Bulan suci Ramadan sudah mendekati akhir. Umumnya Geng Sehat yang menjalani puasa sudah bisa beradaptasi dengan baik dan tinggal menyelesaikan ibadah puasa hingga genap 30 hari. Selama 30 hari ini, diharapkan selalu menjaga kesehatan tubuh agar puasa menjadi lancar.

 

Saat berpuasa, tubuh memerlukan waktu untuk melakukan adaptasi. Namun, tidak sedikit juga Geng Sehat yang mengalami beberapa gejala saat menjalankan ibadah puasa, terutama saat awal menjalankan ibadah puasa tersebut.

 

Beberapa gejala umum seperti nyeri kepala, mual, lemas, dan sakit perut menjadi keluhan yang sering disampaikan. Kadang-kadang, keluhan ini sudah pernah mereka alami sebelumnya. Oleh karena itu, yuk kita mengenal beberapa keadaan atau penyakit yang bisa kambuh saat berpuasa, dan bagaimana cara menyiasatinya agar puasa tetap lancar.

 

Baca juga: 5 Makanan yang Baik Dikonsumsi Saat Sahur

 

Penyakit yang Mungkin Terjadi Saat Puasa

Berikut ini beberapa gejala atau penyakit yang mungkin terjadi saat puasa:

 

1. Nyeri kepala

Nyeri kepala merupakan salah satu gejala yang sangat sering dikeluhkan pada minggu pertama puasa. Biasanya nyeri kepala dirasakan seperti mengikat di seluruh kepala, namun bisa juga berupa nyeri kepala sebelah.

 

Nyeri kepala dapat disebabkan oleh tidak adanya asupan makan selama berpuasa, dan biasanya akan membaik setelah berbuka puasa. Untuk meringankan gejala ini, Geng Sehat dapat melakukan aktivitas ringan lainnya selama berpuasa untuk mengalihkan perhatian dari rasa nyeri. Contoh yang bisa dilakukan adalah melakukan meditasi. Jika nyeri mengganggu, saat berbuka puasa dapat dibantu dengan konsumsi obat anti nyeri seperti golongan parasetamol.

 

Baca juga: Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Gejala Vertigo
 

2. Sakit maag dan GERD

Sakit maag juga merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis. Namun ternyata, tidak semua orang menyadari bahwa keluhan atau gejala tersebut adalah gejala dari sakit maag. Peningkatan asam lambung pada sakit maah bisa disebabkan oleh tidak adanya asupan makan selama berpuasa.

 

Keluhan pada peningkatana asam lambung ini tidak hanya nyeri perut di bagian ulu hati, namun bisa juga berupa mual, muntah, kembung bergas dan selalu sendawa, serta sampai dengan sensasi sesak dan terbakar di dada.

 

Oleh karena itu, ketika mengalami gejala tersebut, terutama pada orang dengan riwayat sakit maag sebelumnya, disarankan mengkonsumsi obat maag untuk menurunkan asam lambung saat sahur dan atau berbuka puasa, tergantung jenis obat yang diminum dan tingkat keparahan asam lambung tersebut.

 

Untuk obat lambung selalu dikonsumsi sebelum makan ya, untuk mempersiapkan lambung dalam keadaan tidak terlalu asam sebelum menerima makanan. Selain itu, disarankan untuk menghindari makanan yang bersifat asam dan pedas, karena hal tersebut juga dapat memacu asam lambung. Hindari makan dalam porsi yang besar saat berbuka, karena dapat menyebabkan kembung dan mual. Makan dalam porsi kecil tetapi sering, lebih disarankan untuk penderita maag.

 

Baca juga: Hati-hati, Keluhan di Lambung Tidak Selalu Sakit Maag

 

3. Infeksi Saluran Kencing

Berpuasa menyebabkan kurangnya asupan cairan di tubuh, terutama pada mereka yang seringkali lupa untuk ‘mengejar’ kebutuhan cairan tubuh selama masa berbuka dan sahur. Saat tidak berpuasa, orang dewasa sehat membutuhkan sekitar 8 gelas air putih setiap harinya (dengan takaran masing-masing gelas adalah 200 cc).

 

Normalnya saat terhidrasi dengan baik, cairan akan sampai ke ginjal dan akan menyebabkan aliran pipis yang lancar, serta air pipis yang mendekati atau berwarna bening. Saat cairan kurang, cairan yang sampai ke ginjal juga akan mengalami penurunan, sehingga aliran pipis akan menjadi jarang.

 

Aliran pipis yang tidak lancar ini dapat menjadi tempat pertumbuhan bakteri dan menyebabkan infeksi saluran kencing. Gejala yang bisa ditimbulkan antara lain nyeri perut bawah sampai ke pinggang, anyang-anyangan atau rasa pipis yang tidak selesai, serta pipis sedikit-sedikit. Pada keadaan ini, membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut, dan dievaluasi apakah membutuhkan konsumsi antibiotik.

 

Baca juga: Mencegah dan Mengatasi Infeksi Saluran Kencing saat Hamil