Selamat ya Mums, atas kehamilannya. Setelah menanti dan berusaha, anugerah buah hati itu akhirnya hadir di dalam rahim Mums. Di awal kehamilan ini, akan banyak yang terjadi pada tubuh Mums, salah satunya adalah keputihan. Yuk, kenali seperti apa keputihan yang normal di awal kehamilan dan mana yang harus Mums konsultasikan kepada dokter. Jadi, jangan di-skip ya artikelnya. Pastikan Mums membacanya hingga akhir.

 

Keputihan Itu Wajar!

Vagina bukan hanya salah satu sistem reproduksi wanita. Vagina adalah “pintu gerbang” kesehatan wanita. Inilah yang menjadi alasan mengapa kesehatan vagina akan memengaruhi kesehatan Mums secara keseluruhan. Jika kesehatan vagina tidak dijaga dan diperhatikan, berbagai gangguan seperti infeksi jamur, penyakit menular seksual, dan iritasi umum lainnya akan berdampak besar pada kesehatan dan suasana hati Mums. 

 

Terutama di masa kehamilan, infeksi rahim rentan terjadi ketika bakteri dari vagina berpindah ke rahim. Jika tidak diobati, kondisi ini akan sangat memengaruhi kesehatan plasenta, perkembangan janin, hingga persalinan prematur akibat ketuban pecah dini.

 

Penting Mums ketahui, sangat normal sebuah vagina untuk mengeluarkan cairan sepanjang siklus menstruasi, dan lendir serviks adalah salah satu komponen dari keputihan ini. Terlepas dari namanya, lendir serviks sebenarnya tidak diproduksi oleh serviks, melainkan oleh kelenjar yang terletak di dekat serviks.

 

Lendir serviks sendiri berperan penting dalam sistem reproduksi. Jika Mums sedang tidak subur, maka lendir serviks akan menjadi kental dan lengket untuk mencegah infeksi. Sementara saat Mums berovulasi, cairan vagina menjadi lebih berair dan berlimpah, yang memungkinkan sperma lebih mudah berenang dan bertahan hidup.

 

Namun, ada pula jenis cairan vagina yang di liuat batas kewajaran dan bisa saja menjadi pertanda terjadinya gangguan kehamilan. Berikut panduan mengenali cairan vagina mana yang tak perlu Mums khawatirkan dan mana yang tidak normal:

Jenis keputihan

Kemungkinan penyebab

Gejala penyerta

Yang bisa Mums lakukan

Putih susu dan tanpa bau.

Keputihan normal

Tidak ada.

Mums baik-baik saja karena ini adalah keputihan normal.

Bertekstur tebal, berwarna putih, terlihat mirip keju cottage.

Infeksi jamur.

Vagina terasa gatal, terbakar, perih, nyeri, beberapa orang mengeluhkan sakit saat BAK atau bercinta, diikuti dengan vagina kemerahan, bengkak, atau muncul ruam. 

Konsultasikan ke dokter.

Berwarna putih, kuning, atau abu-abu.

Infeksi bakteri.

Berbau amis, gatal, dan vagina bengkak.

Konsultasikan ke dokter.

Berwarna kuning atau hijau dan bertekstur tebal atau menggumpal.

Penyakit menular seksual trikomoniasis

Berbau busuk.

Konsultasikan ke dokter.

Berwarna cokelat atau bercampur darah.

Pertanda terjadi sesuatu pada kehamilan.

Kram perut bawah.

Konsultasikan ke dokter.

Berwarna merah terang.

Bisa saja menjadi gejala awal keguguran.

Kram perut bawah.

Bergegas ke Instalasi Gawat Darurat.

 

Baca juga: Ibu Hamil Kerokan, Boleh atau Jangan?

 

Keputihan di Awal Kehamilan, Bahaya Enggak, ya?

Sama seperti keputihan yang berubah sepanjang siklus menstruasi, keputihan juga berubah selama kehamilan. Jenis keputihan yang dianggap normal dan tak berbahaya adalah jika bertekstur ringan, berwarna putih susu atau tidak berwarna, dan nyaris tidak berbau. Keputihan jenis ini disebut sebagai leukorea, dan juga bisa dialami oleh wanita yang tidak hamil.

