Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang memiliki angka kejadian yang tinggi di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut data dari laman resmi World Health Organization (WHO), saat ini ada sekitar 1,13 milyar orang di seluruh dunia yang mengalami hipertensi. Pada tahun 2015, 1 dari 4 pria dan 1 dari 5 wanita di dunia mengalami hipertensi. Jadi sudah jelas, hipertensi sangat umum terjadi tanpa memandang jenis kelamin.

 

Jika Geng Sehat atau orang-orang yang Geng Sehat sayangi mengalami hipertensi, sebetulnya tidak perlu khawatir. Hipertensi dapat dikontrol dengan konsumsi obat secara teratur serta memodifikasi gaya hidup, seperti diet dan olahraga. Selain itu, sebaiknya hindari atau kurangi pula konsumsi makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah, misalnya yang mengandung garam dengan kadar yang tinggi.

 

Selain makanan, ada hal lain yang sebenarnya juga dapat berpengaruh pada tekanan darah, yakni konsumsi obat-obatan! Yup, sebagai apoteker saya beberapa kali menemui kasus pasien yang tekanan darahnya meningkat karena mengonsumsi obat-obatan tertentu.

 

Baca juga: Manfaat Kayu Secang untuk Diet Penderita Hipertensi dan Diabetes

 

Pada umumnya, peningkatan yang terjadi bersifat sementara dan akan hilang ketika konsumsi obat dihentikan. Namun, hal ini tetap perlu menjadi perhatian bagi pasien dengan hipertensi, agar sebisa mungkin menghindari obat yang berefek meningkatkan tekanan darah.

 

Pasien tanpa kondisi hipertensi pun wajib mengetahui informasi ini supaya mereka tidak kaget jika tekanan darah menunjukkan kenaikan ketika diukur. Langsung saja yuk ketahui beberapa obat yang dapat meningkatkan tekanan darah!

 

1. Obat kontrasepsi oral

Obat kontrasepsi oral, terutama yang mengandung estradiol, memiliki efek meningkatkan tekanan darah. Meskipun mekanisme rincinya belum diketahui secara pasti, diduga hal ini terjadi karena obat tersebut mempersempit diameter pembuluh darah, sehingga meningkatkan tekanannya.

 

Sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 3.300 wanita di Korea Selatan yang menggunakan obat kontrasepsi oral menunjukkan adanya korelasi yang cukup signifikan antara penggunaan obat kontrasepsi oral dengan kejadian peningkatan tekanan darah, serta risiko seorang wanita mengalami pre-hipertensi. Hal ini utamanya terjadi jika obat tersebut digunakan dalam jangka panjang, yakni lebih dari 24 bulan.

 

Risiko efek samping peningkatan tekanan darah pada penggunaan obat kontrasepsi oral pun akan meningkat pada wanita yang berusia lebih dari 35 tahun, merokok, dan/atau kelebihan berat badan (overweight).

 

Jika Geng Sehat mengalami hipertensi, sebaiknya menggunakan metode kontrasepsi lain, terutama yang mengandung estrogen dan turunannya. Perlu diingat, efek samping ini tidak terjadi pada semua pasien. Jadi, sebaiknya secara rutin periksakan juga tekanan darah Geng Sehat jika sedang menggunakan obat kontrasepsi oral.

 

Baca juga: Komplikasi Hipertensi yang Perlu Diwaspadai

 

2. Anti-depresan

Beberapa obat anti-depresan juga dapat meningkatkan tekanan darah, contohnya venlafaxine. Angka kejadian peningkatan tekanan darah pada penggunaan obat ini berkisar antara 3-13%.

 

3. Dekongestan (pelega hidung tersumbat)

Dekongestan atau pelega hidung tersumbat biasanya terdapat dalam obat-obatan untuk meredakan gejala flu atau alergi. Contoh zatnya adalah pseudoefedrin dan phenylephrine. Kedua zat yang biasanya dijual bebas tanpa resep dokter ini, juga dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit. Alhasil, keduanya dapat meningkatkan tekanan darah.

 

Jika Geng Sehat mengalami hipertensi, sebaiknya perhatikan penggunaan obat-obatan ini. Cek tekanan darah secara berkala saat menggunakan obat dekongestan, batasi konsumsinya untuk jangka pendek, dan pastikan konsumsi pada dosis yang dianjurkan.

 

4. Terapi biologis untuk kanker

Salah satu cara pengobatan kanker adalah penggunaan biological therapy, yang secara spesifik bekerja pada suatu molekul tertentu dalam sel kanker. Beberapa obat terapi biologis untuk kanker ini juga dapat meningkatkan tekanan darah, contohnya bevacizumab untuk terapi kanker kolon, gefitinib dan imatinib untuk terapi kanker paru-paru, serta pazopanib untuk terapi kanker ginjal.

 

Dokter akan senantiasa memonitor tekanan darah pada pasien-pasien yang mendapatkan terapi-terapi tersebut. Pada suatu periode, kemungkinan akan diberikan terapi anti-hipertensi pula untuk membantu mengontrol tekanan darah.

 

Baca juga: Hipertensi dalam Kehamilan, Akan Selalu Berujung Eklampsia?

 

5. Imunosupresan

Imunosupresan adalah golongan obat yang sesuai Namanya digunakan untuk menekan sistem imun seseorang. Obat ini biasanya dikonsumsi secara rutin dan terus-menerus oleh para pasien cangkok organ dan autoimun.

 

Siklosporin dan tacrolimus, 2 obat yang termasuk golongan imunosupresan, juga memiliki efek meningkatkan tekanan darah. Angka kejadiannya berkisar antara 13-53% pada penggunaan siklosporin, dan 4-89% pada pengguna tacrolimus.

 

6. Obat ilegal

Obat-obatan illegal, seperti methampethamine (sabu-sabu) dan kokain, juga memiliki risiko meningkatkan tekanan darah. Selain itu, obat-obatan ini juga akan menyebabkan peningkatan denyut jantung, yang kemudian dapat merusak otot jantung.

 

Gengs, itu dia beberapa golongan obat yang jika dikonsumsi dapat menimbulkan adanya peningkatan tekanan darah. Perlu saya ingatkan kembali bahwa efek samping peningkatan tekanan darah ini bervariasi pada setiap individu. Ada yang mengalaminya dan ada pula yang tidak.

 

Jadi jika Geng Sehat menggunakan salah satu obat-obatan di atas, ada baiknya untuk selalu memantau tekanan darah. Apalagi jika obat tersebut digunakan dalam jangka panjang dan Kamu memiliki riwayat hipertensi. Salam sehat!

 

Baca juga: Darah Tinggi saat Hamil, Kenali Risikonya!

 

 

Referensi

Micromedex Drug Reference (2019)

Park, H. and Kim, K. (2013). Associations between oral contraceptive use and risks of hypertension and prehypertension in a cross-sectional study of Korean women. BMC Women's Health, 13 (1).