“Untuk pesanan steaknya, mau well done atau medium, Bu?” Pertanyaan seperti itu tentu cukup sering kita dengar di beberapa restoran, khusunya restoran yang menyajikan steak sebagai salah satu menu andalan mereka. Tingkat kematangan steak yang Geng Sehat pesan akan selalu dijadikan patokan bagaimana memasak pesanan tersebut.

 

Sebagai gambaran tingkat kematangan steak, well done dideskripsikan ketika seluruh lapisan daging berubah menjadi warna cokelat. Ini menjadi sebuah tantangan bagi koki untuk memasak pada tingkat kematangan well done. Karena jika berlebihan sedikit saja, daging yang Kamu pesan bisa terasa alot.

 

Di bawahnya adalah medium well, yaitu ketika daging hampir matang dengan secercah lapisan pink pucat di bagian tengahnya. Lalu ada yang disebut dengan medium, yaitu daging memiliki semburat pink yang lebih dominan di bagian tengahnya.

 

Baca juga: Ikan Mentah Boleh Dikonsumsi, Bagaimana dengan Daging Mentah?
 

Medium rare menggambarkan daging memiliki bagian pink yang dominan dan sebagian kecil lapisan luar berwana cokelat. Sedangkan tingkat kematangan rare hanya memiliki lapisan tipis di luar daging yang berwarna kecokelatan. Yang berarti hanya bagian luar saja yang dimasak. Nah, pada beberapa karnivora ‘garis keras’, ada juga lho yang mengonsumsi daging mentah.

 

Keluarga saya sendiri termasuk tipe keluarga yang tidak terlalu suka mengonsumsi daging. Kami penikmat daging, tetapi tidak secara khusus mengunjungi steak house tertentu untuk menikmati daging kualitas tinggi. Mereka lebih memilih tingkat kematangan well done, dengan berdasarkan tingkat kesehatan dan kebersihan daging yang digunakan. Tidak matang takut ada cacingnya, kata mereka. Bener enggak sih begitu?

 

Kenyataannya, pada beberapa steak house di luar negeri yang mengklaim bahwa mereka menjual daging kualitas tinggi, berani menyajikan daging yang mentah. Mereka bisa menjamin daging itu bersih, bahkan memiliki manfaat kesehatan bagi yang mengonsumsinya!

Baca juga: Hati-Hati, Terlalu Banyak Konsumsi Daging Merah Bisa Bahayakan Ginjal
 

Mengapa sih bisa disajikan dalam bentuk mentah atau setengah matang? Hal ini berawal dari anggapan bahwa proses memasak dapat mengurangi nilai nutrisi yang terkandung di dalam daging. Beberapa restoran yang menjual daging berkualitas tinggi mengatakan bahwa steak yang belum dipotong bagian dalamnya, berarti bagian dalam tersebut masih steril. Lain halnya dengan daging cincang yang sudah terkontaminasi oleh alat potong, jenis daging ini disarankan untuk dimasak sampai matang.

 

Memang, memasak suatu jenis makanan secara terlalu lama dapat mengurangi nilai nutrisinya. Berbagai zat seperti vitamin dapat hilang. Namun, daging mentah identik dengan adanya bakteri, seperti E.coli, salmonella, listeria, dan sebagainya. Infeksi berbagai macam bakteri tersebut dapat menimbulkan gejala sistem pencernaan terganggu, seperti mual, muntah, buang air besar cair, sakit perut, sampai dengan demam. Terdengar tidak nyaman, bukan?

 

Namun, tentu pilihan ini kembali ke preferensi masing-masing. Saya sendiri pernah mencoba sajian daging mentah dari sebuah restoran ternama di Jakarta, karena itu adalah salah satu menu terbaru mereka. Rasa yang ditawarkan enak, tetapi sayangnya keesokan harinya saya mengalami mual dan nyeri perut yang sangat mengganggu aktivitas. Setelah itu, enggak lagi-lagi deh mengonsumsi daging mentah. Saya sudah kapok.

 

Baca juga: Makan Ikan Mentah Bahaya Tidak, Ya?
 

Namun, tidak semua memiliki preferensi seperti saya. Banyak juga restoran di luar negeri yang menawarkan daging mentah berkualitas tinggi dan menjadi favorit banyak orang. Jika Kamu berniat untuk mencoba daging mentah, jangan lupa untuk mencari sumber daging atau restoran yang berkualitas tinggi, ya! Jadi, yang mana tingkat kematangan daging yang menjadi favorit Kamu?

 

Seafood vs Daging Mentah - GueSehat.com