Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organisation (WHO) mencanangkan program pemberian air susu ibu (ASI) selama 6 bulan pertama kehidupan anak, tanpa tambahan makanan atau minuman lain. Hal ini lazim disebut juga dengan program pemberian ASI eksklusif.

 

Menyusui selain bertujuan untuk memberi asupan makanan bagi sang Buah Hati terkasih, juga menjadi sarana yang baik untuk meningkatkan ikatan batin antara ibu dan anak. Tak hanya itu, menyusui juga memiliki segudang manfaat bagi sang Ibu, antara lain mempercepat penyembuhan ibu pasca-melahirkan.

Baca juga: ASI dan 10 Fakta Ajaibnya

 

Namun tak dapat dipungkiri, kegiatan menyusui seringkali terganggu oleh hadirnya beberapa masalah, terutama pada ibu baru. Selain dapat menimbulkan ketidaknyamanan baik bagi ibu maupun bayi, masalah-masalah tersebut bila tidak diatasi dengan baik dapat menyebabkan berhentinya proses menyusui. Berikut ini adalah 5 masalah menyusui yang paling umum terjadi, beserta cara-cara praktis untuk mencegah atau mengatasinya. Simak yuk, Mums!

 

1. Lecet pada puting

Lecet atau luka pada puting biasanya terjadi di awal masa menyusui. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh posisi pelekatan (latch on) bayi ke payudara yang kurang tepat. Karena penyebabnya adalah pelekatan yang tidak tepat, maka tentunya cara mengatasi lecet pada puting yang paling utama adalah dengan membenarkan posisi pelekatan. Mums bisa meminta bantuan kepada bidan atau konselor laktasi untuk mengetahui cara pelekatan yang baik.

 

Saya sendiri sebagai ibu baru mengalami kesulitan menemukan posisi pelekatan yang benar di hari-hari awal menyusui. Lecet pada puting pun menjadi tidak terelakkan. Rasanya perih sekali! Syukurlah, para bidan di tempat saya melahirkan selalu sabar mengajari saya posisi pelekatan yang baik. Sehingga saat saya pulang ke rumah, saya sudah punya bekal cara menyusui yang benar!

 

Jika lecet sudah terlanjur terjadi, oleskan sedikit air susu Mums ke puting yang mengalami lecet. ASI memiliki efek antiinflamasi, yang dapat membantu mengurangi lecet pada puting! Selain itu, bra berbahan katun juga dapat membantu mengurangi nyeri yang terjadi, karena memberikan sirkulasi udara yang baik. Lebih dianjurkan menggunakan bra tanpa kawat saat menyusui. Pastikan juga puting sudah dalam keadaan kering saat Mums mengenakan kembali bra dan pakaian. Puting yang basah akan menempel pada bagian dalam bra, sehingga saat akan menyusui nyeri akan terasa kembali.

 

2. Payudara keras, penuh, dan nyeri

Hal ini sering kali terjadi pada awal-awal menyusui, karena bayi belum bisa minum dalam jumlah banyak. Alhasil, payudara pun akan terasa penuh sebab bayi tidak dapat menghabiskan semua ASI yang tersedia. Payudara keras dan penuh disertai rasa nyeri juga biasanya terjadi pada Mums yang belum atau tidak bisa menyusui langsung, misalnya saat berada di tempat kerja atau karena suatu kondisi medis tertentu.

 

Jika payudara terasa penuh, keluarkan sedikit ASI dengan cara manual maupun menggunakan pompa ASI untuk menghilangkan sedikit tekanan pada payudara. Gunakan bra dengan ukuran yang tepat, untuk memastikan bra tidak menghimpit payudara. Ingat, ukuran payudara Mums akan membesar jika dibandingkan dengan sebelum masa menyusui. Jadi Mums kemungkinan akan membutuhkan beberapa bra baru, dan lebih disarankan untuk mengenakan bra yang didesain khusus untuk menyusui.

