Maunya sih kakak dan adik selalu akur dan saling menyayangi. Namun apa boleh buat, kenyataannya mereka sering bertengkar bahkan berkelahi. Mulai dari rebutan mainan hingga perhatian orang tua. Bahkan, tidak jarang mereka saling tuding kalau salah satu dari mereka lebih disayang Mums dan Dads. Duh, sibling rivalry memang pelik, ya?

 

Namun, sebelumnya apa sih sebenarnya sibling rivalry itu? Ini adalah istilah bahasa Inggris untuk saudara (bisa 2 atau lebih, baik kandung maupun angkat) yang tidak kompak dan saling bersaing. Mereka biasanya akan bertengkar karena saling iri, serta bukannya saling mendukung dan menyayangi.

 

Apa Penyebab Sibling Rivalry?

Ada banyak hal yang bisa menyebabkan kakak-beradik tidak akur. Garis besarnya, ada 3 faktor utama yang memengaruhi hubungan kakak dan adik menjadi kurang harmonis, yaitu:

 

  1. Posisi mereka dalam keluarga

Inginnya sih Mums berlaku adil terhadap semua. Pada kenyataannya, hal ini terkadang sulit diwujudkan. Misalnya, si Kakak biasanya kebagian tanggung jawab lebih besar. Di sisi lain, adik diharapkan mempunyai kualitas diri seperti kakaknya.

 

  1. Jenis kelamin

Perbedaan perlakuan pada anak laki-laki dan perempuan cenderung mempertajam sibling rivalry. Misalnya, anak perempuan merasa orang tua lebih memberi kebebasan kepada saudara laki-lakinya untuk bermain di luar. Sebaliknya, anak laki-laki merasa saudara perempuannya terlalu dimanjakan oleh Mums dan Dads.

 

Baca juga: Mums, Ini Tips Mengenalkan Kekayaan Alam pada Anak

 

  1. Usia

Sewaktu masih berusia 8 tahun ke bawah, kakak masih sering bermain bersama adiknya. Namun begitu usia kakak menginjak 10 tahun, minatnya mulai berbeda. Lebih sulit lagi bila jarak usia antara kakak dan adik jauh sekali, seperti beda 5 tahun atau lebih.

 

Selain itu, ada juga tuntutan terkait usia mereka. Misalnya, si Kakak diharapkan bersikap lebih dewasa dan serius. Di lain pihak, adik merasa bahwa pendapatnya tidak pernah dianggap penting karena ia lebih muda.

 

 

Berusaha Adil Sekaligus Bijak

Tiga hal di atas memang berkontribusi terhadap timbulnya sibling rivalry. Namun, ada 1 hal lagi yang justru berkontribusi paling besar dalam mempertajam persaingan antar saudara, yaitu sikap orang tua!

 

Ini dia tantangan seumur hidup Mums dan Dads untuk mengajarkan konsep keadilan yang tidak sesederhana fifty-fifty. Bila persoalannya hanya pembagian jatah makanan, mungkin hal itu masih bisa dilakukan. Misalnya, bila semua anak sedang dalam keadaan sehat, mereka bisa makan es krim.

 

Baca juga: Anak Picky Eater? Apa yang Harus Dilakukan?

 

Namun, ada banyak hal yang butuh pertimbangan lebih rumit. Meskipun tidak bisa 100% menghilangkan sibling rivalry, Mums dan Dads bisa mencoba mengurangi efeknya dengan melakukan hal-hal ini:

 

1. Tidak membanding-bandingkan

Setiap anak berkembang sesuai fase dan potensi mereka masing-masing. Hindari ucapan seperti,“Kok, kamu enggak bisa seperti Kakak yang sudah bisa berhitung sampai 100?”

 

2. Tidak meremehkan emosi negatif anak, seperti rasa iri dan marah

Memang mudah untuk melarang anak marah kepada saudaranya sendiri. Namun, anak butuh pengertian juga kalau sedang kesal dengan saudaranya. Mums bisa mengatakan, “Mama mengerti kamu marah karena Adik merusak mainanmu. Tapi jangan pukul Adik, ya.”

 

Tidak mungkin melarang anak untuk marah bila ia memang kesal atau merasa sakit hati. Kita sebagai orang dewasa saja suka kesal kan, Mums? Jadi, yang benar adalah mengajaknya untuk menyalurkan rasa marah dengan cara yang sehat dan tidak menyakiti siapa pun. Contohnya, membiarkan anak mencoret-coret di atas kertas atau mengajak mereka berolahraga.

 

Baca juga: Mums, Ini Pentingnya Mengajarkan Anak Menjaga Kesehatan Dirinya Sendiri!

 

3. Cobalah menghindari situasi yang menimbulkan perasaan bersalah antar saudara

Misalnya sang Kakak ingin memukul adiknya karena kesal, sebaiknya cegah ia tanpa menimbulkan perasaan bersalah yang berlebihan dalam dirinya. Mums tidak perlu sampai histeris. Cukup nyatakan dengan tegas bahwa menyakiti itu tidak baik. Ia pun akan mengurungkan niatnya tanpa merasa dicap sebagai anak nakal atau bukan kakak yang baik.

 

4. Bila memungkinkan, biarkan kakak dan adik menyelesaikan masalah mereka sendiri.

Bila memungkinkan, biarkan kakak dan adik belajar menyelesaikan masalah mereka sendiri. Namun, bukan berarti orang tua lepas tangan begitu saja. Tetap dalam pengawasan, perhatikan cara mereka berdamai. Bila ternyata masih bermasalah, misalnya kembali bertengkar atau malah melakukan kekerasan fisik, orang tua harus segera turun tangan agar masalah tidak berlarut-larut.

 

Kasus-kasus Khusus yang Harus Jadi Pertimbangan

Bagaimana bila salah satu anak sangat berbakat atau malah memiliki kebutuhan khusus? Tentu saja orang tua harus menerapkan strategi berbeda. Untuk anak berbakat, saudaranya yang merasa ‘biasa-biasa’ saja mungkin akan merasa tersisihkan. Cara menyiasatinya adalah Mums bisa mengajaknya untuk fokus pada kelebihannya dan tidak terlalu sering memuji saudaranya yang lebih berbakat.

 

Untuk anak yang punya kebutuhan khusus, saudaranya mungkin akan merasa kurang diperhatikan. Mums bisa tetap mengajari anak yang berkebutuhan khusus untuk mandiri, tetapi jangan lupakan juga untuk meluangkan waktu dan perhatian untuk saudaranya.

 

Satu hal yang pasti, jangan hanya memperhatikan anak-anak saat mereka bermasalah saja. Bila sedang berbuat baik, jangan lupa memuji mereka. Hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadinya sibling rivalry. (AS)

 

Baca juga: Si Kecil Bertengkar dengan Saudaranya? Ini yang Perlu Mums Lakukan!

 

 

Sumber

Child Development Institute: Handling Sibling Rivalry

The Center for Parenting Education: Coping Sibling Rivalry

A Fine Parent: How to Deal with Sibling Rivalry (Without Losing Your Cool