Lain dulu, lain sekarang. Mungkin itulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan bagaimana peran orang tua di masa kini. Seiring berkembangnya zaman dan menjamurnya penelitian di bidang parenting, maka berkembang pula pengetahuan Mums dan Dads terkait hal ini.

 

Salah satunya peran ayah dalam pola asuh si Kecil. Berbeda dengan generasi baby boomers atau generasi X, peran ayah generasi Y dan Z mengasuh buah hatinya ternyata jauh lebih tinggi!

 

Dahulu, peran ayah dan ibu dalam parenting masih terkotak-kotak. Menurut psikolog Ayoe Sutomo, M.Psi., dari TigaGenerasi, hal ini dikarenakan adanya konsep gender stereotype dan gender role expectation yang berlaku di dalam masyarakat.

 

Gender stereotype merupakan keyakinan bagaimana pria dan wanita seharusnya berperilaku. Namun, ada banyak bias dalam hal tersebut. “Laki-laki itu digambarkan dengan stereotype yang lebih tenang, lebih logis, kemudian dalam tugas rumah tangga dia lebih providing atau sebagai pencari nafkah. Sementara wanita itu lebih dominan secara emosi, kemudian dalam tugas rumah tangga lebih kepada tugas pengasuhan atau care taking, sebagai care taker,” ujar Ayoe.

 

Dalam gender role expectation sendiri, perempuan diharapkan lebih berperan dalam pola asuh anak, sedangkan pria berperan dalam mencari nafkah utama. Ketika ekspektasi-ekspektasi tersebut berjalan dengan semestinya, maka akan ada penguatan dan pujian dari lingkungan. Sayangnya bila tidak berjalan seperti itu, akan ada “punishment”, misalnya pandangan miring, baik dari keluarga maupun sosial.

 

Baca juga: Ternyata Dads Juga Bisa Mengalami Postpartum Depression!

 

Terjadi Pergeseran Pembagian Tugas Terkait Pola Asuh Anak

Menurut Ayoe ketika diwawancarai secara eksklusif oleh Teman Bumil, meski kedua konsep tersebut masih berlaku, banyaknya penelitian serta kemajuan di dunia parenting memunculkan pergeseran terkait pembagian tugas dalam pola asuh anak.

 

Saat ini, ada banyak pasangan yang sudah menerapkan konsep non traditional marriage atau pernikahan non tradisional. Mereka sudah jauh lebih terbuka terhadap nilai-nilai baru dan lebih setara dalam pembagian peran berumah tangga. Jadi, konsep berpikir mereka sudah sangat maju dan modern.

 

Realita tersebut didukung dengan survei yang dihimpun oleh Teman Bumil bersama Populix kepada 1.061 ibu di Indonesia. Sebanyak 75% ayah ikut andil mendiskusikan pola asuh yang akan diterapkan kepada anak bersama ibu, 65% membantu menyiapkan seluruh kebutuhan ibu dan anak, 61% mau berbagi jadwal untuk merawat anak, dan 55% sukarela membantu merawat anak ketika sedang sakit.

 

Bahkan, perhatian ayah masa kini sudah ditunjukkan sejak sang Istri masih mengandung. Dari 452 partisipan ibu hamil yang mengikuti survei, 84% mengaku selalu ditemani oleh suami saat kontrol kehamilan dan 57% menyebutkan bahwa mereka selalu aktif bertanya ke dokter kandungan mengenai kondisi kehamilan pasangannya.

 

Baca juga: Pentingnya Peran Ayah Dalam Tumbuh Kembang Anak Selama Era New Normal

 

 

Peran Ayah Dalam Kehidupan Anak

Jika bicara tentang pola asuh anak dari ibu dan ayah, keduanya memang memiliki ciri khasnya masing-masing. Ketika diwawancara oleh Teman Bumil, Ayoe berujar, ayah akan lebih menyentuh ranah stimulasi terkait bermain dan aktivitas yang melibatkan gerak.

 

Kalau dari aspek emosi, ayah cenderung lebih tegas, lebih berani mengambil tantangan, dan lebih berani untuk mengeksplorasi sesuatu. Kalau kaitannya dengan sosial itu terbiasa untuk memecahkan konflik, sehingga membuat anak lebih percaya diri pada saat ia terjun ke dunia sosial atau saat bermain bersama teman-temannya.

 

Sebuah riset juga mengatakan bahwa ketika anak cukup dekat dengan ayahnya, maka kemungkinan untuk tidak mudah mendapatkan pengaruh buruk dari lingkungan menjadi lebih besar.

 

Semakin ayah terlibat dalam pola asuh anak akan semakin baik. Dari keseluruhan ranah aspek perkembangan anak, mulai dari fisik, sosial, spiritual, intelektual, emosi, hingga kognitif, harapannya ada keterlibatan dari sang Ayah. Jadi, anak mendapatkan pembelajaran atau nilai-nilai dari ibu, begitupun dari ayahnya.

 

Baca juga: Gengs, Sudah Tahu 13 Fakta Ayah Menurut Ilmu Pengetahuan Berikut Ini?

 

Meski kemungkinan besar para ayah akan menghabiskan waktu untuk bekerja, bukan berarti bonding tidak bisa tercipta antara mereka dan buah hati mereka. Kuncinya bukan pada berapa lama waktu yang harus dihabiskan bersama, melainkan pada kualitasnya. Beberapa riset menyebutkan, sebetulnya 20-30 menit menghabiskan waktu bersama cukup, hanya saja dilakukan secara konsisten dan fokus.

 

“Artinya, memang 30 menit mendampingi dengan full, tidak disambi dengan aktivitas-aktivitas yang lain, sehingga anak mendapatkan koneksi emosi yang penuh dengan orang tua di saat itu dan dilakukan secara rutin setiap hari,” ungkap Ayoe. Harapannya, itu bisa cukup membangun relasi komunikasi yang baik. Orang tua juga bisa memantau perkembangan anak dan hal-hal yang sedang disukai anak.

 

Menariknya, kebutuhan untuk memiliki waktu bersama anak sepertinya sudah amat tinggi di kalangan ayah masa kini. Dari 1.061 partisipan yang mengikuti survei Teman Bumil dan Populix, 83% ayah ternyata meluangkan waktu untuk bermain bersama anak setiap hari. Dengan demikian, peran antar ibu dan ayah akan seimbang, sehingga mampu mengoptimalkan potensi anak. (AS)

 

Baca juga: Kamu Harus Tahu, Inilah Sejumlah Pengorbanan Ayah