Penyakit

Limfoma (Limfocarcinoma)

Deskripsi

Limfoma merupakan kanker yang muncul dalam sistem limfatik, yang merupakan bagian penting dalam sistem kekebalan tubuh manusia. Sistem limfatik mencakup kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus, dan sumsum tulang. Limfoma dapat memengaruhi semua area dan organ lainnya di seluruh tubuh.

 

Limfoma dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Perbedaan utamanya terletak pada jenis sel limfosit yang diserang kanker dan dapat diketahui melalui pemeriksaan di bawah mikroskop. Limfoma digolongkan dalam jenis Hodgkin apabila terdeteksi adanya sel abnormal Reed-Sternberg dalam pemeriksaan.

 

Sementara limfoma tanpa sel abnormal tersebut termasuk dalam kategori limfoma non-Hodgkin. Limfoma non-Hodgkin lebih sering terjadi dibandingkan limfoma Hodgkin. Diperkirakan hanya sekitar 20 persen dari kasus limfoma yang merupakan jenis Hodgkin.

Baca juga: Mengenal Kelenjar Getah Bening dan Fungsinya bagi Tubuh

Pencegahan

Limfoma merupakan suatu jenis kanker yang belum diketahui secara pasti penyebabnya. Langkah pencegahan paling baik yaitu dengan mengenali faktor risiko limfoma yang mungkin dialami dan lebih waspada terkait dengan kemungkinan yang dapat terjadi.

Gejala

Gejala utama yang dialami penderita limfoma adalah tumbuhnya benjolan. Benjolan ini tidak terasa sakit dan umumnya muncul pada leher, ketiak, dan selangkangan. Di samping benjolan, ada sejumlah gejala lain yang mungkin dirasakan oleh penderita limfoma. Beberapa di antaranya:

  • Selalu merasa lelah.
  • Berkeringat pada malam hari.
  • Demam dan menggigil
  • Lebih sering mengalami infeksi.
  • Batuk yang tidak kunjung sembuh atau terengah-engah.
  • Gatal-gatal di seluruh tubuh.
  • Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
  • Tidak nafsu makan.
  • Perdarahan yang parah, misalnya haid dengan volume darah berlebihan atau mimisan.
  • Pembengkakan pada perut.
  • Sakit perut.
  • Gangguan pernapasan.
  • Sakit di area dada.

 

Segeralah berkonsultasi kepada dokter apabila mendapati gejala-gejala tersebut. Memiliki benjolan memang tidak berarti pasti menderita limfoma, tapi sebaiknya tetap menjalani pemeriksaan sedini mungkin.

Penyebab

Limfoma terjadi karena adanya perubahan atau mutasi pada DNA sel-sel limfosit, sehingga pertumbuhannya menjadi tidak terkendali. Penyebab di balik mutasi tersebut belum diketahui secara pasti. Namun, terdapat beberapa hal yang diduga meningkatkan risiko seseorang terkena limfoma. Faktor-faktor risiko tersebut meliputi:

  1. Usia. Sebagian besar limfoma Hodgkin terjadi pada penderita usia 15-30 tahun dan lansia di atas 55 tahun. Sementara risiko limfoma non-Hodgkin akan meningkat seiring usia, khususnya pada lansia berusia di atas 60 tahun.
  2. Pernah terpapar virus Epstein-Barr atau EBV. Virus ini menyebabkan demam kelenjar. Orang yang pernah mengalami demam kelenjar lebih berisiko mengalami limfoma Hodgkin.
  3. Sistem kekebalan tubuh yang lemah. Misalnya karena menderita HIV/AIDS atau menggunakan obat imunosupresan.
  4. Faktor keturunan. Risiko seseorang untuk terkena limfoma akan meningkat jika anggota keluarga inti (ayah, ibu, atau saudara kandung) menderita jenis kanker yang sama.
  5. Mengalami obesitas. Faktor kelebihan berat badan lebih berpengaruh pada wanita dibandingkan pada pria dalam meningkatkan risiko limfoma.

 

Diagnosis

Langkah awal dalam menentukan diagnosis adalah melalui anamnesis untuk mengetahui gejala penyakit, riwayat penyakit, dan riwayat penyakit dalam keluarga, serta melalui pemeriksaan fisik. Untuk memastikan diagnosis, dapat dilakukan serangkaian pemeriksaan tambahan, meliputi:

  • Pemeriksaan darah dan urine. Melalui pemeriksaan ini, dokter akan mengetahui kondisi kesehatan pasien secara umum.
  • Foto Rontgen, CT scan, MRI, dan PET scan. Pemeriksaan ini digunakan untuk melihat tingkat penyebaran limfoma.
  • Biopsi untuk mengambil sampel kelenjar getah bening yang membengkak serta sumsum tulang.
  • Rontgen dada guna memeriksa apakah ada penyebaran limfoma ke paru-paru atau tidak.


Biopsi, foto Rontgen, CT scan, MRI, dan PET scan juga dapat membantu dalam menentukan stadium serta tingkat perkembangan limfoma. Berikut adalah penjelasan singkat untuk stadium-stadium dalam limfoma:

  • Stadium 1: Kanker menyerang salah satu kelompok kelenjar limfe.
  • Stadium 2: Kanker menyerang 2 kelompok kelenjar limfe atau menyebar ke 1 organ di sekitar kelenjar limfe tersebut. Tapi hanya terbatas pada tubuh bagian atas atau bawah saja, dengan diafragma sebagai batasnya.
  • Stadium 3: Kanker menyebar ke kelompok kelenjar limfe pada bagian tubuh atas dan bagian tubuh bawah, dengan diafragma sebagai batasan.
  • Stadium 4: Kanker sudah menyebar melalui sistem limfatik dan masuk ke berbagai organ atau sumsum tulang.

Penanganan

Penanganan dari limfoma dipilih berdasarkan jenis limfoma, agresivisitas sel kanker, dan tujuan terapi. Langkah penanganan yang dapat diambil antara lain:

  1. Pengawasan. Beberapa kasus dari limfoma berkembang dengan sangat lambat. Tindakan yang umum diambil oleh dokter yaitu dengan tidak mengambil tindakan medis, namun melakukan pengawasan aktif terhadap kondisi kesehatan pasien dan perkembangan sel kanker tersebut hingga pada tahap mengganggu aktivitas dari pasien.
  2. Kemoterapi.
  3. Terapi radiasi.
  4. Transplantasi sumsum tulang.
  5. Imunoterapi.

 

Pastikan penderita melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala, selama maupun setelah menjalani pengobatan. Langkah ini dilakukan agar kondisi kesehatan pasien serta kemungkinan kambuhnya kanker bisa dipantau.

Baca juga: Apakah TB Kelenjar Getah Bening Mematikan?

Rekomendasi Artikel

Sama-sama Kanker Darah, Ini Perbedaan Leukemia dan Limfoma!

Sama-sama Kanker Darah, Ini Perbedaan Leukemia dan Limfoma!

Seperti yang diketahui, leukemia dan limfoma sama-sama termasuk sebagai kanker darah. Apa saja perbedaan leukemia dan limfoma yang sama-sama kanker darah itu?

Tami Wulandari Nasution

05 September 2019

Waspada Kanker pada Anak

Waspada Kanker pada Anak

Kanker pada orang dewasa disebabkan oleh gaya hidup. Namun, kanker pada anak disebabkan oleh adanya mutasi gen.

GueSehat

24 February 2018

Direktori

    Pusat Kesehatan

      Selengkapnya
      Proses...