Keguguran tentu menjadi momen paling memilukan bagi setiap wanita. Hal ini bahkan tidak jarang bisa mengarahkan seorang wanita kepada kondisi depresi. Sebuah penelitian baru yang diterbitkan secara online pada bulan Desember 2019 di American Journal of Obstetrics and Gynecology menunjukkan bahwa keguguran dan kehamilan etopik dapat menyebabkan gejala stres pasca-trauma (PTSD) yang bertahan lama, termasuk pikiran yang mengganggu atau tidak diinginkan mengenai keguguran, mimpi buruk, hyper-arousal, dan menghindari apa pun yang mengingatkan akan momen kehilangan mereka.

Dalam sebuah studi multicenter pertama, para peneliti melakukan studi kepada 650 wanita yang mengalami keguguran dini (keguguran sebelum usia kandungan 12 minggu) atau kehamilan etopik (di mana implan telur yang dibuahi ditanamkan dan tumbuh di luar rahim, sehingga dapat mengancam jiwa ibu). Peneliti menemukan bahwa dalam satu bulan setelah kehilang kehamilan 29% wanita menderita PTSD, 24% memiliki kecemasan sedang hingga berat, dan 11% mengalami depresi sedang hingga berat.

Penemuan tersebut mungkin tidak begitu mengejutkan, namun rentang waktu kondisi PTSD yang terjadi pada wanita yang mengalami keguguran ternyata tidak bisa dibilang sebentar. Setelah 9 bulan dari kejadian, sekitar 18% wanita masih mengalami PTSD, 17% memiliki kecemasan sedang hingga berat, dan 6% mengalami depresi sedang hingga berat. Presentase kondisi ini lebih tinggi terjadi pada wanita yang mengalami kehamilan etopik.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuisioner untuk menganalisa kondisi PTSD. Peneliti tidak melakukan wawancara klinis yang biasanya digunakan untuk membuat diagnosis formal PTSD.

Pada intinya, menurut Tom Bourne, PhD, penulis utama penelitian dari Tommy's National Centre for Miscarriage Research at Imperial College London, penelitian ini menunjukkan bahwa keguguran atau hilangnya calon anak yang sangat dinantikan bisa meninggalkan kenangan yang abadi. Efek dari permasalahan ini juga sangat luas bahkan memiliki efek toksik pada semua elemen kehidupan seseorang, memengaruhi pekerjaan, hubungan, dan rumah tangga.

 

Baca juga: Penyebab Keguguran dan Tanda-tanda Keguguran
 

Lebih dari Kehilangan Kecil, Keguguran Bisa Jadi Sumber Kesedihan Mendalam

Bagamana pun, keguguran tidak hanya melibatkan kehilangan anak yang dinantikan. Sebagaimana dicatat oleh para peniliti, keguguran juga dapat menjadi tantangan baru dalam mengontrol kehidupan bagi yang mengalaminya. Terlebih lagi, keguguran dan kehamilan ektopik dapat menimbulkan ketidaknyamanan fisik, termasuk rasa sakit atau perdarahan, serta intervensi medis. Ketidakpastian yang berkepanjangan juga mungkin terjadi saat wanita menunggu diagnosis lebih lanjut atau kemungkinan untuk hamil kembali.

 

Baca juga: Inilah Beberapa Penyebab Terjadinya Keguguran
 

Cara Menghadapi Keguguran

Meski terasa sangat buruk, mengalami gejala PTSD dan menjadi depresi atau mengalami kecemasan adalah kondisi yang sangat normal terjadi setelah keguguran atau kehamilan etopik. Hal terpenting adalah mencari dukungan untuk memperbaiki kondisi psikologis.

Menurut Perpustakaan Kedokteran Nasional Amerika Serikat, sebanyak 1 dari 4 wanita sadar bahwa ketika dirinya hamil, ada kemungkinan akan mengalami keguguran. Sebaliknya, kehamilan etopik lebih jarang terjadi, yakni hanya sekitar 2% dari populasi umum dan hingga 5% wanita yang menggunakan teknologi reproduksi bantuan.

Beberapa wanita memilih diam saat berhadapan dengan keguguran, di saat yang sebenarnya dibutuhkan oleh dirinya adalah dukungan.

"Jika seorang wanita yang mengalami keguguran tidak mendapat dukungan dari orang terdekat, sebisa mungkin carilah kelompok dukungan lain yang bisa membantu mengelola emosi dan perasaannya," ujar Catherine Monk, profesor psikologi medis di Departments of Obstetrics and Gynecology and Psychiatry di Columbia University Medical Center, New York City.

Selain itu, terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) juga dapat membantu dengan mengidentifikasi dan menghilangkan pemikiran buruk, menerima perasaan kehilangan, serta menemukan cara untuk terlibat kembali dalam kegiatan yang menggembirakan. CBT dapat membantu mengatasi rasa sakit emosional akibat keguguran. (BAG)

 

Baca juga: Tentang Keguguran dan Bagaimana Mengatasi Dampak Emosionalnya
 

 

Sumber:

Every Day Health. "Early Pregnancy Loss May Trigger Post-Traumatic Stress Symptoms".