Indonesia menurut laporan tahun 2017 menjadi negara ketiga di Asia yang memiliki prevelansi stunting tertinggi, mencapai 36,4 persen. Indonesia menjadi salah satu penyumbang terbesar anak penderita stunting di negara berkembang.

 

Stunting sudah menjadi prioritas program pemerintah. Namun, persoalan stunting tidak akan selesai tanpa keterlibatan semua pihak. Stunting juga menjadi perhatian DPR. Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Korkesra) Abdul Muhaimin Iskandar mengatakan, stunting adalah ancaman serius sehingga memerlukan penanganan yang serius dan membutuhkan partisipasi masyarakat,

 

"Saya pernah diskusi bersama presiden dan kami memiliki kesimpulan yang sama bahwa dalam menangani stunting, pemerintah tidak mungkin jalan sendiri, butuh partisipasi dari masyarakat,” ungkap Gus Imin melalui keterangan persnya, 12 Juni 2023.

 

Gus Imin mengajak semua pihak untuk bersama-sama mencegah stunting yang hingga kini masih terjadi di sejumlah wilayah.

 

“Pemerintah membutuhkan partisipasi masyarakat. Ibu-ibu muda juga tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Organisasi kemasyarakatan, pimpinan-pimpinan perempuan, dan Fatayat NU bisa mengambil peran itu,"ujarnya.

 

Pencegahan Stunting Sejak Masa Kehamilan

Penyebab stunting yang paling banyak adalah karena kekurangan gizi. Dan ini, bisa dimulai dari masa kehamilan. Stunting bisa terjadi karena kurangnya asupan gizi pada ibu selama hamil. Stunting juga dapat dipicu kurangnya asupan gizi anak sejak lahir sampai memasuki usia 2-5 tahun.

 

Jadi, penting buat Mums untuk tahu pengetahuan tentang gizi, sejak sejak masa kehamilan bahkan sejak sebelum hamil hingga anak berusia 2 tahun. Setelah bayi lahir, makanan terbaik untuk mencukupi kebutuhan gizinya adalah ASI selama 6 bulan, setelah itu makanan pendamping ASI (MPASI).

 

Masalah yang kerap dihadapi para Mums terkait pola makan anak adalah anak  susah makan yang memang menjadi masalah umum pada anak-anak khususnya balita. Untuk mengatasi anak susah makan, Mums harus memperhatikan berbagai jenis makanan yang harus dikonsumsi dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak.

 

Sejak masa kehamilan dan saat menyusui pastikan Mums mengonsumsi makanan bergizi terutama protein hewani. Protein hewani juga penting selalu ada di masa MPASI. Sumber protein hewani tidak hanya daging, tetapi yang terbaik justru dari ikan, telur, unggas, maupun susu. 

 

Protein hewani mengandung asam lemak esensial yang penting sebagai zat pembangun, termasuk membangun sel-sel otak di masa tumbuh kembang. 

 

Pantau Berat dan TInggi Badan

Anak dengan berat badan susah naik di usia 0-2 tahun harus diwaspadai. Jangan sampai menjadi kurang gizi bahkan sunting. Ketika anak terdiagnosis stunting, sejumlah pengdekatan bisa dilakukan untuk mengatasinya, antara lain dengan memperbaiki nutrisi, memberi suplemen berupa vitamin (zat besi, zinc, vitamin A, dan yodium), mengonsumsi makanan tambahan dengan gizi lengkap atau menerapkan gaya hidup sehat.

 

Penanganan stunting sangat penting karena stunting bisa memengaruhi kecerdasan anak. Stunting bisa menghambat prestasi dan kualitas anak, dan membunuh masa depan anak tersebut saat dewasa karena akan tertinggal dalam dunia kerja. Hal ini juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kemiskinan, dan juga akan memperlebar kesenjangan kelompok untuk orang kaya-miskin.

 

Pada sisi kesehatan, penderita stunting juga rentan terserang berbagai penyakit di kemudian hari, seperti hipertensi yang disebabkan kurangnya sel ginjal, kelainan jantung, pankreas, hingga diabetes mellitus. Penderita stunting juga memiliki daya tangkap yang kurang, diperkirakan hanya 50 persen dari anak normal.

 

Penanganan stunting harus melibatkan seluruh pihak dan tidak berfokus hanya di wilayah pedesaan, melainkan di seluruh wilayah Indonesia. Pasalnya stunting juga menimpa anak-anak yang hidup di perkotaan.