Dalam proses tumbuh kembang anak, ia perlu diajarkan berbagai macam hal salah satunya diajarkan mana yang benar dan mana yang salah. Walaupun mungkin kelihatannya terlalu awal, pendidikan ini baik untuk perkembangan emosional dan pengetahuan anak.

 

Sering kali, orang tua yang hendak mengajarkan disiplin atau benar dan salah kepada anak dianggap sebagai orang tua yang menakutkan alias killer. Jangan khawatir, hal itu tidak benar. Banyak orang tua yang masih bingung, kapan waktu yang tepat untuk mengajarkan anak tentang moral baik dan buruk.

 

Kebanyakan orang tua mengajarkan disiplin kepada anak saat usianya memasuki 2 tahun. Pada usia ini, biasanya anak-anak bisa mulai mengerti perbedaan antara salah dan benar, walaupun ia belum bisa mengekspresikannya.

 

Entah orang tua menyadarinya atau tidak, anak selalu mengamati bagaimana orang tua berinteraksi dengan orang lain. Jika Mums dan Dads memberikan contoh yang baik bagi anak, maka apa yang dilakukan sudah berada di jalur yang tepat.

 

Pasalnya, anak pada usia ini biasanya sedang berada dalam tahap awal untuk belajar berbicara dan mendengarkan. Ia juga menjadi lebih mengenal dunia luar dan bagaimana dunia luar tersebut berpengaruh terhadap dirinya.

 

Baca juga: Cara Menyampaikan Pendidikan Seks kepada Anak

 

Ada beberapa cara yang bisa Mums dan Dads lakukan dalam mengajarkan disiplin dan benar atau salah kepada anak. Yuk, simak!

 

1. Bersikap tegas, tetapi penuh kasih sayang

Saat mendisiplinkan anak, alih-alih mengatakan “tidak" dengan keras kepadanya, berikan penjelasan yang mudah dimengerti mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut. Katakan dengan lembut supaya ia pun dapat menyerap informasi dengan tenang tanpa merasa ketakutan atau ikut marah.

 

2. Konsisten dengan ucapan dan terus dilakukan

Anak yang usianya masih kurang dari 2 tahun belum bisa mengerti ucapan yang diberikan oleh orang tuanya adalah perintah. Orang tua harus menjelaskan jika memang tidak boleh dilakukan, ada konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya, “Mainnya di bawah saja ya, Nak. Kalau main di tangga, kamu bisa jatuh dan kesakitan.” Atau, Mums juga bisa mengatakan, “Cuci tangan sebelum makan agar tidak ada kuman yang masuk ke mulut. Jika masuk, kamu bisa sakit perut.”

 

3. Kritik perilakunya, bukan anaknya

Jangan pernah membuat anak merasakan bahwa ia tidak lagi disayangi atau sayang orang tua terhadapnya akan berkurang karena perbuatan yang ia lakukan. Jelaskan kepadanya bahwa perbuatannya yang buruk atau tidak baik.

 

4. Biarkan anak mengerti dengan konsekuensi dari perilakunya

Anak usia 2 tahun akan memasuki fase terrible two, masa ketika anak dinilai sedang ‘nakal-nakalnya’. Jika anak merusak mainan yang ia mainkan, Mums bisa mengatakan, “Kamu tidak dapat bermain dengan mainan itu lagi karena sudah rusak. Mama tidak akan membelikannya lagi, lho.”