Pandemi tak hanya berpengaruh terhadap kondisi kesehatan secara umum, namun juga pada kualitas kehidupan seksual pria. Stres, depresi dan juga kurangnya aktivitas olahraga menambah risiko disfungsi ereksi yang dialami oleh pria.

 

Ya, disfungsi ereksi memang cukup membuat pusing seorang pria dan pasangannya. Kehidupan seks yang bahagia adalah salah satu kunci keharmonisan rumah tangga.

 

Dijelaskan dr. Dyandra Parikesit, spesialis urologi dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), bahwa di Indonesia, prevalensi disfungsi ereksi ini mencapai 35,6% pada semua kelompok usia. Artinya, hampir 4 dari 10 pria mengalaminya!

 

Bagaimana solusi untuk masalah ini, dr. Dyandra menjelaskan dalam webinar peluncuran Topgra, yang diadakan DKT Indonesia, pada 8 April 2021 lalu.

 

Baca juga: Masturbasi Bisa Menyebabkan Disfungsi Ereksi, Mitos atau Fakta?
 

Penyebab Disfungsi Ereksi 

Disfungsi ereksi adalah ketidakmampuan untuk ereksi atau mempertahankannya sehingga bisa melakukan penetrasi saat berhubungan seksual dan mencapai kepuasan.

 

Banyak faktor yang menyebabkan disfungsi ereksi, dibagi menjadi msalah medis dan psikologis. Menurut dr. Dyandra, masalah medis misalnya akibat penyakit diabetes melitus, hipertensi, atau kerusakan saraf pada penis.

 

“Selain masalah medis, ada juga faktor psikis, misalnya stres,” ujarnya. Apakah kejadian disfungsi ereksi meningkat di era pandemi? Menurut dr. Dyandra, belum ada penelitian langsung yang mengaitkan COVID-19 dengan disfungsi ereksi. Namun, adanya kemungkinan keduanya saling terkait.

 

“Pasien Covid-19 mengalami inflamasi atau peradangan dan ini memengaruhi kesehatan secara keseluruhan, dan bisa saja berdampak pada kondisi penis dan kemudian memengaruhi kualitas ereksi,” jelas dr. Dyandra.

 

Inflamasi atau peradangan bisa memengaruhi kondisi lapisan endotel atau lapisan pembuluh darah bagian dalam. Pembuluh darah menjadi kaku dan aliran darah ke penis menjadi terhambat dan menyulitkan tercapainya ereksi.

 

Selain itu ada bukti penelitian, di mana sirkulasi virus Sars-COV-2 penyebab COVID-19, dapat masuk ke dalam sel dan menyebabkan reaksi pada jaringan testis. Hal ini memicu penurunan level testosteron. “Kadar testosteron yang rendah berkaitan erat dengan kesulitan ereksi,” jelas dr. Dyandra.

 

Baca juga: Begini Cara Menjaga Kesehatan Reproduksi Pria
 

Syarat Agar Ereksi Optimal

Menurut dr. Dyandra, dari mekanisme terjadinya ereksi, maka setidaknya ada 3 syarat yang harus dipenuhi agar ereksi optimal.

 

1. Harus ada stimulasi (transmisi neural), yakni rangsangan seksual

2. Kondisi pembuluh darah dan saraf harus sehat sehingga mampu mengalirkan darah ke penis.

3. Kondisi jaringan di penis harus sehat. Di dalam penis ada corpus cavernosum yang berisi banyak pembuluh darah dan akan terisi darah saat ereksi. Tidak boleh ada kerusakan di organ ini agar ereksi optimal.

 

“Kondisi apapun yang memengaruhi faktor-faktor tersebut, dapat memengaruhi ereksi. Misalnya diabetes. Diabetes merusak pembuluh darah, termasuk di penis. 50% penderita diabetes dan 34% penderita hipertensi mengalami disfungsi ereksi,” jelas dr. Dyandra.

 

Adapun ereksi yang optimal bisa dianalogikan dengan benda keras di sekitar kita, yang lebih dikenal dengan skor kekerasan penis.

Skor 1: penis membesar tetapi tidak keras (seperti tahu)

Skor 2: penis keras tapi tidak cukup keras (seperti pisang kupas)

Skor 3: penis keras tapi tidak sangat keras (pisang dengan kulit), kepuasan seksual hanya 84%

Skor 4: keras dan kaku maksimal (seperti mentimun), dan ereksi ini menghasilkan kepuasan seksual sampai 94%.

 

Jika Mengalami Disfungsi Ereksi

Nah, para pria, jangan segan mengunjungi dokter jika memiliki masalah yang bisa memengaruhi kualitas ereksi. Dokter akan memberikan solusi, termasuk obat-obatan yang aman untuk mengatasi disfungsi ereksi.

 

Salah satu obat yang sudah terbukti berkhasiat mengatasi disfungsi ereksi adalah sildenafil sitrat. Fungsi obat ini adalah merelaksasi otot dan meningkatkan aliran darah ke penis, dan menurunkan aliran darah keluar penis. Dengan begitu, ereksi bisa tercapai.

 

Baca juga: Merokok Bikin Disfungsi Ereksi Bukanlah Mitos Belaka!