Plasenta atau dikenal juga dengan ari-ari adalah suatu organ yang menempel pada rahim selama kehamilan. Kebanyakan masyarakat Indonesia menyebut organ ini sebagai 'saudara' dari calon bayi selama dalam kandungan. Selama kehamilan, plasenta berfungsi menjaga dan melindungi bayi dengan berbagai cara, mulai dari menyalurkan nutrisi hingga menyediakan kebutuhan oksigen si Kecil.

 

Begitu pentingnya peran plasenta selama kehamilan, maka gangguan sekecil apapun bisa sangat berpengaruh terhadap kondisi bayi dan juga Mums. Salah satu permasalahan yang mungkin terjadi pada plasenta selama kehamilan adalah pengapuran plasenta. Kira-kira, apa itu pengapuran plasenta, penyebab, serta akibatnya? Berikut penjelasan selengkapnya.

 

Baca juga: Mums, Mari Mengenal Plasenta!

 

Apa Itu Pengapuran Plasenta?

Pengapuran plasenta adalah kondisi penuaan plasenta, yakni terdapat penumpukan kalsium yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah kecil di plasenta. Kondisi ini bisa dikatakan normal apabila pengapuran plasenta terjadi menjelang akhir kehamilan.

 

Hal ini karena memang seiring bertambahnya usia kehamilan, plasenta akan mengalami perubahan guna memfasilitasi tumbuh kembang bayi. Meski begitu, Mums juga perlu mengetahui bahwa semakin tua usia kehamilan, maka kondisi plasenta bisa semakin memburuk.

 

Pada akhir masa kehamilan, kemampuannya dalam memasok oksigen dan makanan ke janin akan menurun. Dan pada akhir minggu ke-42, Mums diharuskan untuk segera menjalani proses persalinan. Pasalnya pada saat itu, plasenta bisa mengalami pengapuran. Hal ini bisa membuat bayi sulit bernapas di dalam rahim, bahkan tidak bisa mendapat nutrisi dari Mums.

 

Selain itu, jika kondisi ini terjadi sebelum usia kehamilan menginjak 36 minggu, juga bisa mengakibatkan sejumlah permasalahan pada bayi, seperti berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan dalam kasus yang jarang terjadi bisa menyebabkan kematian janin. Pengapuran plasenta bisa dilihat melalui pemeriksaan USG, yang biasanya ditandai dengan kemunculan bintik-bintik putih menyebar dari dasar hingga ke permukaan plasenta. 

 

Apa Penyebab Pengapuran Plasenta?

Penyebab pengapuran plasenta belum diketahui secara pasti. Meski begitu, ada beberapa faktor yang diduga bisa meningkatkan risiko terjadinya pengapuran plasenta, antara lain:

- Kebiasaan merokok.

- Hipertensi.

- Stres berat selama kehamilan.

- Infeksi bakteri pada plasenta.

- Solusio plasenta, yakni kondisi saat plasenta terlepas dari dinding rahim.

- Faktor lingkungan, termasuk paparan radiasi.

- Efek samping obat atau suplemen tertentu, seperti obat antasida atau suplemen kalsium, terutama jika dikonsumsi dalam jangka waktu lama atau dalam dosis tinggi.

 

 

Baca juga: Plasenta Akreta, Komplikasi Kehamilan yang Wajib Diketahui

 

Kapan Rentan Terjadi Pengapuran Plasenta?

Secara umum, pengapuran plasenta dibagi menjadi 4 tahapan, dari tingkat 0 (tidak matang) hingga III (paling matang). Perubahan dapat dilihat pada 12 minggu usia kehamilan. Saat kehamilan berlanjut, plasenta menjadi semakin matang dan bisa mengalami pengapuran.

 

Berikut ini keempat tahapan pengapuran plasenta berdasar usia kehamilan:

- Tingkat 0: sebelum usia 18 minggu kehamilan.

- Tingkat I: sekitar 18 hingga 29 minggu kehamilan.

- Tingkat II: sekitar 30 hingga 38 minggu kehamilan.

- Tingkat III: sekitar 39 minggu kehamilan.

 

Pengapuran plasenta yang terjadi pada tingkat III dinilai sebagai kondisi terberat. Pada tingkatan ini, bintik-bintik pengapuran sudah terbentuk dan menjadi lingkaran mirip cincin yang mengelilingi plasenta.

 

 

Apa Saja Risiko dari Pengapuran Plasenta?

Pengapuran plasenta memang merupakan kondisi yang cukup sering terjadi selama kehamilan. Meski begitu, jika perubahan pada plasenta ini terjadi tidak sesuai dengan usia kehamilan, misalnya tingkat terjadinya pengapuran sudah lanjut, padahal usia kehamilan masih muda, maka kemungkinan disebabkan oleh masalah tertentu dan dapat menimbulkan komplikasi.

 

Berikut ini beberapa risiko yang mungkin terjadi jika pengapuran plasenta terjadi terlalu dini:

- Sebelum usia 32 minggu kehamilan

Jika pengapuran terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 32 minggu, kondisi ini disebut sebagai pengapuran plasenta preterm dini. Pengapuran yang terjadi di awal kehamilan ini bisa sangat berbahaya bagi ibu dan juga janin.

 

Ibu mungkin akan mengalami perdarahan pasca-persalinan dan solusio plasenta. Sementara itu, bayi kemungkinan akan lahir secara prematur dan dapat mengalami semua jenis risiko kesehatan yang terkait dengan kelahiran prematur. Bayi yang lahir mungkin juga memiliki skor apgar dan berat lahir yang sangat rendah. Dalam kasus yang jarang terjadi, janin juga dapat meninggal di dalam rahim.

 

- Usia 36 minggu kehamilan

Pengapuran plasenta tingkat III dapat menyebabkan hipertensi selama kehamilan, yang dapat berakibat fatal bagi janin dan menimbulkan komplikasi kehamilan. Bayi yang lahir dalam kondisi ini kemungkinan akan memiliki berat badan lahir rendah. Selain itu, ibu juga bisa menjalani proses persalinan prematur dan kemungkinan besar melalui operasi caesar.

 

- Usia 37-42 minggu kehamilan

Menginjak usia 37 minggu kehamilan, normal jika terjadi pengapuran plasenta. Bayi telah sepenuhnya matang dan mungkin tidak akan menghadapi risiko apapun, begitu pula dengan sang Ibu.

 

Meski begitu, bayi sebaiknya dilahirkan sebelum minggu ke-42 kehamilan karena pengapuran plasenta dapat membuat plasenta tidak mampu menyalurkan nutrisi dan oksigen ke janin. Pasokan oksigen yang tidak memadai dapat menimbulkan risiko kerusakan pada otak bayi.

 

Penyebab dari kondisi pengapuran plasenta memang belum diketahui secara pasti, sehingga cukup sulit untuk mengetahui cara pencegahan yang tepat. Akan tetapi, dengan selalu menjaga kesehatan dan rutin melakukan pemeriksaan selama kehamilan, Mums bisa mengurangi sejumlah risiko pengapuran plasenta terlalu dini. (AS)

 

Baca juga: Plasenta Previa, Kondisi Plasenta yang Tidak pada Tempatnya

 

 

Sumber

Baby Center. "Ageing or calcification of the placenta".

Parenting First Cry. "Calcification of Placenta in Pregnancy".

Parent24. "What is placenta calcification?".