 

Selama kehamilan, terjadi peningkatan estrogen dan aliran darah ke area vagina. Inilah yang menyebabkan produksi keputihan meningkat. Peningkatan ini biasanya tidak terlihat sampai minggu kedelapan, setelah muncul tanda-tanda awal kehamilan lainnya yang lebih pasti, seperti telat haid. Itulah kenapa, Mums biasanya baru akan menyadari terjadi keputihan setelah sudah mengetahui hamil dan telah menjalani pemeriksaan kehamilan yang pertama kali.

 

Bukan tanpa tujuan, keputihan yang terjadi pada trimester pertama kehamilan memiliki beberapa manfaat, lho. Cairan vagina meningkat sebagai upaya untuk menghilangkan sel-sel mati dan bakteri dari rahim dan vagina untuk membantu mencegah infeksi. Seiring waktu, cairan vagina ini juga membantu membentuk sumbat lendir. Sumbat ini menghalangi pembukaan serviks sehingga bisa mencegah infeksi memasuki rahim dan membahayakan bayi. Jumlah keputihan yang Mums alami pun akan meningkat secara bertahap seiring dengan perkembangan kehamilan. Kuncinya, selama tidak berwarna dan tidak berbau, itu normal dan tidak perlu dikhawatirkan.

 

Baca juga: 10 Hal yang Terjadi pada si Kecil Setelah Ia Lahir

 

 

Menjaga Kesehatan Vagina selama Hamil

Mencegah sudah pasti jauh lebih baik daripada mengobati.  Apalagi sangat mudah untuk menjaga kesehatan area intim agar terjauh dari infeksi vagina akibat masuknya bakteri, jamur atau organisme lain yang tumbuh tidak terkendali. Kunci utamanya adalah menjaga vulva tetap kering dan bebas dari iritasi. Yuk, lakukan dengan cara berikut ini:

  • Jika memungkinkan gunakan air hangat untuk membasuh vulva. Bersihkan seluruh area vagina dari arah depan ke anus.
  • Keringkan secara menyeluruh dengan handuk bersih atau tisu. Jika area vagina sangat teriritasi, Mums dapat mencoba mengeringkannya dengan kipas angin atau pengering rambut yang disetel dingin.
  • Hindari memakai pantyliner walaupun Mums sedang mengalami keputihan. Produk ini menahan panas dan kelembapan, sehingga mikroorganisme sangat mudah berkembang. 
  • Rutinlah mengganti celana dalam setiap 2-3 jam sekali. Walau lebih merepotkan, cara ini jauh lebih aman dan disarankan ketimbang Mums menggunakan pantyliner.
  • Vagina sejatinya mampu membersihkan dirinya sendiri secara alami dalam bentuk keputihan yang normal. Maka, hindari menggunakan  cairan pembersih antiseptik khusus vagina tanpa saran dokter, karena dapat mengganggu keseimbangan alami mikroorganisme.
  • Pemilihan pakaian dalam sangat penting untuk kesehatan organ intim Mums. Kenakan hanya pakaian dalam dari bahan katun putih dan hindari bahan nilon, asetat, atau serat buatan lainnya, terutama jika kulit Mums tergolong sensitif dan rentan iritasi.
  • Hindari memakai thong (pakaian dalam dengan sedikit kain di bagian bokong untuk menghubungkan antara karet pada bagian belakang celana dalam dengan bagian depan celana dalam). Walau pakaian dalam ini meminimalisasi garis celana dalam ketika menggunakan celana atau rok, namun penggunaannya dapat meningkatkan infeksi.
  • Hindari penggunaan deterjen yang terlalu banyak saat mencuci pakaian dalam, yang dapat berisiko tertinggalnya residu bahan kimia deterjen dan mengiritasi vagina. (IS)

 

Baca juga: Mums, Ini Masalah Kehamilan Trimester Kedua yang Perlu Diwaspadai

 

Referensi:

Very Well Family. Vaginal Discharge

Cleveland Clinic. Vulvar Care

Huffpost. Thong

Medical News. Uterine Infections