaran selama masa peralihan dari tidur menuju kondisi terjaga, atau sebaliknya.

 

Nah, pada kasus mati suri, otak kemungkinan akan mencampurkan kondisi tidur dan kondisi saat terjaga sekaligus. Beberapa ciri utama yang dirasakan oleh orang yang mengalami mati suri juga mirip dengan adanya gangguan fase REM ini, misalnya timbul perasaan seperti dikelilingi cahaya, merasa terpisah dengan diri sendiri, hingga tidak mampu bergerak meski merasa sadar.

  1. Dihubungkan dengan adanya pengaruh gas karbondioksida

Ada beberapa penelitian yang mengaitkan peristiwa mati suri dengan keberadaan gas CO2 yang ada dalam tubuh seseorang. Penelitian tersebut mengatakan bahwa gas CO2 kemungkinan akan memberikan pengaruh pada keseimbangan kimia tubuh. Ketika keseimbangan kimia pada otak seseorang mengalami gangguan, hal tersebut kemungkinan akan memengaruhi kerja otak sehingga orang yang mengalaminya akan merasa seperti melihat cahaya, terowongan, atau bahkan kematian seseorang.

 

Adapun pengalaman mati suri yang terkait dengan adanya gas CO2 ini didapatkan dari para pasien yang selamat dari serangan jantung. Orang yang sempat mengalami serangan jantung memang memiliki konsentrasi CO2 yang berlebih dalam napas yang dihembuskan dan juga dalam darah. Kejadian mati suri yang dialami oleh orang-orang yang selamat dari serangan jantung tersebut diyakini terkait dengan proses terhentinya fungsi otak setelah 20-30 detik terhentinya kerja jantung. Ketika sadar, mereka ternyata mampu menjelaskan hal-hal terkait kejadian yang sempat terjadi di sekitarnya dalam waktu tiga menit setelah jantung berhenti.

 

Mungkin memang kedua penjelasan di atas belum dapat dipastikan sepenuhnya, namun bagaimana pun juga sebenarnya mati suri dapat dijelaskan secara ilmiah kok, dan tidak melulu harus dikaitkan dengan hal-hal yang berbau mistis.