“Duh, nanti dulu deh mikirin soal KB. Menyusui aja udah repot, mana sempat milih kontrasepsi.” Pemikiran semacam ini bukan hanya dialami oleh satu dua ibu. Masih banyak yang tidak bergerak cepat untuk menentukan metode kontrasepsi apa pasca melahirkan karena berbagai pertimbangan. Apalagi, ditambah dengan adanya isu kalau menyusui bisa mencegah kehamilan. Apakah benar demikian? Simak ulasannya berikut ini, yuk!

 

Menyusui Mencegah Kehamilan? Mitos!

Masa kehamilan selesai, kini saatnya Mums memasuki fase memberikan ASI eksklusif. Bukan rahasia lagi, empat minggu pertama pasca melahirkan merupakan masa tersibuk sebagai seorang ibu. Soalnya, Mums menyusui setidaknya setiap 2 jam di siang dan malam hari.

 

Di sisi lain, tubuh Mums sedang bekerja keras untuk kembali pulih setelah masa kehamilan. Tubuh pun secara alami berhenti berovulasi karena adanya peningkatan kadar prolaktin, yang mencegah sekresi estrogen dan ovulasi. Artinya jika tak ada ovulasi, maka Mums tak bisa hamil. Itulah sebabnya menyusui dianggap sebagai kontrasepsi alami, yang juga disebut Metode Amenore Laktasi (MAL) atau Lactational Amenorrhea Method (LAM). Laktasi mengacu pada menyusui dan "amenore" berarti tidak mengalami menstruasi.

 

Lalu, seberapa efektif menyusui sebagai kontrasepsi? Jika Mums melakukannya dengan sempurna, metode kontrasepsi MAL bisa sama efektifnya seperti kontrasepsi hormonal (contohnya pil KB) dengan efektivitas hingga 98%. Wah, terdengar bagus banget, ya? Tak heran, banyak wanita menganggap tak perlu pakai kontrasepsi karena MAL aman, gratis, dan efektif.

 

Baca juga: Susah Tahan Pipis Setelah Melahirkan? Atasi dengan Kegel, yuk!

 

 

 

Namun, tunggu dulu. Metode MAL tidak sesempurna itu, lho. Menyusui dapat efektif mencegah kehamilan dengan beberapa syarat dan semuanya harus dijalankan secara saksama, yaitu:

  • Mums menyusui ASI eksklusif tanpa tambahan susu formula atau cairan tambahan lain.
  • Menyusui si Kecil langsung dari kedua payudara (direct breastfeeding), bukan memerah.
  • Menyusui si Kecil setidaknya setiap empat jam di siang hari dan setiap enam jam di malam hari.
  • Si Kecil berusia kurang dari enam bulan dan Mums belum mulai menstruasi sejak melahirkan.

 

Nah, setelah si Kecil berusia lebih dari 6 bulan, risiko kehamilan akan meningkat, meskipun Mums belum kembali menstruasi dan masih menyusui sepenuhnya atau hampir sepenuhnya. Metode MAL tidak lagi efektif karena bayi sudah mulai makan makanan padat dan tidur lebih lama di malam hari, yang secara otomatis frekuensi menyusui mulai berkurang dan jarak menyusui semakin lama.

 

Selain itu perlu Mums ketahui, tidak menstruasi bukan berarti tidak terjadi ovulasi pasca melahirkan. Berdasarkan data, ovulasi dapat tetap terjadi sebelum menstruasi pertama pasca melahirkan dengan kemungkinan sebesar 12-78%! Di sinilah Mums harus sudah siap untuk menggunakan alat kontrasepsi yang tepercaya berdasarkan saran dokter maupun bidan. 

 

Baca juga:  Perlukah Anak Minum Vitamin? Ini Jawabannya!

 

Pilihan Kontrasepsi yang Aman untuk Ibu Menyusui

Mums dan Dads perlu mulai membicarakan pilihan kontrasepsi bahkan sebelum hari persalinan tiba. Dengan begitu, kedua pihak memiliki cukup waktu untuk berdiskusi, bernegosiasi, dan mendapat arahan dari dokter mengenai metode kontrasepsi yang sesuai dengan kondisi fisiologis Mums, usia, serta jarak kelahiran yang diinginkan.

 

Jangan salah, pilihan kontrasepsi untuk ibu menyusui cukup beragam, kok. Walau pilihan Mums berkisar di kontrasepsi nonhormonal agar tidak mengganggu produksi ASI, tetapi jenis kontrasepsi ini memiliki efektivitas yang lebih baik dibanding hanya mengandalkan metode MAL.

 

Pilihan kontrasepsi untuk Mums selama menyusui antara lain:

  1. Pil KB progestin atau disebut juga pil mini karena hanya mengandung satu jenis hormon yaitu progesteron.
  2. Intra-uterine device (IUD) atau umum disebut spiral.
  3. KB implan atau Nexplanon implant.
  4. KB suntik 3 bulan atau injeksi Depo-Provera. Berbeda dengan tiga pilihan sebelumnya, KB suntik 3 bulan memiliki efek samping kesuburan tidak segera kembali setelah penggunaannya dihentikan. Umumnya Mums memerlukan waktu hingga 10 bulan untuk kembali subur, tergantung pada setiap individu. Oleh karena itu KB suntik 3 bulan tidak dianjurkan jika Mums ingin segera memiliki anak setelah berhenti ber-KB.

 

Penting diingat, pilihan kontrasepsi bersifat unik, sehingga antara satu ibu dan ibu lainnya bisa saja menimbulkan reaksi yang berbeda-beda. Itulah pentingnya untuk berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum Mums menggunakanya. Saat berkonsultasi, informasikan riwayat kesehatan yang  similiki agar dokter bisa memutuskan apakah Mums cocok menggunakan kontrasepsi jenis tertentu. (IS)

 

Baca juga:  Mums, Ini Penyebab Mood Swing saat Hamil!

 

Referensi

Pubmed. Lactation and Fertility

Very Well. Pregnant During Breastfeeding

Cleveland Clinic. Contraception During Breastfeeding

La Leche League. Contraception