Memasuki trimester ketiga kehamilan, Mums tetap harus waspada dengan gangguan kesehatan yang berisiko muncul. Masalah tersebut bisa saja hadir menyerang Mums dan si Kecil, jika tidak ditangani dengan tepat, bisa menimbulkan kelainan pada janin bahkan kematian. Salah satu gangguan kesehatan yang berisiko dialami oleh ibu hamil adalah gangguan plasenta.

Plasenta merupakan organ yang sangat kompleks. Plasenta tumbuh di dalam rahim dan terbentuk sejak minggu pertama kehamilan Mums. Selanjutnya, plasenta mulai berfungsi pada minggu ke-12 kehamilan. Organ yang sering disebut dengan ari-ari ini terletak di dinding depan, belakang, atau puncak rahim.

Baca juga: Kenali Gangguan Pencernaan yang Umum dialami Ibu Hamil

 

Peran Plasenta

Plasenta tumbuh bukan tanpa alasan. Organ ini memiliki tugas yang cukup penting lho Mums. Berikut ini beberapa tugas utama dari plasenta:

-Berperan penting dalam produksi hormon

-Membawa oksigen ke dalam aliran darah bayi

-Membawa pergi karbon dioksida

-Mengalirkan nutrisi kepada bayi

-Melindungi janin dari infeksi dan bakteri berbahaya

-Membawa pergi limbah atau sampah dari darah bayi agar dibuang melalui tubuh Mums

-Membangun sistem kekebalan tubuh dengan mengalirkan antibodi dari tubuh Mums

 

Plasenta memiliki peran yang sangat penting agar kehamilan bisa berjalan lancar. Namun, terkadang gangguan plasenta menyerang. Jika plasenta menderita gangguan, maka janin akan mengalami masalah dalam asupan nutrisi dan oksigen. Tanpa bantuan plasenta, janin tidak dapat tumbuh dan berkembang.

 

Siapa yang berisiko menderita gangguan plasenta?

Gangguan plasenta tidak hadir begitu saja Mums. Terdapat beberapa faktor pemicu yang membuat Mums berisiko terkena gangguan plasenta. Jika Mums merupakan salah satunya, Mums harus waspada, ya. Berikut ini beberapa faktor risiko mengalami gangguan plasenta.

-Mengidap tekanan darah tinggi (hipertensi)

-Mengidap diabetes

-Mengalami anemia

-Memiliki gangguan pembekuan darah

-Pengguna obat-obatan terlarang seperti kokain dan heroin

-Memiliki kebiasaan merokok

-Hamil pada usia di atas 40 tahun

-Mengandung bayi kembar

-Mengalami ketuban pecah dini

-Pernah mengalami gangguan plasenta pada kehamilan sebelumnya

-Pernah mengalami trauma perut seperti terjatuh atau kecelakaan

 

Jenis-jenis Gangguan Plasenta

Abrupsi Plasenta

Abrupsi plasenta adalah plasenta yang meluruh atau melepaskan diri dari dinding rahim sebelum waktu persalinan, baik sebagaian maupun seluruhnya. Kondisi ini bisa terjadi jika Mums memiliki riwayat hipertensi, merokok atau minum alkohol. Hal itu terjadi karena kondisi atau kebiasaan tersebut dapat merusak pembuluh darah kecil pada plasenta dan membuat plasenta meluruh dari dinding rahim.

Gangguan plasenta ini bersifat spontan alias tidak dapat dideteksi. Mums bisa mengenali melalui gejala seperti perdarahhan pada vagina serta kram dan nyeri di perut. Jika kondisi ini terjadi, pada beberapa kasus, dokter kandungan kemungkinan akan menyarankan untuk melakukan persalinan prematur agar Mums dan bayi bisa selamat. Kondisi ini bisa berbahaya karena dapat membuat penyediaan nutrisi dan oksigen untuk bayi terputus.

Plasenta Previa

Plasenta previa merupakan kondisi di mana plasenta menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim. Hal ini terjadi karena plasenta tumbuh di bagian bawah rahim, yang seharusnya tumbuh di bagian atas rahim. Plasenta previa lebih sering terjadi pada masa awal kehamilan Mums. Jika kondisi ini terjadi saat persalinan berlangsung, kemungkinan Mums akan menjalani operasi Caesar.

Disfungsi Plasenta

Placental insufficiency atau disfungsi plasenta adalah keadaan di mana plasenta tidak berkembang dengan sempurna baik secara anatomi atau fisiologi. Dalam kondisi ini, plasenta tidak mampu mengalirkan nutrisi dan oksigen kepada janin. Akibatnya, janin tidak dapat berkembang dengan baik dan bisa berisiko mengalami kelainan, persalinan prematur, atau bayi lahir dengan berat rendah. Disfungsi plasenta bisa disebabkan oleh Mums yang menderita anemia, diabetes, hipertensi atau merupakan perokok.

Plasenta Akreta

Plasenta akreta adalah kondisi di mana pembuluh darah atau bagian-bagian lain dari plasenta tumbuh terlalu dalam pada dinding rahim. Kondisi yang serius dapat terjadi saat plasenta melekat di otot rahim (plasenta inkreta) atau saat plasenta tumbuh melewati dinding rahim (plasenta perkreta).

Umumnya, plasenta di masa kehamilan tidak menunjukkan gejala yang terlihat oleh mata. Kondisi plasenta akreta dapat diketahui saat pemeriksaan USG. Selain itu, plasenta akreta dapat menyebabkan Mums mengalami perdarahan pada trimester ketiga kehamilan.

Kondisi ini juga bisa menyebabkan Mums kehilangan banyak darah pasca persalinan. Hal tersebut terjadi karena sebagian atau seluruh plasenta melekat di dinding rahim. Padahal normalnya plasenta akan terlepas dari dinding rahim saat Mums melahirkan.

Baca juga: Plasenta Previa, Kondisi Plasenta yang Tidak Pada Tempatnya

 

Selain gangguan-gangguan di atas masih ada lagi gangguan plasenta lain seperti retensio plasenta atau plasenta tertahan dan plasentomegali yakni plasenta yang melebihi ukuran normal. Jangan lupa ya Mums untuk teratur memeriksakan kandungan.

Mums juga perlu segera berkonsultasi jika mengalami gejala-gejala seperti sakit perut atau nyeri punggung yang tidak tertahankan, atau mengalami perdarahan, terutama jika Mums memiliki faktor yang bisa meningkatkan risiko mengalami gangguan plasenta. Yuk, Mums mulai praktikan gaya hidup sehat demi kesehatan Mums dan si Kecil juga agar bisa melalui persalinan dengan lancar.

Baca juga: Olahraga Saat Hamil Baik untuk Ibu dan Bayi