Faktor yang Menentukan Keberhasilan Bayi Tabung

Sebagian pasangan dengan masalah kesuburan mungkin ragu dengan angka keberhasilan bayi tabung yang “hanya” 40%. Apalagi biayanya tidak murah. Menurut dr. Yassin, peluang keberhasilan dalam terapi infertilitas berbeda-beda, tergantung jenis terapi dan kondisi masing-masing pasangan. Di seluruh dunia, tingkat keberhasilan bayi tabung relatif sama, berkisar 40%.

 

“Angka ini cukup tinggi dibandingkan jika tidak mendapat terapi apapun, di mana peluang kehamilan sangat rendah hanya 3-4% per siklus. Dengan obat-obatan, peluang kehamilan meningkat jadi 6%. Sedangkan jika kombinasi obat-obatan dan inseminasi peluangnya sekitar 8-10%. Jadi, peluang kehamilan dengan bayi tabung yang bisa mencapai 30-40% per siklus itu cukup tinggi,” beber dr. Yassin.

 

Apakah tahapan bayi tabung panjang dan sulit? Mums dan Dads, tidak perlu khawatir. Teknologi reproduksi berbantu seperti IVF ini, beserta obat-obatannya, sudah sangat berkembang. Pusat terapi IVF pun sudah banyak di Tanah Air. Termasuk yang belum lama ini dibuka adalah RS Pondok Indah IVF Centre yang dilengkapi teknologi modern.

 

Tak bisa dimungkiri, seperti dijelaskan Prof. Dr. dr. Budi Wiweko, Sp.OG-KFER, MPH, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi, keberhasilan program bayi tabung sangat dipengaruhi oleh kualitas embrio.

 

Embrio yang berkualitas, didapatkan dari sel sperma dan sel telur yang juga berkualitas. Memilih sel sperma dan sel telur berkualitas, kemudian dilanjutkan memilih embrio terbaik untuk ditanamkan ke rahim, membutuhkan teknologi dan teknik yang baik.

 

“Teknologi medis yang digunakan memungkinan pengerjaan yang berhubungan dengan sel telur dan sperma menjadi lebih optimal, proses pembuahan sel telur lebih maksimal, penyimpanan embrio lebih terjaga kualitasnya dan minim risiko kerusakan, hingga memungkinkan untuk dilakukannya pemeriksaan kromosom untuk mencegah terjadinya transfer embrio dengan kelainan genetik,” jelas Prof. Budi Wiweko.

 

Di luar masalah teknis dan teknologi kedokteran, pasangan suami istri yang tengah atau ingin menjalani program bayi tabung, sebaiknya tidak stres. “Pasien harus enjoy tidak boleh stres. Biasanya, tahapan paling membuat stres adalah saat pengambilan sel telur, penanaman embrio, dan menunggu hasil. Tetaplah berpikir positif, rileks, dan yakin akan terjadi kehamilan yang didambakan,” ujar Prof. Budi Wiweko.

 

CEO RSPI Group, dr Yanwar, membenarkan. “Menurut kami, adanya konselor sangat penting untuk memberikan ketenangan pada setiap pasien, sekaligus memberikan moral support, yang akhirnya akan berperan dalam menentukan keberhasilan program kehamilan. Karena itu di RS Pondok Indah IVF Centre kami memberikan pendampingan dari konselor selain tenaga medis di bidang IVF yang berpengalaman.”

 
Baca juga: Yang Perlu Mums Ketahui Tentang Secondary Infertility

 

Bayi Tabung Tak Hanya untuk Pasangan dengan Gangguan Kesuburan

Selain menjadi solusi bagi pasangan yang mengalami masalah kesuburan, bayi tabung bisa dilakukan pada pasangan dengan kondisi khusus yang membuat mereka sulit memiliki buah hati. Berikut ini, beberapa kondisi yang bisa dibantu dengan program bayi tabung:

 

1. Pasangan yang berhubungan jarak jauh atau LDR

Peluang kehamilan akan menurun jika frekuensi bertemu dan berhubungan intim pasangan suami, jarang terjadi. Padahal usia tidak bisa menunggu. Pasangan LDR bisa mencoba program bayi tabung untuk meningkatkan peluang kehamilan.

 

2. Preservasi kesuburan

Preservasi kesuburan adalah menyimpan embrio untuk digunakan nanti. Hal ini biasanya dilakukan pada pasien kanker yang harus menjalani kemoterapi atau pengobatan toksik lain, yang akan berdampak pada kesehatan dan organ reproduksinya, baik pada pria maupun wanita.

 

Maka, sebelum menjalani kemoterapi, sperma atau sel telur diambil dulu dan diikutkan pada program bayi tabung. Embrio disimpan untuk ditanam saat pasien ini sudah siap hamil sepenuhnya.

 

3. Infeksi

Penularan infeksi seperti HIV, hepatitis B, dan hepatitis C, bisa dicegah dari orang tua ke janinnya, dengan program bayi tabung. 

 

4. Pencegahan penyakit genetik

Pasangan suami istri yang menemukan indikasi peluang penyakit genetik berulang pada keturunannya, bisa juga menggunakan program bayi tabung. Teknologi bayi tabung terkini sudah memungkinkan pemilihan sel telur dan sperma yang terbaik dan bisa dicegah dari kelainan genetik.

 

5. Disfungsi seksual

Disfungsi seksual bisa dialami pria maupun wanita. Apapun jenis disfungsi seksual yang membuat suami istri tidak mampu berhubungan seksual, tentu tidak akan menghasilkan kehamilan. Padahal secara kualitas, sel telur maupun spermanya sehat. Pasangan yang memiliki masalah ini dianjurkan  menjalani program reproduksi berbantu, termasuk bayi tabung.

 

6. Vaginismus

Ini adalah kelainan medis di mana otot-otot vagina mengencang saat penetrasi dalam hubungan seksual. Harapan untuk tetap memiliki anak bisa diwujudkan dengan bayi tabung, saat hubungan seksual menjadi hal yang mustahil pada wanita dengan vaginismus.

 

Baca juga: 4 Jenis Tes Kesuburan yang Harus Dijalani Jika Mums Tak Kunjung Hamil