Sebagai orang tua, tentu semua orang ingin anaknya menjadi berhasil. Tidak bisa dimungkiri dokter merupakan salah satu profesi yang menjadi favorit banyak orang tua.  Siapa yang tidak mau melihat anaknya menjadi dokter, atau memiliki pasangan dokter? Namun sebelum memutuskan untuk memilih fakultas kedokteran sebagai jurusan Anda, ada baiknya untuk menimbang berbagai faktor. Salah satu faktor terpenting adalah mengetahui langkah-langkah yang ditempuh setelah menjadi dokter. Saya, sebagai seorang dokter ingin membagikan cerita tentang kehidupan setelah menjadi dokter. Tulisan saya sebelumnya mengenai pendidikan kedokteran dapat dilihat di sini.

Ujian Kompetensi Dokter Indonesia

Setelah menempuh pendidikan kedokteran selama sekitar 5.5-6 tahun dan dinyatakan sudah lulus dari pendidikan profesi dokter atau koas, kami akan menjalani sebuah ujian negara yang disebut dengan Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) dan ujian praktek yang disebut dengan OSCE nasional. Persiapan yang diberikan hanyalah beberapa bulan. Coba bayangkan bagaimana bingungnya belajar dan me-review pelajaran 5 tahun dalam beberapa bulan? Walaupun sebagian besar bahan masih ku ingat, namun bahan yang biasa diuji lebih detail dari yang biasa kami pelajari. Untuk membantu dalam mempersiapkan ujian negara ini, terdapat beberapa lembaga kursus kedokteran yang bisa diikuti seperti PADI dan OPTIMA.

Sumpah Dokter

Setelah lulus dari dua ujian nasional tersebut, saya dilantik sumpah dokter. Sumpah dokter merupakan pemberian gelar dr. secara resmi di depan nama kami yang disertai dengan Hippocratic Oath yang merupakan sumpah kedokteran yang sejak dulu sudah dipegang oleh para dokter sebagai landasan untuk praktek ke depannya. Yap, gelar memang sudah di tangan, namun apakah kami boleh membuka praktek dokter sendiri/ bekerja di klinik? Ternyata belum waktunya karena untuk memperoleh surat ijin praktek kami diharuskan untuk mengikuti program internship.

Program Internship

Setelah dilantik sumpah dokter, aku menjalani program internship yang merupakan program pemerintah untuk menempatkan para dokter yang baru lulus di berbagai kota di Indonesia selama satu tahun. Jika beruntung bisa saja kami ditempatkan di kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya. Namun pengalaman dan ketrampilan klinis yang didapat tidaklah sebanding  jika kami ditempatkan di kota-kota kecil pelosok Indonesia. Selama 1 tahun, aku akan ditempatkan di rumah sakit selama 8 bulan dan Puskesmas selama 4 bulan. Namun khusus untuk daerah Jakarta, kami akan ditempatkan di rumah sakit selama 4 bulan dan Puskesmas selama 8 bulan. Hal ini memang kerugian dari penempatan internship di Jakarta karena penempatan di puskesmas yang lebih lama berarti harus berhadapan dengan fasilitas dan obat-obatan puskesmas yang terbatas. Ilmu yang kami miliki juga tidak dapat diaplikasikan sepenuhnya. Namun untuk berangkat internsip sendiri tidak dapat langsung setelah sumpah dokter. Kebanyakan dari kami harus menunggu giliran selama 4-5 bulan. Yap, menganggur selama 4-5 bulan tanpa penghasilan dari dunia medis ini. Pemberangkatan program internship dilaksanakan 4 kai dalam 1 tahun, yaitu bulan Februari, Mei, Agustus, dan November. Pengumuman akan diberitahukan melakukan website internship yang berasal dari Konsil Kedokteran Indonesia pada bulan tersebut. Jadi pada bulan tersebut akan disediakan wahana yang ada pada gelombang tersebut (setiap pemberangkatan memiliki wahana/tempatyang berbeda-beda), memilih wahana, dan berangkat pada bulan yang sama. Surprises in one month, huh?

Tips Menggunakan Waktu Nunggu Internship

Apa yang bisa dilakukan selama menunggu? Selama menunggu berangkat internship dapat mempersiapkan berkas-berkas yang dibutuhkan berupa NPWP, BPJS, serta tabungan BRI karena gaji yang dibayarkan pemerintah akan melalui bank ini. Selain itu perlu juga mengurus surat-surat seperti ijazah dokter dari fakultas yang bersangkutan dan Surat Tanda Registrasi Internship melalui Konsil Kedokteran Indonesia Kebanyakan dari kami mencari lowongan kerja sebagai asisten penelitian di berbagai rumah sakit pendidikan seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Harapan Kita, dan lain-lain. Di sini kami masih membututi dokter konsulen, mengerjakan berbagai pekerjaan yang diberikannya, sampai mendata penelitian yang sedang dilakukannya. Mungkin kami memang sudah menjadi dokter, namun kami akan selalu mengikuti konsulen sampai kami sudah menempuh pendidikan spesialis. Gaji yang kami dapat selama magang bervariasi, sekitar 1.5 juta sampai dengan 3 juta. Memang tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan teman seumuran kami yang sudah bekerja kantoran dan memiliki gaji dua dijit. Namun koneksi dari konsulen ini akan berguna untuk sekolah spesialisasi ke depannya. Selain koneksi, yang bisa kami persiapkan adalah melakukan publikasi jurnal sebanyak-banyaknya. Sudah melakukan penelitian dan memiliki jurnal yang sudah dipublikasi merupakan nilai tambah jika kami akan mendaftar sekolah spesialisasi. Dalam publikasi ini tidak sering kami yang harus merogoh kocek sendiri agar penelitian bisa berjalan. Jujur saja melakukan penelitian dan penulisan jurnal ini bukanlah hal yang mudah. Topik yang dipilih harus menarik dan memang sedang dalam perkembangan terbarunya. Well, menabung untuk masa depan! Jika dibandingkan dengan jurusan lainnya, jurusan kedokteran memang investasi jangka panjang. Di saat semua teman kami sudah berpenghasilan yang cukup stabil di usia muda, kami masih harus mempersiapkan sekolah lebih lanjut. Yang perlu dilakukan mungkin hanya bersabar dan serius di bidang ini agar investasi ini berhasil di kemudian hari. Sekian cerita saya tentang langkah-langkah setelah sumpah dokter. Semoga bermaanfaat bagi teman-teman yang ingin menyekolahkan anaknya ke dalam fakultas kedokteran.