Normalnya, plasenta akan ikut keluar setelah bayi dilahirkan. Namun, dalam beberapa kasus, plasenta tidak bisa keluar dengan sendirinya atau terperangkap di dalam rahim. Kondisi inilah yang dikenal dengan istilah retensio plasenta. Nah, sebenarnya apa sih retensio plasenta ini? Bagaimana kondisi ini bisa terjadi? Yuk, simak selengkapnya berikut ini, Mums!

 

Apa Itu Retensio Plasenta?

Retensio plasenta adalah kondisi di mana plasenta tidak lahir atau tidak keluar dengan sendirinya dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir. Kondisi ini merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan ibu mengalami infeksi parah atau kehilangan darah, hingga mengancam jiwa. Retensio plasenta tergolong kasus yang jarang terjadi. Namun karena serius, kondisi ini perlu penanganan medis.

 

Baca juga: Solusio Plasenta, Ketika Plasenta Terlepas Dini
 

Apa Saja Jenis Retensio Plasenta?

Retensio plasenta terbagi dalam 3 jenis berbeda, yaitu:

 

1. Plasenta adherens

Plasenta adherens terjadi ketika kontraksi rahim tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta sepenuhnya. Hal ini menyebabkan plasenta tetap menempel di dinding rahim. Plasenta adherens merupakan kondisi retensio plasenta yang paling umum.

 

2. Trapped placenta

Trapped placenta terjadi ketika plasenta berhasil terlepas dari dinding rahim, tetapi gagal dikeluarkan dari tubuh ibu, sehingga seolah-olah plasenta terperangkap di di dalam tubuh. Trapped placenta biasanya terjadi karena serviks menutup sebelum plasenta dikeluarkan.

 

3. Plasenta akreta

Plasenta akreta terjadi ketika plasenta menempel pada dinding otot rahim dan bukan pada lapisan dinding rahim. Kondisi ini membuat persalinan menjadi lebih sulit dan sering mengakibatkan perdarahan hebat. Pada kasus plasenta akreta, transfusi darah dan histerektomi dapat diperlukan sebagai penanganan medis.

 

Apa Penyebab Retensio Plasenta?

Retensio plasenta dapat terjadi jika kontraksi yang timbul selama persalinan tidak cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta atau jika serviks menutup dan membuat plasenta terjebak di dalam rahim.

 

Seorang wanita memiliki risiko lebih tinggi mengalami retensio plasenta jika hamil berusia di atas 30 tahun, melahirkan bayi prematur atau bayi dengan kondisi lahir mati, serta persalinannya berlangsung sangat lama. Masalah lain yang terjadi pada rahim seperti fibroid juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya retensio plasenta.

 

Baca juga: Mums, Waspada Alami Gangguan Plasenta
 

Apa Tanda dan Gejala Retensio Plasenta?

Tanda paling umum dari retensio plasenta adalah gagalnya plasenta dikeluarkan sepenuhnya dari rahim dalam waktu 30 menit hingga 1 jam setelah bayi lahir. Selain itu, seorang ibu yang mengalami retensio plasenta dapat memperlihatkan beberapa gejala berikut:

- Demam.

- Keluarnya cairan berbau tidak sedap dari area vagina.

- Perdarahan hebat.

- Rasa sakit yang intens.

- Keluarnya daging atau jaringan melalui vagina.

 

Bagaimana Pengobatan Retensio Plasenta?

Dalam beberapa kasus, penanganan sederhana seperti buang air kecil bisa cukup efektif mengatasi retensio plasenta. Ini karena kandung kemih yang penuh terkadang dapat menghalangi pengeluaran plasenta dari rahim, sehingga solusi yang kerap dilakukan adalah dengan mengosongkan kandung kemih. Apabila cara tersebut tidak berhasil, maka dokter akan melakukan beberapa metode lain, seperti:

- Dokter akan mengeluarkan plasenta secara manual. Namun, cara ini memang dapat berisiko menimbulkan infeksi.

- Penggunaan obat-obatan yang mengendurkan rahim untuk membuatnya berkontraksi. 

- Menyusui dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi karena proses ini bisa membuat rahim berkontraksi dan cukup kuat untuk mengeluarkan plasenta.

 

Jika cara-cara tersebut juga tidak kunjung berhasil, cara terakhir yang akan disarankan dokter adalah operasi darurat. Operasi ini dilakukan dengan memberikan bius epidural atau anestesi pada ibu, sementara dokter akan menggunakan alat yang disebut kuret untuk mengikis lapisan rahim dan mengeluarkan plasenta.

 

Retensio plasenta dapat terjadi pada siapa saja dan tidak bisa dicegah. Ibu yang sebelumnya pernah mengalami retensio plasenta berisiko lebih tinggi mengalami kondisi serupa pada kehamilan selanjutnya. Meski begitu, tak perlu khawatir sebab bukan tidak mungkin Mums bisa menjalani kehamilan dan persalinan yang sehat setelahnya. (AS)

 

Baca juga: 5 Gangguan Plasenta yang Bisa Dideteksi Melalui USG
 

 

Referensi

American Pregnancy Association. "Retained Placenta".

Pregnancy Birth & Baby. "Retained placenta".