Setelah si Kecil lahir dan tali pusat bayi dipotong, plasenta yang melekat pada bayi juga akan dikeluarkan. Kemudian, terjadi tahap ketiga persalinan normal, yaitu mengeluarkan plasenta serta jaringan lain melalui vagina.

 

Tahap ini biasanya berlangsung 5-10 menit setelah bayi lahir. Persalinan dinyatakan lengkap jika plasenta berhasil dikeluarkan. Namun, apa jadinya jika plasenta terlepas dini sebelum waktunya atau yang biasa dikenal sebagai solusio plasenta? Bisakah ibu dan bayinya diselamatkan?

 

Mengenal Solusio Plasenta

Plasenta adalah organ sementara yang menghubungkan janin yang sedang berkembang dengan rahim sang Ibu. Plasenta menempel pada dinding rahim, lalu tali pusat bayi akan menghubungkan antara plasenta dengan perut bayi.

 

Organ ini biasanya menempel pada bagian atas, samping, depan, atau belakang rahim. Dalam kasus yang jarang terjadi, plasenta mungkin menempel di wilayah rahim bawah (plasenta previa).

 

Melalui tali pusat, plasenta menyalurkan nutrisi dan oksigen, mengatur suhu tubuh janin, serta membuang kotoran melalui suplai darah ibu. Plasenta juga bertindak melawan infeksi internal, serta menghasilkan hormon yang mendukung kehamilan

 

Sebagai organ yang krusial, plasenta memang menjadi harapan hidup utama agar kehamilan bisa berjalan lancar dan bayi bisa dilahirkan dengan selamat saat cukup bulan. Jangankan terlepas, jika plasenta berada di posisi yang tidak seharusnya, sudah pasti akan menyulitkan kehamilan dan potensi persalinan prematur akan lebih besar. Lalu, apa yang terjadi jika plasenta terlepas sebelum waktunya atau solusio plasenta?

 

Solusio plasenta berarti plasenta telah terlepas dari dinding rahim, baik sebagian atau seluruhnya. Ini bisa menyebabkan perdarahan pada ibu, serta mengganggu pasokan oksigen dan nutrisi ke janin. Sekitar 1 dari 100 kehamilan mengalami solusio plasenta. Kondisi ini biasanya terlihat pada trimester ketiga, tetapi bisa juga terjadi setelah 20 minggu kehamilan.

 

Jika hal ini terjadi, dokter tidak dapat memasang kembali plasenta. Jadi, penderita harus segera mendapat perawatan medis karena dapat mengancam jiwa bayi, bahkan ibunya. Kondisi ini dapat menyebabkan kelahiran prematur serta berat badan lahir rendah.

 

Selain itu, komplikasi juga mungkin terjadi pada kasus yang parah, seperti:

  • Kerusakan otak janin akibat berkurangnya oksigen ke bayi.
  • Kematian ibu saat persalinan karena kehilangan banyak darah.
  • Kematian bayi.
  • Syok akibat ibu kehilangan darah.
  • Operasi pengangkatan rahim (histerektomi) darurat jika perdarahan tidak dapat dikendalikan.

 

Baca juga: Mums, Mari Mengenal Plasenta!

 

Gejala Solusio Plasenta

Solusio Plasenta sedang hingga berat biasanya menunjukkan beberapa gejala dan tanda, yaitu:

  1. Perdarahan.
  2. Nyeri perut terus-menerus.
  3. Nyeri punggung bawah yang tak kunjung hilang.
  4. Perut sakit saat disentuh.
  5. Kontraksi rahim yang sangat sering.
  6. Gerakan janin berkurang atau tidak dirasakan sama sekali
  7. Dalam beberapa kasus, perdarahan terjadi, tetapi darah dapat mengumpul di antara plasenta dan dinding rahim, sehingga darah yang keluar melalui vagina mungkin sedikit atau bahkan tidak ada. Ini dikenal sebagai gumpalan retroplasental.

 

Baca juga: Pengapuran Plasenta dalam Kehamilan, Seberapa Berbahayanya?

 

Penyebab Solusio Plasenta

Pada kebanyakan kasus, penyebab solusio plasenta tidak diketahui. Namun, kemungkinannya bisa saja akibat pasokan darah yang tidak normal di dalam rahim atau kelainan pada plasenta.

 

Beberapa penyebab solusio plasenta yang diketahui meliputi:

  • Trauma perut

Cedera pada perut wanita hamil dapat merobek plasenta dari dinding rahim. Contoh kejadian yang dapat menyebabkan jenis cedera ini adalah kecelakaan mobil, penyerangan, atau jatuh.

  • Dekompresi uterus 

Kondisi ini terjadi ketika kehilangan cairan ketuban dari rahim secara tiba-tiba, yang dapat menyedot plasenta dari dinding rahim. Kemungkinan penyebab dekompresi uterus adalah kelahiran kembar pertama (atau multipel), atau pecahnya selaput ketuban ketika ada cairan ketuban yang berlebihan.

 

Sementara penyebab pasti dalam kebanyakan kasus tidak diketahui, faktor-faktor tertentu dapat membuat kehamilan lebih rentan terhadap solusio plasenta. Faktor risiko tersebut adalah:

  • Hamil di usia lebih dari 35 tahun. Seperti yang sudah umum diketahui, kehamilan di usia lanjut berisiko lebih tinggi mengalami berbagai komplikasi kehamilan, termasuk solusio plasenta.
  • Jika di kehamilan sebelumnya pernah mengalami kondisi seperti ini.
  • Kehamilan dengan janin lebih dari 1.
  • Ketuban pecah dini.
  • Hipertensi. Tekanan darah tinggi meningkatkan risiko perdarahan abnormal antara plasenta dan dinding rahim. Pada hampir setengah dari kasus solusio plasenta (44%), sang Ibu memang mengalami hipertensi. Selain itu, salah satu penyebab paling umum dari hipertensi selama kehamilan adalah kondisi pre-eklampsia.
  • Cairan ketuban yang berlebihan (polihidramnion). Volume cairan melebihi batas normal meningkatkan risiko perdarahan antara plasenta dan dinding rahim.
  • Merokok, minum alkohol, dan mengonsumi obat-obatan seperti metamfetamin atau kokain selama kehamilan meningkatkan risiko solusio plasenta serta berbagai masalah kesehatan serius pada ibu dan bayi.
  • Terjadinya pengentalan darah. (AS)
 
Baca juga: Plasenta Previa, Kondisi Plasenta yang Tidak pada Tempatnya

 

  

Sumber

Research Gate. Placental Abruption.

Cleveland Clinic. Placental Abruption.

Huffington. My Birth Diaries.