 

Untuk meredakan bengkak yang mungkin terjadi, Mums dapat mencoba menempelkan daun kol dingin ke payudara. Selain itu, jika sakit yang terjadi sudah tak tertahan, Mums dapat mengonsumsi obat parasetamol atau ibuprofen sebagai pereda nyeri. Tenang saja, kedua obat ini aman kok untuk ibu menyusui!

Baca juga: Perlengkapan Memerah ASI yang Wajib Dimiliki Ibu Bekerja

 

3. Mastitis

Mastitis adalah pembengkakan atau inflamasi pada payudara. Kebanyakan kasus mastitis dimulai dari tersumbatnya pengeluaran ASI. Jika sumbatan ini tidak mereda, maka terjadilah mastitis. Kondisi ini biasanya ditandai dengan bengkaknya payudara, timbul rasa nyeri, serta badan terasa meriang.

 

Saya sendiri pernah mengalami mastitis. Saat itu saya merasa mengigil, persis seperti ketika sedang flu. Ketika diukur dengan termometer, suhu badan saya sudah mencapai 39,8°Celcius! Saya langsung pergi ke Unit Gawat Darurat, dan di sana bidan langsung memberikan breast care dengan cara pemijatan payudara. Duh, rasanya sakit sekali!

 

Tapi dengan begitu, ASI saya yang tadinya tersumbat menjadi dapat keluar dengan lancar. Bengkak serta demam yang saya alami pun berkurang. Jika Mums mulai merasa ASI sulit keluar dan payudara terasa penuh, kompres payudara dengan handuk hangat untuk meredakan tegang di area payudara.  

 

4. Produksi air susu tidak mencukupi

Saya rasa ini adalah kekhawatiran semua ibu baru, yaitu takut air susunya tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan anak tersayang. Kecukupan produksi ASI dimulai dari cara pelekatan yang benar, karena hal tersebut akan menimbulkan rangsangan bagi tubuh untuk menghasilkan ASI. Jadi seperti yang sudah dipaparkan di poin sebelumnya, pastikan Mums menyusui dengan posisi pelekatan yang benar.

 

Menyusui juga sebaiknya dilakukan dengan kedua payudara, dan susui bayi sesering mungkin untuk terus merangsang pengeluaran ASI. Mums juga wajib ingat bahwa stres dapat memengaruhi pengeluaran ASI. Jadi, jauhi stres agar produksi ASI selalu lancar!

 

5. Produksi air susu terlalu banyak

Berlawanan dengan poin nomor 4, ada juga ibu menyusui yang mengalami hiperlaktasi alias produksi ASI yang berlebihan. Sehingga walaupun anak sudah kenyang minum, produksi ASI tetap berjalan melebihi dari apa yang dibutuhkan anak. Saya sendiri termasuk yang mengalami hiperlaktasi ini. Memang di satu sisi saya bersyukur karena saya selalu dapat memenuhi kebutuhan ASI buat anak saya. Namun, hal ini bukan tanpa masalah. ASI yang berlebihan membuat bayi merengek pada saat disusui, karena derasnya ASI yang keluar membuat mereka tidak nyaman bahkan kadang tersedak.

 

Untuk mengatasi hal ini, biasanya saya mencoba beberapa posisi menyusui. Antara lain duduk bersandar, namun dalam kondisi agak miring ke belakang. Hal ini cukup membantu mengurangi derasnya aliran ASI. Untuk menjaga estetika, saya selalu menggunakan breast pad untuk menampung rembesan ASI, agar tidak membasahi pakaian.

 

Nah Mums, itulah dia 5 masalah yang umum dialami oleh para ibu menyusui. Namun, semua masalah tersebut janganlah sampai membuat Mums berhenti menyusui. Bila mengalami masalah, segera hubungi dokter, bidan, atau konsultan laktasi untuk meminta solusi yang tepat. Sehingga kegiatan menyusui, terutama pada periode pemberian ASI eksklusif, dapat berjalan lancar dan menyenangkan baik bagi Mums maupun sang Buah Hati tersayang!

Baca juga: Tanda-tanda Bayi Cukup ASI