Sebagian besar pasangan suami istri tentu mendambakan kehadiran buah hati. Hanya saja, perjalanan mendapatkan momongan tidak sama pada setiap pasangan. Sekitar 10-15% pasangan usia reproduksi mengalami gangguan kesuburan, sehingga sulit memiliki keturunan.

 

Normalnya, kehamilan akan terjadi di tahun pertama pernikahan, jika suami istri rutin melakukan hubungan seks, seminggu 2-3 kali, tanpa alat kontrasepsi apapun. Jika ini sudah dilakukan dan kehamilan tak kunjung datang, jangan tunda untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan, atau spesialis andrologi untuk pria.

 

Suami dan istri wajib datang bersama. Mengapa? Karena gangguan kesuburan atau infertilitas tidak hanya datang dari wanita, namun bisa juga berasal dari pria, atau keduanya.

 

Dijelaskan dr. Aida Riyanti, Sp.OG-KFER, MRep.Sc, spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi dari RS Pondok Indah IVF Centre, ada banyak faktor penyebab infertilitas.

 

“Pada laki-laki, infertilitas dapat disebabkan oleh gangguan pada sperma, dari jumlah, bentuk, kemampuan sperma bergerak, hingga materi genetik atau DNA sperma. Sedangkan pada perempuan, infertilitas dapat disebabkan oleh adanya gangguan pematangan sel telur (ovulasi), adanya sumbatan atau infeksi pada saluran indung telur, masalah pada rahim, serta adanya gangguan pada rahim/indung telur seperti kista cokelat (endometriosis),” jelas dr. Aida dalam sesi webinar yang diselenggarakan RS Pondok Indah IVF Centre pada Kamis, 4 Januari 2020.

 

Baca juga: Hati-hati, 9 Gaya Hidup Tidak Sehat Ini Bisa Memengaruhi Kesuburan

 

Benarkah Bayi Tabung Satu-satunya Harapan?

Pasangan yang mengalami gangguan kesuburan, dengan penyebab apapun, biasanya langsung terpikirkan untuk menjalani program bayi tabung. Bayi tabung atau In Vitro Fertilization (IVF) adalah metode reproduksi berbantu yang mempertemukan sperma dan sel telur di luar tubuh manusia. Setelah terjadi pembuahan, sejumlah 2-3 embrio akan ditanam kembali ke rahim calon ibu.

 

Bayi tabung ini tidak selalu jadi pilihan pertama lho, dalam terapi infertilitas. Dr. Yassin Yanuar Mohammad, Sp.OG-KFER, M.Sc, dokter spesialis kebidanan dan kandungan konsultan fertilitas, endokrinologi, dan reproduksi RS Pondok Indah IVF Centre menegaskan bahwa bayi tabung adalah terapi infertilitas lini ketiga, alias pilihan terakhir jika pengobatan lini pertama dan kedua tidak berhasil.

 

Terapi awal yang disarankan bagi pasangan suami istri yang mengalami masalah kesuburan biasanya dengan obat-obatan pemacu ovulasi selama 3-6 bulan. Misalnya pada wanita dengan PCOS yang belum terlalu berat, di mana sel-sel telur miliknya kecil-kecil dan tidak bisa matang. PCOS menjadi salah satu penyebab gangguan kesuburan pada wanita.

 

Sebagian pasangan juga disarankan menjalani program inseminasi, yakni menyuntikkan sperma yang sudah dipilih ke dalam rahim secara langsung. Terapi ini bisa dilakukan pada kasus kelainan sperma seperti azoospermia, di mana tidak ada sperma di dalam air mani pria. “Sperma akan diambil langsung dari pabriknya yaitu di testis, kemudian disuntikkan ke rahim istri saat masa subur,” jelas dr. Yassin.

 

Namun harus diingat bahwa peluang kehamilan juga sangat ditentukan oleh faktor usia, baik pria maupun wanita. Oleh karena itu, bagi pasangan yang usianya tidak lagi muda (lebih dari 35 tahun), disarankan langsung menjalani program bayi tabung.

 

Baca juga: Tak Kunjung Hamil? Kenali Tes HSG untuk Mengecek Kesuburan

 

Selain usia, beberapa jenis gangguan kesuburan juga langsung disarankan bayi tabung, misalnya:

1. Gangguan atau kelainan pada sperma (misalnya azoospermia/tidak ada sperma, jumlah terlalu sedikit, kemampuan berenang sangat lambat, atau kelainan bentuk)

2. Sumbatan kedua saluran telur.

3. Endometriosis/kista coklat yang berat

4. Gangguan pematangan telur (80% disebabkan PCOS)

5. Infertilitas yang tidak bisa dijelaskan.

 

“Di antara berbagai metode penanganan ketidaksuburan, bayi tabung memiliki angka keberhasilan tertinggi, yakni mencapai hingga 40 persen per siklus. Tingginya tingkat keberhasilan ini didukung oleh berbagai faktor, salah satunya usia calon ibu saat menjalani program. Keberhasilan program bayi tabung mencapai angka tertinggi jika calon ibu berusia di bawah 35 tahun,” jelas dr. Yassin.

 

Dengan kata lain, semakin dini pasangan suami-istri dengan infertilitas melakukan pemeriksaan dan melakukan program reproduksi berbantu, maka semakin besar peluang keberhasilan untuk mendapatkan kehamilan.

 

Lantas, faktor apa saja yang menentukan keberhasilan bayi tabung ?